Mereka Ulang Nuzulul Al-Quran di Gua Hira

Nuzulul Al-Qur’an di Gua Hira

Mumpung Nuzulul Al-Qur’an, waktunya reka ulang langsung di tempat kejadian.

Selain beberapa tempat penting di sekitar Makkah dan Madinah, ada tempat yang tidak boleh Anda lewatkan selepas menunaikan haji atau umrah. Tempat itu adalah Gua Hira, tempat diturunkannya Al-Qur’an. Terletak di Jabal Nur, sekitar 8 km dari arah timur Masjidilharam, Gua Hira menjadi salah satu destinasi wisata yang paling sering dikunjungi oleh jamaah haji atau umrah.

Menjadi tempat diturunkannya wahyu Allah untuk pertama kalinya, Gua Hira masuk ke dalam daftar tempat-tempat penting dalam kalender keislaman. Selain terkenal demikian, Gua Hira yang terletak di puncak Jabal Nur juga terkenal dengan keindahan pemandangan Makkah, Masjidilharam, dan sekitarnya. Pemandangan ini bisa disaksikan dari puncak gunung, tepatnya sekitar 20 m dari lokasi Gua Hira berada.

Untuk mencapai Jabal Nur, bisa dilakukan dengan berkendara singkat dari arah Makkah sampai di Masjid Bilal bin Rabbah. Sampai di masjid ini, perjalanan berlanjut dengan berjalan kaki. Dengan ketinggian sekitar 640 meter, puncak gunung ini bisa tercapai dengan kisaran waktu satu sampai dua jam. Itu pun jika memiliki fisik yang kuat karena jalanan yang terjal meski sudah disediakan tangga batu.

Karena panas yang ekstrem di siang hari, ada dua opsi perjalanan yang disarankan. Pertama, pergi saat malam menjelang Subuh, lalu salat Subuh di puncak gunung, dan kembali ketika selesai memandangi matahari terbit. Kedua, melakukan perjalanan setelah Asar menjelang Magrib, lalu salat Magrib di puncak, dan kembali setelah puas memadangi sunset. Dari dua pilihan di atas, banyak yang menyarankan untuk menggunakan opsi pertama, yakni perjalanan menjelang subuh.

Selain itu, karena jalan yang curam dan berbatu, baik untuk membawa air minum yang cukup. Juga jangan lupa untuk melihat kondisi fisik terlebih dahulu sebelum mendaki. Tentunya tidak akan menyenangkan ketika di tengah-tengah pendakian, napas sudah habis. Jika memang kelelahan, bisa bersandar sebentar di lereng gunung, kemudian lanjut lagi ketika tenaga sudah pulih.

Gua Hira sebenarnya cukup sempit jika kita melihatnya dari luar. Gua ini memiliki panjang sekitar 3,7 meter, lebar sekitar 1,6 meter, dan tingginya sekitar 270 m. Cukup sempit untuk dua orang dewasa berada di dalamnya. Dengan ukuran sedemekian sempitnya, gua ini malah lebih tepat disebut cekungan daripada sebuah gua.

Meski terlihat gelap dari luar, bagian dalam gua ini ternyata cukup terang. Lewat sela-sela batu di atas dan pinggir gua, sinar matahari bisa masuk ke dalam gua. Selain itu, lewat sela-sela ini pula angin bisa masuk dan membawa udara dingin ke dalam gua. Secara keseluruhan, gua ini benar-benar nyaman untuk berdoa dan beribadah secara sendiri. Sehingga tidak bagus untuk berdoa di gua ini jika banyak jamaah lain yang berebutan masuk. Juga tidak baik untuk pergi ke gua ini ketika sedang ramai-ramainya atau ketika musim haji, jika memang ingin merasakan suasana sunyinya.

Meski termasuk tempat penting dalam sejarah Islam, Gua Hira dibiarkan seperti apa adanya. Hal ini karena adanya peraturan pemerintah setempat yang khawatir bahwa kunjungan ke gua termasuk bidah. Kiranya ini berdasar pada perilaku Nabi yang tidak pernah mendatangi tempat ini lagi setelah peristiwa Nuzulul Quran tersebut. Wallahualam.

(Nabil Abdullah Alghifari/Lingkar Pesantren)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK