Sidratul Muntaha
Lantas setelah bertemu para nabi dari langit pertama hingga langit ke tujuh, Nabi dibawa naik ke Sidratul Muntaha. Kabut tebal serupa mendung yang beraneka warna menyelimutinya. Sebelum naik ke Mustawa, Jibril pun berhenti meninggalkan Nabi yang dibawa naik ke Mustawa (sebuah tempat tinggi yang biasanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan).
Di sanalah Nabi menghadap Allah SWT dan bersujud kepada-Nya. Allah pun berkata, “Wahai Muhammad!”
“Ya, ada apa wahai Tuhanku?”, Nabi menjawab,
“Apa yang kamu kehendaki dari-Ku?”
“Sesungguhnya Engkau telah menjadikan Nabi Ibrahim AS sebagai Kholilullah dan juga kerajaan yang agung. Engkau telah memberi petunjuk kepada Nabi Musa AS. Dan menganugerahi Nabi Dawud AS kerajaan yang agung. Dan Engkau telah memberikan kepada Nabi Sulaiman kerajaan yang agung, dapat menguasai jin, manusia, syetan, dan angin. Engkau juga mengajari Nabi Isa AS kitab Taurat, Injil, dan dapat menghidupkan orang mati dengan seizin-Mu. Engkau telah menjaga sekaligus melindungi Nabi Isa AS serta ibunya dari godaan syetan yang terkutuk, hingga tidak ada yang berani menggoda keduanya lagi.”
Keringanan Untuk Umat Muhammad
“Sungguh telah Kujadikan engkau Muhammad sebagai kekasih-Ku. Dan engkau telah Aku anugerahi Al-Kautsar (telaga Kautsar). Saya juga telah memberimu delapan keutamaan, Islam, hijrah, kebenaran, puasa Ramadlan, amar ma’ruf, dan nahi munkar. Dan sesungguhnya Aku mulai hari ini telah memberi mandat kepada seisi langit dan bumi. Telah Kuwajibkan kepadamu dan kepada umatmu untuk mengerjakan shalat lima puluh kali. Maka kerjakanlah shalat tersebut.”
Lantas tersibaklah kabut menyilaukan yang berasal dari nur Muhammad. Kemudian Jibril memegang erat-erat tangan Nabi. Dan cepat-cepat beliau mengundurkan diri. Setelah itu, Nabi mendatangi Nabi Ibrahim AS. Namun, Nabi Ibrahim tidak berkata apa-apa. Kemudian Nabi mendatangi Nabi Musa AS. Dan Nabi Musa AS berkata , “Aku adalah sebagus-bagusnya teman bagimu.”
Setelah mendengar perintah Allah dari Nabi Muhammad, Nabi Musa merasa iba dan berkata, “Berkenanlah kiranya engkau untuk kembali ke hadapan Allah dan memintalah keringanan untuk dirimu dan umatmu. Sebab sesungguhnya umatmu tidak akan kuat mengerjakannya. Sungguh, saya telah mencobanya kepada orang-orang sebelum kamu dari kaum Bani Israil.”
Lalu Nabi menoleh ke arah malaikat Jibril, meminta pertimbangan. Jibril menganggukkan kepala, sebagai tanda mempersilahkan. Nabi lantas lekas-lekas kembali. Hingga tiba di Syajaroh Sidrotul Muntaha. Dan mendung tadi kembali menyelimutinya. Di sana, Nabi kembali bersujud dan berkata , “Tuhanku, semoga engkau berkenan memberi keringanan kepada umatku sebab umatku adalah seringkih-ringkihnya umat.” Allah SWT berkata, “Aku kurangi lima untuk umatmu.”
Lantas tersingkaplah kabut mendung. Nabi kembali datang menghadap Nabi Musa AS, dan berkata , “Allah telah mengurangi lima untukku.” Kemudian Nabi Musa AS berkata , “Berkenanlah untuk kembali mengahadap Tuhanmu dan mintalah keringanan sekali lagi. Karena sesungguhnya umatmu masih tidak mampu untuk mengerjakannya.”
Selanjutnya, Nabi bolak-balik dengan antara Nabi Musa AS dan Allah SWT. Allah memberikan keringanan lima-lima kepada Nabi hingga shalat lima puluh waktu tersebut hanya tinggal lima waktu saja. Allah pun berkata kepada, “Wahai Muhammad!”
“Aku sambut panggilan-Mu ya Allah!”, jawab Nabi.
“Shalat itu kerjakanlah dalam waktu sehari-semalam. Adapun pahalanya setiap satu kali shalat adalah sepuluh kali lipat. Jadi, lima kali shalatan itu sama halnya dengan pahala lima puluh kali shalat.” Usai itu, Nabi pun turun.
Tidak lama kemudian, terdengarlah seruan , “Sungguh aku telah mewajibkan akan sebuah kewajiban dan telah memberikan suatu keringanan kepada hamba-Ku.” Setelah itu, Nabi Musa AS mempersilahkan Nabi SAW untuk kembali, “Silahkan, saya persilahkan kamu wahai Muhammad untuk turun sambil menyebut nama Allah SWT.”
Disadur dari kitab Dardir Miraj
Leave a Reply