Berbicara tentang sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, tentu kita tak bisa meninggalkan pembahasan tentang satu malam yang dipenuhi gemerlap kemuliaan di dalamnya: Lailatul Qadar. Bukan hanya dua atau tiga kemuliaan peribadahan yang terkandung di dalamya, melainkan adanya kemuliaan dari ibadah seribu bulan lah yang merasukinya.
Pebedaan Dua Malam Terpenting Turunnya Al-Quran
Dalam salah satu surah di Al-Quran, Al-Qadr, disebutkan bahwa Allah telah benar-benar menurunkan Al-Quran pada malam itu kepada umat manusia di muka Bumi:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan.”
Para ulama menjelakan, terdapat sebuah perbedaan antara malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir dengan malam Nuzulul Quran (turunnya Al-Quran) pada malam ke-17 Ramadan.
Lailatul Qadar, adalah pendefinisian untuk malam yang bersamaan dengan diturunkannya Al-Quran 30 juz secara konstan di Sama’ al-Dunya (langit dunia). Hal ini. bisa dikatakan pula sebagai penurunan Al-Quran tahap pertama dari Lauh Mahfudz.
Sedangkan Nuzulul Quran, adalah malam ketika ayat Al-Quran pertama turun ke bumi melalui malaikat Jibril dan disampaikan ke Rasulullah berupa surah Al-Alaq ayat 1-5.
Sedikit Kisah dan Tips untuk Malam Berhambur Kemuliaan
Di balik berbagai kemuliaan dan fadilah yang terkandung di dalamnya, ternyata ada kisah menarik yang menjadi sebab adanya Lailatul Qadar itu.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas, suatu ketika, ada seseorang yang berda di hadapan di hadapan Rasul. Pada kesempatan itu, ia sempat berkata dan curhat kepada N. Muhammad SAW.
Dalam kontak pembicaraan itu, ia berkata, bahwa orang bani Israil (umat-umat terdahulu) mempunyai kondisi fisik yang kuat. Selain itu, mereka juga memiliki umur yang relatif panjang—jauh jika dibandingkan dengan umur umat N. Muhammad SAW yang cenderung pendek.
Kalau begitu, bagaimana mungkin umat Nabi dapat memiliki amalan yang setimpal dengan amal umat-umat bani terdahulu karena kondisi fisik dan panjang usia yang tidak memungkinkan. Keadaan seperti ini lah yang dimaksud seorang tersebut.
Mendengar perkataan itu, Rasulullah pun mengadu dan menjelaskan maksud seorang hamba yang sempat berbicara kepadanya tersebut kepada Allah SWT.
Menyikapi pengaduan Rasul, Allah pun memberi tahu kepada Rasul atas diturunkannya Lailatul Qadar, malam denan keutamaan lebih baik dari seribu bulan.
Supaya dapat lebih mengenali dan menyambut malam Lailatul Qadar, Rasulullah kiranya memberi kisi-kisi tentang ciri datangnya malam istimewa itu. Pada malam tersebut, hawa yang terasa seakan sejuk namun tidak terlalu dingin atau terlalu panas.
Selain itu, pada malam Lailatul Qadar, tidak ada meteorit yang jatuh ke Bumi, satu pun tidak—itu adalah malam yang tenang. Padahal, jika ditelisik secara astrologi, hampir setiap hari di Bumi dapat dipastikan akan ada meteorit yang jatuh menabrak Bumi.
Dalam salah satu literatur, Dr. Abdul Basit Muhammad asal Mesir pernah menemukan satu buah fakta yang menyebutkan bahwa NASA (badan antariksa Amerika) telah menyembunyikan sebuah penemuan, berkaitan dengan adanya Lailatul Qadar. Penemuan itu menyebutkan, bahwa NASApernah sekali menemukan satu malam yang pada saat itu, tak didapati sama sekali metorit menabrak Bumi.
Tak hanya bertanda pada malam harinya saja, fenomena Lailatul Qadar juga terdapat pada keesokan paginya. Saat pagi hari tiba, cahaya yang dipancarkan dari terbitnya Matahari akan terkesan menyebar dan tidak menyilaukan.
Banyak tanda-tanda yang muncul akan kedatangan malam tersebut. Oleh karenanya, kita sebagai umat Muslim sangat dianjurkan untuk bersiap-siap menyambutnya. Di antara amalan yang dianjurkan untuk mnyambut malam Lailatul Qadar adalah membaca Al-Quran, sedekah, berbagi makanan berbuka dan perbanyak doa.
Dalam salah satu riwayatnya, Ibnu al-Jauzi, ulama kelahiran Baghdad, Irak menyebutkan bahwa jika engkau tidak dapat menyambut datangnya Ramadan dengan baik, maka setidaknya engkau menutup Ramadan dengan amalan yang sebaik-baiknya. Waallahu a’lam.
(Arif Rahman/Mediatech)
Leave a Reply