Bulan Rajab dan Serba-Serbi Tentangnya

Bulan Rajab, bulan ketujuh di penanggalan Islam, menjadi salah satu dari empat bulan pilihan Allah. Tiba di bulan ini, pahala amalan-amalan baik lebih banyak dari biasanya. Sayangnya, begitu juga dengan maksiat, dosanya lebih besar dari umumnya.

Jika tiba di bulan ini Rasul biasanya berdoa yang memiliki arti, “Ya Allah berkahilah kami di Bulan Rajab dan Bulan Syakban serta pertemukanlah kami dengan Ramadan.”

Sebagai umat muslim, kita hendaknya mengamalkannya saat berada di Bulan Rajab. Doa itu juga mengingatkan bahwa kematian tidak ada yang tahu datangnya. Jadi berdoalah agar menemui Ramadan sebelum ajal menjemput!

Sebelumnya, sudah tahukah empat bulan mulia itu apa saja? Oke, Allah membuat 12 bulan dalam setahun. Jumlah 12 itu merupakan ketetapan Allah semenjak terciptanya bumi dan langit. Di antara mereka ada empat bulan yang terpilih oleh Allah menjadi bulan yang mulia.

Nabi menyebutkan empat bulan itu dalam hadis riwayat Imam Bukhari. Di dalam empat bulan itu, tiga bulan berurutan, sedangkan satu tidak. Tiga bulan itu: Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam. Satu bulan yang menyendiri itu adalah Rajab.

Nabi menyebutkan di dalam hadis tersebut, bulan Rajab yang menjadi salah satu bulan mulia di sini adalah Rajab Mudhar. Hal ini terjadi lantaran adanya perbedaan pendapat antara Kabilah Mudhar dan Rabiah tentang urutan bulan Rajab dalam penanggalan.

Menurut Kabilah Mudhar, Rajab berada di bulan ketujuh. Adapun menurut Kabilah Rabiah, Rajab itu bulan kesembilan. Rajab yang menjadi bulan mulia adalah Rajab Mudhar, bulan ketujuh kalender Hijriah.

Sebenarnya, di zaman Rasul, nama-nama bulan Hijriah itu sudah ada. Hanya saja, tidak ada urutannya. Muharam itu bulan ke berapa? Syawal itu kapan? Tidak ada yang tahu. Kemudian menengok dari hadis Nabi, jika tiga bulan mulia itu berurutan ternyata, Muharam itu –setelah kalender Hijirah terbuat– berada di awal.

Berarti jika menengok penanggalan Hijriah, bulan-bulan mulia berada di tiap sisi, di awal, tengah, dan akhir. Awal, bulan Muharam. Tengah, bukan Rajab. Terakhir ada bulan Zulkaidah dan Zulhijah.

Mengapa di sisi akhir ada dua bulan mulia, padahal lainnya hanya satu? Ini menandakan pentingnya akhiran yang baik. Seseorang meski selama hidupnya ahli ibadah tapi jika matinya berada dalam kafir, maka semua amalnya menjadi sia-sia.

Mengapa Menjadi Bulan Mulia?

Sebentar, sebenarnya dari tadi ada sebuah misteri yang tersembunyi. Yaitu, mengapa empat bulan ini bisa menjadi bulan mulia? Jawabannya ialah karena hal itu merupakan pilihan Allah.

Imam Abi Qatadah, pembesar di masa tabiin berkata: Sesungguhnya Allah SWT. memilih di antara makhluknya menjadi mulia dari yang lainnya. Di antara malaikat, Allah memilih Malaikat Jibril. Di antara hari, Allah menunjuk hari Jumat. Begitu pula bulan, Allah menetapkan empat bulan itu.

Manusia memilih seseorang saja bisa menjadi mulia. Contohnya presiden, ia merupakan pemimpin pilihan manusia. Apalagi Allah. Maka pilihan-Nya tentunya menjadi hal-hal yang berharga dan mulia.

Bulan Rajab, bulan yang mulia. Barang siapa yang melasanakan amalan-amalan baik di dalamnya akan mendapatkan ganjaran yang lebih besar dari waktu lainnya. Jika melaksanakan salat, biasanya pahalanya satu, bisa jadi di bulan ini pahalanya berlipat-lipat.

Sayangnya bukan hanya amalan baik, tapi maksiat juga. Konsepnya seperti seseorang sedang bermaksiat di tempat mulia. Zina itu dosa. Sekarang bagaimana jika berzinanya di masjid, terlihat lebih buruk bukan? Sama, orang yang berbuat dosa di bulan mulia kelihatannya tidak enak.

(Ahmad Firman Ghani Maulana/Mediatech)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK