Iduladha merupakan salah satu hari raya di agama Islam dan menjadi penutup sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Dengan dua hal itu, Iduladha menjadi hari yang mulia. Allah mengisyaratkan keagungan Iduladha dalam firman-Nya:
وَالْفَجْرِ١ وَلَيَالٍ عَشْرٍ٢ وَالشَّفْعِ وَا لْوَتْرِ٣ وَاللَّيْلِ إِذَا يَسْرِ٤
Artinya: 1. Demi fajar, 2. dan malam yang sepuluh, 3. dan yang genap dan yang ganjil, 4. dan malam bila berlalu.
Pada arti “Demi Fajar” sebagian ulama menafsiri lafaz tersebut bermakna waktu fajar di hari Iduladha. “malam yang sepuluh” memiliki arti hari sepuluh pertama bulan Zulhijah.
“Dan yang genap dan yang ganjil” ulama menafsiri arti merupakan hari iduladha dan hari Arafah. “Dan malam bila berlalu” penafasiran lafaz tersebut merupakan malam Iduladha.
Ketika Allah membuat sumpah dengan suatu perkara, menunjukkan betapa mulianya perkara tersebut. Dalam kasus Surah al-Fajr, menandakan Iduladha adalah hari yang mulia. Nabi pun menegaskan hal itu dalam sabdanya:
اَ فْضَلُ اْلأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ القَرِّ
Artinya: “Hari yang paling mulia di sisi Allah adalah hari Nahr (Iduladha) dan hari kesebelas Zulhijah”.
Alasan sepuluh hari pertama Zulhijah sangatlah agung karena Allah melipat gandakan setiap pahala ibadah hingga 700 kali lipat. Allah juga lebih mencintai ibadah yang manusia lakukan di hari itu, daripada di hari-hari lain, meski dibandingkan dengan jihad. Sesuai sabda Nabi:
ما من أيام أعظم عندالله ولا أحب إليه العمل فيهن، من هذه الأيام العشر
Artinya: “Tiada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan tidak disukai amal-amal saleh di dalamnya dari sepuluh hari pertama. Yakni sepuluh pertama Zulhijah.”
Alasan lainnya karena Allah menurunkan ampunan dan rahmat-Nya dengan sangat deras kepada hamba-Nya. Sungguh, bakal menyesal orang-orang yang menyia-nyiakan Iduladha.
Ganjaran Besar Untuk Orang yang beribadah Haji
Pada awal Zulhijah, kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Jika seseorang tersebut dapat melaksanakan haji secara sempurna, Allah akan mengampuni segala dosanya. Nabi bersabda:
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَمَا وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Artinya: “Siapa saja yang berhaji, lalu tidak berkata keji dan tidak berbuat dosa, niscaya ia pulang (suci) seperti hari dilahirkan oleh ibunya.”
Orang Ketika ibadah haji setiap langkahnya, dia mendapatkan satu kebaikan plus menghapus satu kejelekan, dan menaikkan satu derajat kemuliaan. Itu baru satu langkah! Jika dia membaca bacaan talbiah sekali, dia akan mendapat kabar gembira dari Allah tentang surga. Salat dua rakaat setelah tawaf, pahalanya setara dengan pahala membebaskan satu budak. Sai, pahalanya sebanding dengan pahala membebaskan 70 budak.
Ketika dia melempar jamrah, setiap lemparan dapat menggugurkan satu dosa besar. Sedangkan jika dia wukuf di Arafah, semua dosanya akan gugur. Lah, karena itu, orang yang hajinya mabrur, di akhirat masuk surga. Nabi Muhammad bersabda:
الحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة…
Artinya: “Tidak ada balasan untuk haji mabrur kecuali surga…”
Pengganti Haji Untuk Orang yang Belum Mampu
Terus bagaimana bagi orang yang belum mampu haji?
Tenang Bagi orang yang belum mampu untuk melaksanakan ibadah haji masih ada gantinya. Yaitu dengan beribadah berjihad melawan hawa nafsu, yang lebih sulit ketimbang jihad melawan musuh. Tidak hanya dengan itu, kalian dapat juga untuk selalu mengingat dan mendekat kepada Allah SWT
Sebagian ulama mengatakan: “Barang siapa yang tidak dapat ke Ka’bah karena letak rumahnya jauh, hendaklah dia menghadapkan diri ke Allah, pemilik Ka’bah. Sebab Dia lebih dekat daripada urat leher orang yang berdoa dan berharap kepada-Nya.”
Selain mendekatkan diri kepada Allah, ibadah paling utama adalah salat iduladha dan sesudah itu merupakan menyembelih hewan kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Artinya: “Maka dirikanlah salat untuk Tuhanmu dan berkurbanlah untuk-Nya.”
Rasulullah juga pernah bersabda:
ما عمل ابن آدم من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم
Artinya: “Tidak ada perbuatan amal manusia di hari Nahr (Iduladha) yang lebih Allah cintai, daripada menumpahkan darah hewan kurban.”
Janganlah merasa berat berkurban. Karena harta yang kita keluarkan untuk berkurban, Allah akan membalasnya dengan memberi kebaikan sejumlah rambut hewan kurban tersebut. Allah juga mengampuni dosa orang yang berkurban di tetesan darah pertama.
Nabi Muhammad SAW. juga pernah bersabda kepada Fatimah r.a: “Berdiri dan saksikanlah hewan kurbanmu! Sesungguhnya bersamaan dengan tetesan darah pertama yang mengalir dari darahnya, Allah mengampuni dosamu yang lalu.”
Sesungguhnya seseorang yang rela berkurban dan mengharap kebaikan dari Allah, maka hewan kurban tersebut menjadi penyelamatnya dari api neraka. Kurban juga tanda kepedulian terhadap fakir-miskin, sarana menyambung ikatan silaturahmi, dan sarana membuat bahagia orang lain.
Dengan ini, kurban terbukti memiliki banyak kemanfaatan di dunia nyata. Memang kurban tidak wajib kecuali orang tersebut nazar berkurban. Betapa ruginya bagi orang mukmin yang mempunyai harta, tapi enggan mengeluarkan sebagian hartanya demi mendapat kenikmatan yang melimpah di akhirat. Bahkan Nabi pernah memberi peringatan keras:
من وجد سعة فلم يذبح فلا يقربن مصلانا
Artinya: “Barang siapa yang mampu berkurban, tetapi tidak berkurban. Maka dia tidak perlu hadir di tempat salat kita.”
Kenikmatan di Hari Tasyrik
Ketika pembahasan zulhijah, tentunya kita tidak terlepas dengan hari tasyrik. Pada hari tasyrik umat Islam haram untuk berpuasa. Lah, kok Bisa? Sedangkan puasa kan merupakan ibadah yang agung? Sebab ketika hari tasyrik terdapat dua kenikmatan dari Allah SWT. Pertama, kenikmatan badan dengan makan dan minum. Kedua, kenikmatan batin dengan berzikir dan bersyukur kepada Allah SWT. Nabi Muhammad pernah bersabda:
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ ، وَذِكْرٍ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Artinya: “Hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan, minum, dan mengingat Allah.” Sehingga, jika seseorang berpuasa, berarti ia telah mengingkari dua kenikmatan di hari tersebut.
Di hadis tersebut, Nabi sengaja mendahulukan makan dan minum dari beribadah dengan latar belakang tertentu. Yakni, makan dan minum tersebut sebagai penguat ketika beribadah. Kemudian ibadah menjadi sempurna dan khusyuk (gak kepikiran makanan, hehehe…).
Begitulah ungkapan syukur sebenarnya. Menjadikan nikmat menjadi perantara kita agar tetap ingat kepada Allah. Seharusnya begitulah kita menyikapi hari raya. Bukan hanya untuk bersenang-senang saja. Melainkan menjadi perantara untuk mengingat dan taat kepada Allah.
ليس العيد لمن لبس الجديد، انما العيد لمن طاعته تزيد
Artinya: “Hari raya bukanlah milik orang yang pakaiannya baru. Tetapi hari raya milik mereka yang ketakwaannya bertambah.”
(ABU RAIHAN EFENDI/MEDIATECH ANNUR II)
Leave a Reply