Rajab Mudlor

rajab, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Rajab Mudlor

One Day One Hadith

Dari Abu Bakrah, Nabi ﷺ bersabda:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Masa itu berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam. (Satu bulan lagi yang menyendiri adalah) Rajab Mudlor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Syakban.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Catatan Alvers

Apa yang dimaksud dengan Rajab Mudlor pada hadis di atas? Mudlor adalah nama kabilah. Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan bahwa dahulu kabilah Rabiah dan kabilah Mudlor berbeda dalam menentukan bulan Rajab.

Kabilah Rabiah menganggap bulan Rajab adalah bulan Ramadhan seperti pengertian sekarang ini yakni bulan ke 9 dalam kalender hijriah. Sementara kabilah Mudlor menganggap Rajab adalah bulan Rajab seperti yang kita pahami sekarang ini yaitu bulan ketujuh dalam kalender hijriah yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Syakban. Ada pendapat lain mengatakan bahwa kabilah Mudlor adalah kabilah yang lebih banyak mengagungkan Rajab dari pada kabilah lainnya. [Syarah Shahih Muslim]

Rajab adalah salah satu dari Asyhurul hurum (bulan mulia) menurut istilah Rasulullah ﷺ, sebagaimana Rajab adalah bulan pilihan Allah menurut istilah Qatadah. Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, atau familier disebut Imam Al-Thabari seorang ahli tafsir ternama (225 H – 310 H) menceritakan bahwa seorang pembesar dari kalangan Tabi’in, Qatadah bin Di’amah as-Sadusy al-Bashri (61 H-117 H) berkata:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى صَفَايَا مِنْ خَلْقِهِ

“(Sesungguhnya Allah SWT telah menentukan pilihan diantara kalangan makhluk-Nya).

“Yang terpilih dari Kalangan malaikat adalah mereka yang dijadikan-Nya sebagai utusan, dari kalangan manusia adalah para nabi-Nya, dari kalam-Nya adalah Al-Qur’an, dari bumi ini adalah masjid, dari himpunan bulan-bulan adalah Ramadhan dan bulan-bulan Haram (Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab), dari himpunan hari-hari adalah hari Jumat, dan dari waktu-waktu malam adalah malam Lailatulqadar.

“Oleh sebab itu, agungkanlah apa yang diagungkan oleh Allah SWT, karena sesungguhnya pengagungan itu hanyalah kepada apa yang diagungkan oleh Allah SWT. Demikianlah menurut orang yang memiliki pemahaman dan berakal.” [Tafsir At-Thabari]

Mengingat keberadaaan bulan rajab sebagai bulan yang mulia, bulan pilihan dan bulan yang diagungkan Allah maka banyak dari kalangan para ulama memberikan ilustrasi untuk menjelaskan kedudukan dan keistimewaannya. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Abu Bakr al-Warraq al-Balkhi rahimahullah mengatakan:

شَهْرُ رَجَبَ شَهْرٌ لِلزَّرْعِ وَ شَعْبَانَ شَهْرُ السَّقْيِ لِلزَّرْعِ وَ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ

“Rajab adalah bulan untuk menanam, Syakban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadan adalah bulan untuk memanen.” [Lathaiful Ma’arif]



Ulama yang lain mengatakan:

السَّنَةُ مِثْلُ الشَّجَرَةِ وَ شَهْرُ رَجَبَ أَيَّامُ تَوْرِيْقِهَا وَ شَعْبَانُ أَيَّامُ تَفْرِيْعِهَا وَ رَمَضَانُ أَيَّامُ قَطفِهَا وَ الْمُؤْمِنُوْنَ قُطَّافُهَا جَدِيْرٌ بِمَنْ سَوَّدَ صَحِيْفَتَهُ بِالذُّنُوبِ أَنْ يُبَيِّضَهَا بِالتَّوْبَةِ فِي هَذَا الشَّهْرِ وَ بِمَنْ ضَيَّعَ عُمْرَهُ فِي الْبِطَالَةِ أَنْ يَغْتَنِمَ فِيْهِ مَا بَقِيَ مِنَ الْعُمْرِ

“Waktu setahun itu laksana sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu menumbuhkan daun, Syakban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan, dan Ramadan adalah bulan memanen, pemanennya adalah kaum mukminin.

“(Oleh karena itu), mereka yang “menghitamkan” catatan amal mereka hendaklah bergegas “memutihkannya” dengan taubat di bulan-bulan ini. Sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) di waktu tersebut.” [Lathaiful Ma’arif]


Imam Al-Baihaqi (384 H-458 H) dalam kita Syu’abul Iman meriwayatkan bahwa Imam Syafii (150 H- 204 H) berkata:

وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمْسِ لَيَالٍ فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى، وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ، وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

“Telah sampai kepada kami; maqalah yang mengatakan bahwa sesungguhnya doa itu mustajabah pada lima tempat yaitu, malam Jumat, malam Iduladha, malam Idulfitri, awal malam bulan Rajab, malam Nishfu Sya’ban.” [Syu’abul Iman] 

 Syekh Abdul Qadir al-Jilani (w: 561) berkata: “Sebagian dari doa yang dianjurkan untuk dibaca pada malam pertama bulan Rajab adalah doa ini, yaitu: 

إِلَهِيْ تَعَرَّضَ لَكَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ وَقَصَدَكَ فِيْهِ الْقَاصِدُوْنَ وَأَمَّلَ فَضْلَكَ وَمَعْرُوْفَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَلَكَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ نَفَحَاتٌ وَجَوَائِزٌ وَعَطَايَا وَمَوَاهِبٌ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ، وَتَمْنَعُهَا مِمَّنْ لَمْ تَسْبِقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ. وَهَا أَنَا عَبْدُكَ الْفَقِيْرُ إِلَيْكَ، اَلْمُؤَمِّلُ فَضْلَكَ وَمَعْرُوْفَكَ، فَإِنْ كُنْتَ يَامَوْلَايَ تَفَضَّلْتَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ وَجُدْتَ عَلَيْهِ بِعَائِدَةٍ مِنْ عَطْفِكَ، فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ، وَجُدْ عَلَيَّ بِطَوْلِكَ وَمَعْرُوْفِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

“Ya Tuhanku, pada malam ini orang-orang yang berpaling (dari rahmat-Mu) telah berpaling, orang-orang yang mempunyai tujuan telah datang (pada-Mu), dan para pencari telah mengharap anugerah dan kebaikan-Mu. Pada malam ini, Engkau mempunyai rahmat, penghargaan dan aneka macam anugerah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang Engkau kehendaki. Dan Engkau mencegahnya dari orang yang tidak memperoleh pertolongan dari-Mu.

“Inilah aku, hamba-Mu yang sangat berharap pada-Mu, berharap anugerah dan kebaikan-Mu. Apabila Engkau, wahai Tuhan kami, telah mengemukakan anugerah-Mu di malam ini terhadap seseorang dari makhluk-Mu, dan Engkau berikan kebaikan padanya dengan berbagai kelembutan-Mu, maka anugerahkan rahmat atas Nabi Muhammad ﷺ beserta keluarganya dan berikanlah atasku dengan kekayaan dan kebaikan-Mu. Wahai Tuhan seru sekalian alam.”  [al-Ghun-yah] 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita agar bisa memuliakan bulan Rajab yang dimuliakan Allah sehingga kita pun mendapatkan kemuliaan dari-Nya.

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK