Ahad Legi di Ujung Lintasan

Leonathan, santri kelas tiga SMA merasa terharu. Selama mondok tiga tahun, ia merasakan Ahad Legi berkali-kali. Apalagi Ahad Legi menjadi hari yang paling santri suka. Pada hari itu, lapangan ramai akan stan-stan yang menjual beragam macam makanan. Lapangan menjadi ramai oleh santri-santri yang ingin membeli makanan.

Macam makanan seperti omelet, batagor, dan puyam adalah makanan-makanan yang tidak ada di kantin pondok. Sehingga, Ahad Legi menjadi hal yang mereka suka. Namun, Ahad Legi pada tanggal 6 November 2022 kali ini menjadi hari terakhir di semester pertama. Leonathan pun merasakan haru di hatinya.

Ilmu Memuliakan Pemiliknya

Kiai Zainuddin memimpin kajian Bidayatul Hidayah

Pagi itu, sebelum acara mulai, panitia menata tempatnya. Ada yang merapikan karpet-karpet sebagai alas duduk para jemaat. Ada juga yang memasang satir yang memisahkan jemaah laki-laki dan perempuan. Satu lagi, ada yang mulai menyebar kotak amal di tempat-tempat jemaat. Kemudian sekiranya selesai, panitia mulai fokus di bagian belakang acara.

Acara masih belum mulai. Menunggu tim banjari An-Nur II di jenjang SMP yang akan memainkan rebana dan menyenandungkan selawat. Setibanya mereka, semua panitia memeriksa mikrofon. Sekiranya siap, mulailah tim banjari unjuk suara. Senandung selawat itu membuka serangkaian kegiatan Ahad Legi.

Agenda selanjutnya ialah pengajian bersama Kiai Zainuddin, pengasuh pondok putra An-Nur II. Pengajian itu memakai kitab Bidayatul Hidayah. Dalam pengajian tersebut, mahasantri dan pengurus mengikuti pengajian tersebut. Sementara santri-santri kelas tingkat diniyah masih mengenyam pelajaran di sekolah.

Pengajian bersama beliau pada Ahad Legi kali ini ialah membahas betapa mulianya orang berilmu dari orang bodoh meskipun dia ahli ibadah. Walaupun orang yang berilmu itu pemalas dalam beribadah, dan orang yang bodoh rajin ibadahnya, sering ke masjid dan salat lima waktu ia lakukan secara berjemaah. Tetap saja, orang yang berilmu lebih mulia.

Kiai Husni Mubarok pun datang selepas Kiai Zainuddin kembali dari podium. Beliau segera menuju panggung untuk memimpin tahlil. Sepeti biasa di Pengajian Ahad Legi, selepas tahlil ialah pembacaan istigasah. Kiai Syamsul Arifin duduk di samping Kiai Husni, beliau kebagian mandat memimpin membaca istigasah.

Selesai dari pembacaan tahlil dan istigasah, MC (Master of Ceremony) segera mengambil alih jalannya acara selanjutnya. Ia membacakan runtutan yang akan mula awal sampai penutup, doa. Kemudian ia membuka acara dengan membaca tawasul dan Surah Al-Fatihah.

Kegiatan kedua, membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan seni lagu. Mas Ubed adalah sang qarinya. Baru berganti ke kegiatan ketiga, yakni sambutan dari majelis keluarga An-Nur II. Dalam hal ini ialah Dr. KH. Fathul Bari, S. S., M. Ag.

Klimaks acara pun tiba, mauidloh hasanah dari Ustaz Khoiruddin, Lc. Beliau menyampaikan tiga hal penting. Satu, sering-sering mengikuti majelis selawatan. Dua, majelis selawatan itu bagus tapi lebih baik majelis ilmu. Tiga, punya ilmu harus mengamalkannya juga. Ciri-cirinya dua, berdakwah dan tidak sombong.

Acara Ahad Legi pun berakhir dengan doa yang Kiai Syamsul pimpin.

0341-833235 (kantor pondok)

+62 852-3644-6126 (humas pondok)

+62 813-3476-9069 (humas pondok khusus untuk kunjungan)

No. Rek. BNI a/n An Nur 2: 4321-1979-02

(Ahmad Firman Ghani Maulana/Mediatech)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK