Edukasi Istikamah Kiai Badruddin kepada Para Santri dan Masyarakat

Kepedulian R. KH. Muhammad Badruddin Anwar kepada para santri sangat tinggi. Kepedulian yang tulus dari hati membuat para santri sadar mereka menjadi santri. Dalam sifat tegasnya, beliau begitu sabar kepada para santri. Dengan telaten, beliau membimbing kehidupan santrinya terutama dalam hal jemaah.

Langkah Kiai Badruddin Menjaga Istikamah Jemaah

Kisah dari Ustaz Isharul Lutfi, alumni asal Jabung, Kiai Badruddin berkeliling ke asrama-asrama setiap sebelum berjemaah. Beliau mengingatkan para santri dengan cara yang santun dan menyentuh hati upaya mereka mau berjemaah atas keinginan mereka sendiri. Meskipun ada roan (bersih-bersih) malam, beliau tetap membangunkan para santri untuk melaksanakan salat Subuh berjemaah. Jadi roan malam bukan alasan untuk meninggalkan jemaah.

Selain itu, Kiai Badruddin juga mengontrol para santri lewat kepala kamar sehingga mendapatkan informasi yang lebih detail. Ustaz Subhan Alwi, alumni asal Kota Malang, telah menjadi kepala kamar dari tahun 1989 sampai 1999. Dari kisah Ustaz Subhan menjadi kepala kamar, Kiai Badruddin pasti menanyakan ihwal jemaah para santri, “Yo opo jamaah e arek-arek? (Bagaimana jemaah santri-santri?)”

Tidak hanya kepada para santri, Kiai Badruddin sendiri sangat meninggikan salat jemaah kepada diri beliau. Beliau selalu salat berjemaah di mana pun, sehingga menjadi salah satu keistikamahan beliau. Ustaz Subhan menyatakan kalau pun beliau tidak salat berjemaah di masjid, beliau pasti salat jemaah di rumah (Ndalem) bersama bu nyai. Bahkan saat bepergian, beliau selalu mengutamakan salat jemaah.

Ustaz Subhan bercerita, suatu ketika Kiai Badruddin sedang bepergian jauh. Saat perjalanan pulang, beliau berkata kepada Cak Musa’i, sopir beliau, agar berkendara lebih cepat supaya bisa salat berjemaah. Ada juga cerita lain saat tiba di Kepanjen sudah masuk waktu salat dalam perjalanan pulang. Belum jelas salat apa yang Ustaz Subhan cerita tapi dari cerita tersebut, yang menakjubkan adalah ketika sampai di rumah (ndalem), beliau masih sempat salat berjemaah.

Langkah Kiai Badruddin mengutamakan salat jemaah ialah karena pentingnya hikmah di dalamnya. Beliau berkeyakinan bahwa orang yang menjaga salat jemaahnya akan mendapatkan derajat yang tinggi. Maka dari itu, beliau menularkan keistikamahan tersebut kepada para santri sehingga muncul ungkapan Kiai Badruddin, “Barometer e santri iku jamaah (barometer santri itu jemaah).”

Istikamah Membaca Surah Al-Waqiah Penuhi Kebutuhan

Tidak hanya salat jemaah, Kiai Badruddin Anwar mengajarkan untuk istikamah membaca surah Al-Waqiah kepada para santri. Di pondok pesantren An-Nur II, pembacaan surah Al-Waqiah menjadi kegiatan wajib para santri yang terlaksana setiap pukul 14.30 WIB. Beliau ingin kebutuhan para santri terpenuhi ketika sudah boyong (pulang)

Tidak kepada para santri saja, melainkan beliau mengajarkan istikamah membaca Al-Waqiah kepada masyarakat luar. Sampai-sampai ada istilah Pasar Waqiah. Filosofinya, pasar menyediakan semua kebutuhan masyarakat. Maka dari itu, beliau dawuh kepada R. KH. Bafadhol Ahmad Damhuji juga tamu-tamu, bahwa dalam surah Al-Waqiah ada segalanya, seperti pasar. Begitu cerita dari Ustaz Subhan.

Ustaz Subhan mengisahkan bahwa Kiai Badruddin pernah dawuh ke orang termasuk jemaah Waqiah Pak Subhan, “Samean masio gak nyambut gawe, nek omah, moco o Waqiah, tak bayar koyo nyambut gawene sampeyan (Meskipun kamu tidak bekerja, di rumah, bacalah surah Al-Waqiah, saya bayar seperti pekerjaan kamu).” Selain itu, Kiai Badruddin juga memotivasi para jemaah Waqiah dengan ucapan orang yang membaca Al-Waqiah adalah ahli surga. Hal tersebut sesuai dengan kandungan dalam surah Al-Waqiah yang menceritakan kenikmatan-kenikmatan bagi penduduk surga.

Harapan Kiai Badruddin, dengan membaca surah Al-Waqiah secara berkala para santri dan masyarakat tidak menjadi peminta-minta. Terlebih lagi mereka bisa membantu teman-teman dan tetangganya. Sehingga tidak hanya kebutuhan mereka yang terpenuhi, kebutuhan orang lain juga terbantu oleh mereka. Jadi selain mengedepankan ketenteraman kehidupan para santri, beliau juga memedulikan bagaimana tetangga-tetangga mereka terkena dampak surah Al-Waqiah.

Inti dari edukasi Kiai Badruddin tersebut ialah istikamah, baik kepada para santri, alumni, maupun masyarakat. Sesuatu yang dikerjakan secara istikamah pasti akan membuahkan hasil. Sebagaimana petapa hanya semadi tapi istikamah, akan mendapatkan hasil sesuai yang ia inginkan. Tidak hanya hasil yang sepadan, pekerjaan yang dilakukan dengan teratur membuat seseorang menjadi mulia. Kemuliaan akan datang dengan sendirinya. Ibaratnya, ketika membeli ranjang tidur, pasti dapat dipannya.

(Riki Mahendra Nur C./Mediatech An-Nur II)

Sumber: Youtube | NAPAK TILAS ALMAGHFURLAH R. KH. M. BADRUDDIN ANWAR | 14 Juli 2022

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK