Tidak Ada Bedanya Orang Pelit dan Sangat Dermawan, Sama-Sama Rugi. Kok Bisa?

annur2.net – Dermawan merupakan sifat terpuji, terlebih lagi jika dilakukan secara terpuji. Benar, Allah menyuruh kita untuk senantiasa bersedekah dan setiap sedekah pasti Allah balas karena Ia tidak suka menyia-nyiakan kebaikan hambanya. Namun lain ceritanya, jika caranya salah. Kita gemar bersedekah Tapi akhirnya kita menyesal atas banyaknya harta yang keluar, maka kedermawanan kita tidak bernilai, karena Allah juga menilai perbuatan baik dari hati kita.

Poin kesalahan dari terlalu dermawan adalah muncul rasa penyesalan. Akan tetapi jika penyesalan itu tidak muncul, maka kedermawanan tetap bernilai. Sebagaimana Abu Bakar yang bersedekah di perang Tabuk. Ia telah menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya menyisakan iman kepada Allah serta rasul-Nya untuk keluarganya. Meski begitu, tidak ada penyesalan sedikitpun yang muncul di hati Abu Bakar, sehingga Rasullah tidak memarahinya dan tetap menerima sedekahnya.

Larangan menjadi terlalu dermawan, Allah cantumkan di surah Al-Isra’ ayat 29

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَّحْسُوْرًا

“Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau mengulurkannya secara berlebihan sebab nanti engkau menjadi tercela lagi menyesal.”

Terdapat kiasan “Jangan engkau mengulurkan tangan secara berlebihan” dalam ayat di atas. Kiasan tersebut menunjukkan larangan untuk menjadi terlalu dermawan, karena umumnya manusia akan timbul penyesalan setelah sedekah secara berlebihan.

Kerugian Sifat Pelit

Dalam ayat yang sama, Allah juga melarang menjadi seorang yang pelit. Pelit adalah perkara jelek apalagi jika sangat pelit. Allah mengiaskan orang yang sangat pelit dengan orang yang membelenggu tangannya di leher.  kiasan yang menunjukkan begitu enggannya seseorang  untuk memberi.

Orang yang sangat pelit tidak hanya sulit memberi ke orang lain tapi untuk dirinya sekalipun. Harta yang ia peroleh dari hasil kerjanya, hanya ia tumpuk dan ia simpan. 

Syekh Ahmad Al-Qattn pernah menceritakan tetangganya yang hidup sendiri dan sangat pelit. Suatu ketika, tetangganya tidak keluar rumah sama sekali. Hingga akhirnya  ada seseorang yang menjenguknya. Tanpa segan, dia langsung mengusirnya, sebab enggan untuk  menjamu tamu yang dapat mengurangi  hartanya.

Karena merasa heran, orang tersebut berdiri di samping tembok rumah Si Pelit. Ternyata Si Pelit sedang berbicara padahal dia hidup sendirian. Setelah diintip ternyata ia sedang berbicara dengan piring yang berisikan beberapa dinar. Sebab kepelitannya dan merasa telah susah payah mencari, ia memasukan dinar tersebut ke dalam perutnya, supaya tidak turun ke tangan orang lain. Alhasil  keesokan harinya ia  meninggal dan orang-orang yang menggotong jenazahnya merasa sangat berat saat menggotongnya. 

Orang yang sangat pelit  selain merugikan diri sendiri juga dapat merugikan orang lain juga. Seperti kisah seorang perempuan yang lumpuh tangannya sebab menolong ibunya yang pelit. 

Kisah tersebut bermula, ketika ada perempuan yang meminta doa kepada Siti Aisyah supaya tangan kanannya sembuh dari kelumpuhan. Tangannya menjadi lumpuh  setelah ia bermimpi memberi minum kepada ibunya yang sudah meninggal. Dia juga mengatakan bahwa  ibunya seumur hidup hanya bersedekah sekali kepada fakir yang meminta daging.

Di dalam mimpi, ia menemui ibunya yang berpakaian koyak sedang memakan gajih. Di saat ia memberi minum, muncul suara, barang siapa yang memberinya minum maka lumpuh tangannya. Hal tersebut karena semasa hidup ibunya pernah menyembelih sapi kemudian ada seorang fakir yang meminta dagingnya. Kemudian ibunya hanya memberi gajih yang dibungkus kain robek-robek.

Sejatinya orang dermawan

Kebaikan bisa menjadi kesalahan dengan berlebihan, apalagi kejelekan yang berlebihan, pasti akan menjadi lebih keji lagi. Maka tetaplah dermawan tanpa melampaui batasan, agar tidak timbul penyesalan. Serta jangan menjadi terlalu pelit sehingga tidak akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dermawan yang sesungguhnya adalah orang yang siap memberi apa yang ia miliki, dapat berupa uang, Ilmu, atau tenaga. Karena itu, Bantulah orang yang meminta bantuan kepadamu, jangan sampai ia pergi tanpa mendapatkan sesuatu. Sesungguhnya Allah memberi kemampuan membantu ketika seseorang meminta bantuan kepadamu.

(A. Basunjaya I.K.F./Mediatech An-Nur II)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK