Pasar Waqiah Ramadan: Enaknya Dapat Musibah

Enaknya Dapat Musibah: Simpanan Kebaikan

Ada kisah seorang ulama yang memiliki hati sangat sabar. Ia memiliki penyakit buta. Kendati demikian, ia tidak pernah mengungkapkan kepada siapapun tentang penyakitnya tersebut. Keluarganya pun juga tidak tahu bahwa dirinya tidak bisa melihat. Itu, karena ia mengerti enaknya mendapat musibah.

Abdullah bin Umar pernah memberitahukan bahwa Rasul di suatu waktu bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مِنْ كُنُوْزِ الْبِرِّ كِتْمَانُ الْمَصَائِبِ وَ الْأَمْرَاضِ وَ الصَّدَقَةِ – أبو نعيم

Artinya: “Termasuk dari gudang kebaikan ialah menyimpan musibah-musibah, sakit-sakitan, dan sedekah.” (Hadis riwayat Abu Nuaim).

Semua orang itu pasti memiliki masalah tersendiri di hidupnya. Entah putus dari pacar, kehilangan orang tua, rumah rusak, dan segala problematika kehidupan yang lain. Manusia tidak bisa menghindarinya meski ia pergi ke padang pasir yang tidak ada kehidupannya.

Masalah atau musibah akan mengikuti seperti bayangan atau mungkin lebih dari itu. Manusia bisa menghindari bayangan saat ia berada dalam tempat yang gelap. Berbeda dengan cobaan. Walau manusia pergi ke tempat terang atau gelap, tidak ada bedanya. Cobaan akan tetap menghampiri manusia, meski mereka mau atau tidak.

Waktu dan tempat sama sekali bukan halangan untuk musibah mendatangi manusia. Manusia saat bayi memiliki kemungkinan untuk terkena cobaan. Butuh contoh? Nabi Musa, saat ia baru lahir ia harus menemui masalah. Yaitu bagaimana caranya selamat dari kekejaman Firaun yang membunuh bayi laki-laki.

Ini juga menandakan bahwa cobaan dari Allah Swt tidak mengenal derajat. Meski manusia itu orang kaya sekaligus presiden, Allah tetap akan memberinya ujian. Bahkan para nabi dan kekasih Allah juga mendapat musibah.

Allah Swt sekilas terlihat kejam. Allah memberikan para hambanya musibah di dalam keadaan apapun, di manapun, dan kapanpun. Setiap detiknya memiliki probabilitas yang besar untuk datangnya musibah.

Hanya saja, Allah memberi kemudahan untuk manusia. Umpamanya ada seseorang yang jalan-jalan kemudian tanpa sengaja menginjak duri. Sebab itu ia sedikit meringis kesakitan. Lantaran kejadian itu, ia akan mendapat simpanan-simpanan kebaikan.

Semua orang itu akan mendapat musibah. Hari ini damai, bisa jadi esok, Allah menimpakan cobaan. Namun sebaik-baik orang yang mendapatkan cobaan ialah mereka yang bersabar dan menyimpannya.

Enaknya Dapat Musibah: Dosa Diampuni

Mereka yang mendapat cobaan, Allah akan mengampuni dosanya. Sebagaimana hadis Rasul yang Aisyah sampaikan:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُصِيبَةٍ يُصَابُ بِهَا الْمُسْلِمُ إِلَّا كُفِّرَ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا

Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda, “Tidak ada musibah yang menimpa seorang muslim melainkan Allah akan mengampuni dosanya. Walaupun musibah itu hanya tertusuk duri.” (HR. Muslim)

Ini enaknya menjadi muslim, mendapat ujian juga mendapat ampunan. Padahal Allah sangat pantas untuk memberi manusia musibah. Soalnya, berapa banyak nikmat yang Allah berikan? Berapa banyak kemudahan yang Allah serahkan? Berapa banyak kebahagiaan yang Allah turunkan untuk manusia? Tidak ada yang bisa menghitung dan tidak terhitung.

Lantas ketika musibah datang pantaskah manusia untuk mengeluh? Pantas, tapi mengadunya ke Allah saja. Hanya saja, ketika musibah datang tetap bersyukur, karena selain mendapat musibah merupakan gudang kebaikan, juga Allah akan memberikan magfirah-Nya.

Dunia ini pernah menuliskan cerita yang unik. Mungkin dari cerita ini manusia bisa tetap bersyukur ketika mendapat musibah dan mengerti enaknya ketika musibah datang.

Cerita bermula saat Nabi Isa berjalan-jalan. Tanpa sengaja ia bertemu dengan orang yang buta, lepra, plus lumpuh kakinya. Meski begitu ia berkata, “ya Allah, saya bersukur Engkau memberi kesejahteraan kepadaku, tidak seperti orang-orang yang Engkau beri musibah.”

Mendengar ini Nabi Isa terkejut. “Hei, Anda memiliki tiga penyakit mengerikan sekaligus, tapi Anda berkata demikian.”

Orang itu menjawab, “Keadaanku ini lebih baik dari orang-orang yang tidak mau bersyukur padahal memiliki kondisi tubuh yang bagus.”

Nabi Isa terkesan dengan jawaban orang itu. Beliau adalah nabi dengan mukjizat menyembuhkan segala penyakit, bahkan kematian. Kemudian beliau menyembuhkan penyakit orang tersebut. Orang tersebut lalu menjadi orang yang sangat tampan.

Cerita tamat.

(Ahmad Firman Ghani Maulana/Mediatech)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK