Kajian Tafsir: Tidak Sepatutnya Mengandalkan Nasab

Kajian Tafsir: Tidak Sepatutnya Mengandalkan Nasab

“(27) Orang-orang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya,”. (28) (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d: 27-28)

***

Ulul Albabialah orang-orang yang memenuhi janji-janji Allah Swt., takut pada ancaman yang Allah Swt., berikan, orang yang menyambung tali silaturahmi, sabar dalam segala hal, senang bersedekah, beribadah pada Allah Swt., dan menolak kejelekan dengan berbuat kebaikan. Ulul Albab ini nantinya akan tinggal di surga Adn di akhirat kelak.

Surga Adn adalah tempat bagi golongan Ulul Albab dan sanak saudaranya, walaupun saudaranya tidak berbuat seperti apa yang Ulul Albab lakukan. Tetapi karena perbuatan Ulul Albab, ia dapat membuat keluarganya yang beriman pada Allah Swt., merasakan nikmat yang sama.

Manfaat Punya Keturunan

Manfaat dari memiliki keturunan yang saleh ialah dapat mengundang keluarga di akhirat kelak saat salah satunya masuk ke surga, sebagaimana Ulul Albab tadi. Walaupun tindakkan yang mereka lakukan berbeda dengan apa yang nenek moyangnya lakukan.

Tetapi tidak semua sanak saudara bisa ikut masuk ke surga, hanya orang-orang yang beriman pada Allah Swt., saja yang bisa ikut masuk ke surga. Maka dari itu kita tidak boleh terlalu mengandalkan nasab. Contoh saja mentang-mentang anak dari seorang ustaz yang sangat alim, ia semena-mena meninggalkan kewajiban-kewajibannya pada Allah Swt. Orang seperti ini tidak bisa masuk surga lewat jalur nasab.

Bahayanya Terlalu Mengandalkan Nasab

Salah satu contoh dari orang yang terlalu mengandalkan nasab ialah Kan’an, putra dari Nabi Nuh a.s. Nyatanya ia tenggelam bersama orang-orang kafir. Namun pada awalnya Allah Swt., berjanji pada Nabi Nuh a.s., bahwa semua keluarganya akan selamat, tapi mengapa Kan’an justru tenggelam? Apakah Allah Swt., mengingkari janji-Nya?

Jadi begini, sesuai dalam potongan syair,

…………………… # ومَنْ يشابه أَبَه فما ظَلَمْ

Artinya, “… # Barang siapa yang mengikuti perilaku baik ayahnya, maka ia tidak tersesat.”

Jadi bukan mengingkari janji-Nya, tapi Allah Swt., menenggelamkan Kan’an karena nasabnya dengan Nabi Nuh a.s., sudah terputus saat ia membangkang pada ayahnya.

Adapula perumpamaan orang yang terlalu mengandalkan nasab seperti yang ada pada salah satu kitab bahwasanya barang siapa yang mengira bahwa amal ayahnya akan menolongnya, maka seperti itu pula ia menganggap bahwa ia akan kenyang dengan apa yang ayahnya makan. Begitu juga akan minum dengan apa yang ayahnya minum saat haus, dan ia mengira telah melihat Ka’bah padahal ayahnya yang pergi umrah.

Maka dari itu adanya nasab baik bukan untuk ajang pamer, justru dapat menjadi motivasi yang baik bagi anak turunnya. Seperti pada cerita-cerita yang ada di atas, terlalu bangga pada nasab yang baik, akan menjerumuskan pada perbuatan yang semena-mana, bahkan bisa sampai masuk neraka.

(Farkhan Wildana S./Mediatech)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK