Kajian Tafsir: Gaya Hidup yang Seimbang

Work life balance business and family choice

“(3) (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (4) Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Ibrahim: 3-4)

***

Seperti yang telah kita ketahui, tujuan Allah Swt., menurunkan Al-Quran ialah untuk membawa manusia dari kegelapan menuju ke jalan yang benar. Maksud dari kegelapan di sini adalah hati yang tidak tahu hukum, mana yang baik dan mana yang buruk.

Al-Quran juga mengajarkan bahwa hidup kita yang sebenarnya adalah di akhirat. Lantas dunia ini hanya batu lompatan, agar kita mendapat tempat yang baik di akhirat kelak. Jika terdapat orang yang terlalu memikirkan hal-hal duniawi, sesungguhnya ia adalah orang yang celaka.

Walaupun hidup kita yang sebenarnya berada di akhirat, kita tidak boleh meninggalkan kewajiban-kewajiban yang ada di dunia. Jadi intinya hiduplah dengan seimbang, artinya tidak terlalu memikirkan hal-hal duniawi, dan tidak hanya memikirkan hal-hal akhirat tanpa adanya usaha. Maka sebaik-baiknya perkara ialah yang menengah seperti yang ada pada sebuah kitab,

خير الأمور أوسطها

Artinya, “Sebaik-baiknya perkara ialah yang tengah-tengah.”

Amalan Rasulullah pun Seimbang

Jika terlalu condong pada hal duniawi itu tidak baik, terlalu condong pada hal akhirat juga tidak baik. Sebagaimana yang ada pada kisah tiga orang sahabat Rasulullah             shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mula-mula mereka bertanya kepada istri Nabi tentang ibadah apa yang Nabi lakukan.

Istri Nabi memberi tahu mereka tentang tiga ibadah. Kemudian mereka pun ingin melaksanakan ibadah tersebut. Orang pertama berkata bahwasanya ia akan salat malam dan tidak akan tidur setiap harinya. Orang kedua akan berpuasa dan tidak akan makan. Sedangkan orang ketiga akan berzikir dan memutuskan untuk tidak menikah.

Kabar ini pun sampai kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian Nabi memanggil mereka bertiga. Saat mereka datang, Nabi bertanya kepada mereka, tentang siapa orang yang paling takwa. Mereka bertiga sepakat bahwa Nabi ialah orang yang paling takwa. Lantas Nabi pun memberi tahu mereka bahwa Nabi yang paling takwa saja masih tidur, walaupun ia selalu salat malam. Beliau juga tetap makan, walaupun sering kali berpuasa. Beliau tetap menikah, walaupun ia berzikir setiap harinya.

Jadi gaya hidup Nabi ialah yang paling benar karena Beliau menjalankan kewajiban dunia dan akhirat secara seimbang. Cerita lain juga datang di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Dahulu terdapat seorang yang seringkali berdoa, tapi ia tidak pernah bekerja. Sayidina Umar-pun memarahinya dan berkata, “Sebanyak apapun kamu berdoa, langit tidak akan menurunkan hujan uang.”

Badan juga perlu yang namanya keseimbangan, keseimbangan rohani dan jasmani. Jadi badan tidak hanya butuh makanan, juga butuh yang namanya ilmu, zikir, dan berbagai kebutuhan rohani lainnya. Tatapi jangan sampai lupa makan karena terlalu banyak berzikir. Ingat! Sebaik-baiknya perkara ialah yang tengah-tengah.

(Farkhan Wildana S./Mediatech An-Nur II)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK