Kilas Cerita di Balik Acara Napak Tilas Sang Purnama

annur2.net – Napak Tilas merupakan kegiatan mengenang jasa-jasa seseorang yang sangat berpengaruh dan membawa perubahan besar. Tujuan napak tilas tak lain semata-mata untuk selalu mengingat jasa dan agar kita dapat meneladani budi pekertinya.

Sementara pada hari Kamis malam, 20 Juni 2024, pukul 20.55 WIB. Pondok Pesantren Wisata An-Nur II “Al-Murtadlo” melaksanakan kegiatan napak tilas Al-Maghfurlah KH. Muhammad Badruddin Anwar fase ketujuh, dengan mengangkat tema “Mengupas Dahsyatnya Mujahadah Sang Purnama Al-Maghfurlah KH. M. Badruddin Anwar” di halaman Masjid Utama An-Nur II.

Sebelum acara, terdapat ngaji bersama Ustaz Yusuf Mansur yang jadwalnya mendadak dan menjadi hambatan panitia, yakni jadwal acara yang molor. “Kendala ada, pertama tadi ada perubahan jadwal, molor, jadwalnya molor karena ada ngaji bersama Ustaz Yusuf Mansur yang tidak terjadwal, mendadak. Takutnya ya molor sampai malam ini, jam sebelas baru selesai tadi,” ungkap Ustaz Syaikhul Islam ketua pelaksana.

Kegiatan napak tilas di An-Nur II berawal sejak Kiai Fathul mengumpulkan para alumni setelah wafatnya Kiai Bad. Acara pertama pada tahun 2018, satu tahun setelah wafatnya Kiai. Kemudian Kiai Fathul Bari memberi nama kegiatan tersebut dengan “Napak Tilas”. 

Alasan menggunakan tema “Mengupas Dahsyatnya Mujahadah Sang Purnama Al-Maghfurlah KH. M. Badruddin Anwar” untuk saat ini, karena mujahadah bukan sebatas amalan-amalan wirid, melainkan perihal tekad dan perjuangan Kiai Badruddin untuk mengajar santri dan mendirikan Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo” sampai sebesar dan termasyhur saat ini.

Dengan kegiatan ini, para alumni menjadi lebih dekat dengan pesantren dan saling bertemu (silaturahmi) dengan teman lama mondoknya.

Mengupas Tuntas Mujahadah Sang Purnama di Napak Tilas Ketujuh

Pada napak tilas ketujuh ada tiga narasumber. Pertama, KH. Zainal Fanani asal Pasuruan. Selanjutnya, Abah Abdul Qodir dari Bulupayung. Terakhir, penghulu viral yakni KH. Anas Fauzie asal kota Malang. Pemimpin acara talk show adalah Ustaz Lintar Bayu.

Dalam talk show, Abah Qodir menyampaikan wiridan Kiai Badruddin sejak awal yang sampai saat ini masih diamalkan oleh santri-santri, yaitu membaca Jaat Lida’ (salah satu bait di kasidah Burdah) setiap selesai salat fardu berjemaah. Kiai Badruddin juga pernah menyuruh Abah Qodir untuk memberitahukan teman dan keluarganya jika ingin mondok, mondok di An-Nur II.

Bukan hanya wiridan, bentuk mujahadah Kiai Badruddin juga totalitas untuk menjalankan perintah Allah dan perintah Rasul-Nya yang utama. Perintah tersebut adalah salat fardu secara tepat waktu, berjemaah, dan dilakukan di masjid atau musala, pernyataan dari Kiai Zainal Fanani.

Selanjutnya cara Kiai Bad mendidik santri. Ketika ada santri yang telat jamaah atau tidak jamaah, beliau memanggil kepala kamarnya, bukan langsung menegur santri yang bersangkutan. Terkadang juga Kiai Bad langsung menegur santri yang telat ataupun tidak salat berjemaah. Cara Kiai Badruddin sangatlah lembut, tanpa kekerasan verbal, maupun fisik.

Sesudah mujahadah Kiai Badrudin dalam mendidik, bentuk mujahadah Kiai Bad juga dermawan pada yang lain. Ketika Kiai Anas masih di bangku Madrasah sanawiah, beliau mendapat pesan dari Kiai Badruddin. Tatkala Kiai Anas sedang sarapan pagi dengan lauk satu butir telur rebus. Ketika makan, tiba-tiba Kiai bad menyentuh pundak Kiai Anas sambil berkata “Koyok ganok pengeran ya. Karepe lek mangan ndok kan sehat, ngono to. Iku dumen kancamu tambah sehat. (Seperti tidak ada Tuhan ya. Maunya jika makan telur biar sehat, begitukan. Itu kamu bagi sama temanmu biar tambah sehat).”

Kiai Zainal masih mempunyai kisah lagi, ketika beliau sudah delapan tahun mondok. Tetapi tetap lanjut mengajar di salafiyah sesuai mandat dari Kiai Badruddin. Ketika beliau bertemu dengan Kiai Bad lagi, Kiai bertanya bagaimana keadaan mengaji Kiai Zainal di Salafiyah. Kiai Zainal menjawab, bahwa beliau kurang semangat mengajar karena ketika mengaji yang datang hanya sedikit. Kemudian Kiai Bad berpesan, “jika mengajar walaupun hanya ke satu atau dua orang harus lebih semangat. Jangan malas untuk mengajar.”

Dalam napak tilas kali ini terdapat pesan di dalam perihal seberapa besarnya mujahadah Kiai Badruddin. Di antara mujahadah beliau adalah salat berjemaah, belajar dan mengajar, dan dermawan. Dengan ini Kiai berharap agar alumni dapat meniru budi pekerti Al-Maghfurlah KH. Muhammad Badruddin Anwar.

(ABU RAIHAN EFENDI/MEDIATECH ANNUR II)