Mungkin banyak dari kita yang sering mengeluh pada nasib kita sendiri. Secara tidak sadar, kita juga sering berpikiran hidup orang lain lebih enak daripada kita. Akhirnya kita kurang menerima kenyataan pada diri kita sendiri. Sehingga terbesit di benak kita, “ Allah, kok gak adil, hidup dia enak hidupku kok susah banget ya.”
Sistem di dunia ini, memang Allah ciptakan dengan ada yang kaya, ada pula yang miskin. Ada yang pintar, ada yang bodoh. Ada yang ganteng atau cantik, ada juga yang jelek. Hal tersebut sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Isra ayat 21:
اُنْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ وَلَلْاٰخِرَةُ اَكْبَرُ دَرَجٰتٍ وَّاَكْبَرُ تَفْضِيْلًا ٢١
“Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Sungguh kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaannya.”
Dengan sangat jelas ayat tersebut menerangkan, bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda. Allah memberikan kelebihan sekaligus kekurangan kepada setiap diri manusia. Hal tersebut bukan berarti Allah zalim kepada kita. Justru dengan adanya hal tersebut keseimbangan roda kehidupan terjaga, karena satu sama lain akan saling membutuhkan.
Bayangkan saja jika semua orang kaya! Siapa yang ingin menjadi pekerja? Jika semua miskin, siapa yang bisa menggaji karyawannya? Semua telah Allah atur, supaya roda kehidupan tetap terjaga di dunia. Oleh karena itu, kita harus mensyukuri dan bersabar atas setiap qada dan qadar-Nya.
Mewujudkan Keadilan Kehidupan dengan Ujian
Banyak orang mengira, musibah berarti ujian dari Allah dan kenikmatan itu sebuah anugerah atau wujud kasih sayang-Nya. Padahal, persepsi tersebut salah, sebab entah itu musibah atau kenikmatan, sejatinya adalah bentuk ujian dari Allah. Dalam Al-Quran telah dijelaskan pada surah Al-Anbiya’ ayat 35:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةًۗ وَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ ٣٥
“Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.”
Orang kaya diuji dengan kekayaannya. Apakah dia mampu bersyukur dan menggunakan hartanya di jalan Allah atau tidak. Juga diuji apakah dengan kekayaannya, ia menjadi congkak dan lalai terhadap Allah. Allah menguji pula orang miskin, apakah dia mampu bersabar dan tidak mengeluh terhadap ketetapan Allah yang telah diberikan kepadanya.
Roda kehidupan akan tetap terjaga dengan adanya orang kaya dan orang miskin. Oleh karena itu, supaya roda kehidupan tetap terjaga dengan baik, Allah memerintahkan bagi orang-orang kaya untuk senantiasa bersedekah dan zakat. Tapi sering kita lihat, banyak orang kaya yang enggan untuk bersedekah ataupun zakat. Sehingga roda kehidupan menjadi kurang stabil, orang miskin akhirnya selalu meminta-minta tetapi orang kaya sering enggan untuk memberinya.
Padahal kebaikan bersedekah atau zakat membuat harta yang mereka miliki menjadi bersih dan bertambah. Meski begitu banyak orang kaya yang berpikir kedua hal tersebut dapat mengurangi hartanya. Tapi sejatinya harta orang yang tidak sedekah atau tidak zakatlah yang semakin lama akan berkurang.
Kita bisa megumpamakan harta kita dengan kandang yang berisi beberapa ekor ayam dan seekor musang. Ketika kita bersedekah atau zakat sama halnya kita mengeluarkan seekor musang dari kandang. Sehingga keberadaan ayam terjaga dan dapat bertambah. Sedangkan jika musang masih berada di kandang, keadaan ayam terlihat aman pada awalnya, tapi tak lama musang akan memangsa semua ayam. Begitu juga nasib harta orang yang enggan bersedekah atau zakat.
Hal tersebut sesuai dengan dalil Al-Quran surah At-Taubah ayat 103:
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Dan juga sesuai dengan penggalan sabdah Rasulullah:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidak akan mengurangi harta…”
(A.BASUNJAYA I. K.F. /MEDIATECH ANNUR II)
Leave a Reply