Pasar Waqiah Ramadan: Mencari Warisan di Bulan Ramadan

Pasar Waqiah Ramadan: Mencari Warisan di Bulan Ramadan

Pasar Waqiah Malam Ke-17 Ramadan

Sudah semaklumnya umat Islam Indonesia melaksanakan kegiatan tadarus Al-Quran ketika memasuki Bulan Ramadan, sebab Allah menurunkan Al-Quran pada bulan itu,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Q.S. Al-Baqarah: 185)

Allah menurunkan Al-Quran pada bulan Ramadan, sebagai petunjuk bagi umat manusia. Oleh karena pada bulan Ramadan, maka bulan itu disebut syahr Al-Quran (bulan Al-Quran). Jadi sudah sepantasnya kalau membaca Al-Quran menjadi ibadah pilihan pada bulan itu.

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Quran, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya” (HR. Muslim)

Selain karena cocok, sebagaimana pada hadis tersebut, Al-Quran akan menolong pembacanya pada hari kiamat. Artinya tidak cukup bagi kita hanya memuliakannya, merawatnya dengan baik dengan segala tata krama. Intinya harus kita baca. Esensi Al-Quran adalah sebagai bacaan, bukan jimat.

Di bulan Ramadan, kebanyakan ulama terdahulu banyak yang lebih mementingkan membaca Al-Quran di banding ibadah lainnya. Imam Syafii misalnya, khatam Al-Quran enam puluh kali dalam sebulan. Imam malik menyudahi mengajar dan lebih memilih untuk membaca Al-Quran. Serta masih banyak lagi wali Allah yang meninggalkan ibadah lainnya demi membaca kitab Allah.

Al-Quran adalah Warisan

“Wahai penduduk pasar, mengapa kalian duduk di sini? Harta peninggalan Rasulullah saw., sedang dibagikan-bagikan di masjid!” Seru Abu Hurairah pada suatu hari di pasar.

Berbondong-bondong mereka yang mulanya duduk-duduk bertransaksi jual beli langsung pergi ke masjid Nabawi. Abu Hurairah masih menetap di situ.

Orang-orang itu pun kembali lagi ke pasar. Abu Hurairah bertanya kenapa mereka kembali.

“Wahai Abu hurairah, kami sudah datang ke masjid lantas masuk. Kami tidak melihat sesuatu pun dibagikan.”

“Apakah Kalian tidak melihat siapa pun di masjid.”

Mereka bilang kalau melihat suatu kaum sedang salat, sebagian membaca Al-Quran dan sebagian mengkaji halal-haram.

“Itulah warisan Nabi Muhammad saw.”

Sudah sepatutnya kita setuju bahwa mendapat warisan merupakan kenikmatan. Apalagi mendapat warisan dari orang paling mulia di muka bumi. Warisan Nabi bukanlah harta, melainkan Al-Quran dan Hadis. Setiap orang yang mencari ilmu tentang hadis dan Al-Quran sama saja dengan menikmati warisan. Maka bisa saja saat pergi tadarus dan ada yang bertanya mau ke mana, bilang saja kalau ingin ke tempat penikmat warisan. Ketika akan pergi mengaji, katakan saja mau mengambil warisan.

(Mochammad Athoillahil Qodri/Lingkar Pesantren)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK