Pelepasan balon dan tanda wisuda menjadi akhir dari pembelajaran siswa-siswi kelas 6 MI NU An-Nur. “Ketika balon ini dilepaskan, berarti kami melepaskan kalian dengan ikhlas dan penuh doa. Semoga ilmu kalian bermanfaat,” ucap salah satu guru dengan penuh kesedihan.
Minggu siang, 12 Juni 2022, acara Wisuda dan Pelepasan Siswa-Siswi MI An-Nur diselenggarakan di Aula Yaqowi. Para siswa merasa gembira karena wisuda kali ini dapat dihadiri oleh wali mereka. Begitupun para wali murid yang terharu karena melihat anak mereka telah lulus.
Tak lama, kirab wisuda dilaksanakan. Dipimpin oleh tiga Paskibra. Para wisudawan menempati kursi sebelah kiri dan wisudawati menempati kursi sebelah kanan. Sembari menyambut wisudawan-wisudawati, tim hadrah An-Nur mengumandangkan selawat.
Dari sana, tampak di sebelah kiri panggung terdapat tim Hadrah mengenakan baju dan kopyah putih serta sarung biru dan sebelah kanan tim paduan suara dari siswi MI An-Nur mengenakan almamater hijau putih. Di atas panggung terdapat serangkaian istana berwarna emas, putih dan kuning dari gabus yang terasa megah.
Selang beberapa waktu, dua siswi MC membuka acara wisuda dengan pembacaan surah Al-Fatihah. Dilanjutkan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dari wisudawan.
Disusul dengan penyanyian tiga lagu wajib oleh tim paduan suara putri dan dipimpin oleh satu dirigen. Para hadirin dipersilakan berdiri telebih dahulu. Tim paduan suara bernyanyi sambil melangkah ke kanan ke kiri, mereka memukau penonton. Setelah lagu selesai, hadirin dipersilakan duduk kembali.
Kemudian acara dilanjutkan pembacaan surat keputusan kelulusan oleh Bapak Miftahul Munib, salah satu guru MI An-Nur. Dibacakan bahwa jumlah wisudawan-wisudawati sebanyak 64 siswa: 46 wisudawan dan 18 wisudawati.
Dilanjutkan dengan prosesi wisuda. Para siswa dipanggil satu per satu menuju ke atas panggung untuk penyematan. Setelah disematkan, mereka berbaris di belakang penyemat. Setelah diprosesi seluruhnya, foto bersama para dewan guru.
Sebelum menuruni panggung, seorang siswi membacakan Janji Wisuda dan diikuti teman-temannya. Kemudian menyanyikan lagu Selamat Tinggal Guru dan Kawanku. Dipimpin oleh seorang dirigen. Di tengah instrumen, seorang siswi membacakan puisi tentang guru. Setelah itu, mereka kembali ke tempat masing-masing.
Selanjutnya penganugerahan penghargaan untuk wisudawan-wisudawati berprestasi. Diambil juara satu dan dua dari kelas 6A dan 6B dan satu wisudawan favorit.
Keberatan Hati Karena Perpisahan
Beranjak ke acara selanjutnya yakni sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Sumaiatuzzahro, atas nama perwakilan wisudawan/I sekaligus juara 1 kelas 6A. Ia mengungkapkan keberatan hatinya berpisah dengan teman-temannya dalam sambutannya. “Sungguh berat berpisah dengan kalian karena sudah bersama selama enam tahun,” ucapnya.
Kemudian dilanjutkan sambutan kedua dari Ning Makhshushoh, kepala sekolah MI An-Nur. Beliau mengucapkan selamat atas kelulusan siswa/i MI An-Nur. “Kalian telah menyelesaikan pembelajaran di MI An-Nur ini. Saya nyatakan lulus seratus persen,” ucap beliau. Sontak seluruh aula bertepuk tangan.
Selain ucapan selamat, beliau berpesan agar selalu berbakti kepada orang tua dan tetap menghormati guru mereka. Meski guru dari MI. Di akhir sambutan, beliau juga menambah tiga pesan unutk wisudawan/i, “Jagalah nama baik orang tua, MI dan An-Nur; belajarlah dengan sungguh-sungguh dan jangan lupa berdoa, dan; pandailah dalam memilih teman bergaul.”.
Ilmu Penting, Agama Juga Penting
Sesi acara dilanjutkan oleh Dr. KH. Fathul Bari S.S., M.Ag., selaku perwakilan dari wali wisudawan dan mengisi mauidloh hasanah.
Beliau menjelaskan bahwa anak bisa menjadi anugerah bagi orang tua, atau malah menjadi bumerang. Jika anak menjadi anugerah, mereka akan menjadi pengharum bagi keluarganya. Sebaliknya jika tidak, maka akan menjadi musibah.
“Anak adalah pengharum orang tuanya. Bisa jadi anak menjadi musibah bahkan azab bagi orang tuanya,” terang Kiai Fathul.
Semua itu tergantung bagaimana cara orang tua mendidik anaknya. Beliau menjelaskan bahwa orang tua yang baik adalah orang menyiapkan dua ribu tahun ke depan yakni pasca kematian. Jadi, anak tidak hanya dididik dengan ilmu saja, melainkan dengan perkara keagamaan pula.
“Meski sudah berprestasi, jangan lupa menanamkan agama dan tata krama ,” jelas beliau.
Hal tersebut merupakan salah satu kunci untuk menjadikan anak menjadi berbakti. Alangkah baiknya mengajari hal itu sejak dini. Salat diajarkan sejak umut tujuh tahun. Kalau belum mau salat hingga umut sepulh tahun, orang tua boleh memukulnya.
Namun bukan berarti karena mementingkan agama tidak memedulikan ilmu. Semua harus seimbang agar tidak terlalu terpacu ke salah satu kategori.
Selesainya mauidloh dari beliau bertanda acara juga berakhir. Untuk menutup acara, Kiai Syamsul Arifin dipersilahkan membacakan doa.
(Riki Mahendra Nur Cahyo/Mediatech)
Leave a Reply