Pakaian Perspektif Al-Qur’an

Setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya (adam dan hawa) untuk menampakkan pada ke duanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu aurat nya…setelah mereka merasakan (buah) pohon terlarang itu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga..(Qs Al-A’raf 20-22) Dari paparan ayat diatas,

kita ketahui bahwa Nabi adam dan siti hawa pada awalnya menutup aurat Adapun ide “membuka aurat” adalah ide setan, dan karenanya “tanda-tanda kehadiran  setan  adalah “ke terbukaan  aurat”.  Sebuah  riwayat  yang  dikemukakan oleh Al-Biqa’i  dalam  bukunya  Shubhat  Waraqah  menyatakan  bahwa ketika  Nabi  Saw.

belum memperoleh keyakinan tentang apa yang dialaminya di  Gua  Hira  -apakah  dari  malaikat  atau  dari setan-  beliau  menyampaikan  hal  tersebut  kepada  istrinya Khadijah. Khadijah  berkata,  “Jika  engkau  melihatnya  lagi, beritahulah  aku”.  Ketika  di  saat  lain  Nabi  Saw. Melihat malaikat yang  dilihatnya  di Gua  Hira,  Khadijah  membuka pakai-annya  sambil  bertanya,  “Sekarang,  apakah engkau masih melihatnya?” Nabi  Saw. 

menjawab,  “Tidak, dia  pergi.” Khadijah dengan penuh keyakinan berkata, “Yakinlah yang datang bukan setan, karena  hanya  setan  yang  senang  melihat aurat”. Menutup aurat dengan pakaian adalah suatu kewajiban, Meninggalkannya adalah perbuatan setan sebagaimana yang menimpa adam dan hawa. Dalam hal ini Al-Quran mengingatkan: يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا Wahai putra-putra Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia (telah menipu orang tuamu Adam dan Hawa) sehingga ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga.

Ia menang galkan pakaian keduanya untuk mem perlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua (QS Al-A’raf : 27) Allahpun menyediakan berbagai cipta an-Nya untuk digunakan sebagai penutup aurat. Allah SWT berfirman : يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (26) Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakai an untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.  (Al-A’raf 26) Al-Quran paling tidak menggunakan tiga istilah  untuk  pakaian yaitu,  libas,  tsiyab,  dan  sarabil.  Libas  pada  mulanya  berarti  penutup se hingga cincin yang menutup sebagian  jari  juga  disebut  libas.  Kata libas digunakan oleh Al-Quran untuk  menunjukkan  pakaian lahir  maupun  batin,  sedangkan  kata  tsiyab digunakan untuk menunjukkan pakaian lahir.

Kata ini terambil dari  kata  tsaub yang  berarti  kembali,  yakni kembalinya sesuatu pada keadaan semula (ide pertamanya). Ide dasar adanya bahan-bahan pakai an  adalah  agar  dipakai.  Jika bahan-bahan   tersebut   setelah   dipintal  kemudian  menjadi pakaian, maka pada hakikatnya ia telah kembali pada ide  dasar keberadaannya. Kata ketiga yang digunakan Al-Quran untuk menjelaskan  perihal pakaian  adalah  sarabil.  Kamus-kamus bahasa mengartikan kata ini sebagai pakaian, apa pun jenis bahannya.  Hanya  dua  ayat yang  menggunakan  kata  tersebut. Satu di antaranya diartikan sebagai  pakaian  yang  berfungsi  menangkal  sengatan  panas, dingin,  dan  bahaya  dalam  peperangan (QS Al-Nahl : 81.)

Satu lagi dalam surat Ibrahim: 50 tentang siksa yang akan dialami  oleh  orang-orang  berdosa  kelak  di  hari kemudian: pakaian mereka  dari  qathiran (tembaga yg meleleh karena panas; pelangkin).  Dari  sini  dipahami  bahwa pakaian  ada  yang  menjadi  alat penyiksa. Tentu saja siksaan tersebut karena  yang  bersangkutan  tidak  menyesuaikan  diri dengan nilai-nilai yang diamanat kan oleh Allah Swt. Rasul SAW memberikan ancaman  kepada mereka yang membuka aurat: “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya:

Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang ber pakaian namun telanjang dan ber lenggak lenggok. Kepalanya ber goyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim) Pakaian disamping untuk menutup aurat juga untuk keindahan. Seorang sahabat  bertanya kepada Nabi : “Seseorang yang senang pakaiannya indah dan alas kakinya indah (Apakah termasuk keangkuhan?” Nabi men jawab, “Sesungguhnya Allah itu indah, senang kepada keindahan, Sesungguhnya keangkuhan adalah menolak kebenaran dan menghina orang lain.” Khusus untuk lelaki, maka jauhilah pakaian sutera, Ali bin Abi Thalib berkata, “Saya melihat Rasul, mengambil sutera lalu beliau meletakkan di sebelah kanannya, dan emas diletakkannya di sebelah kirinya, kemudian beliau bersabda, ‘Kedua hal ini haram bagi lelaki umatku”. Wallahu A’lam

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK