Tiada Telat pada Tobat Maksiat

PASAR WAQIAH RAMADAN MALAM KE-11: Tiada Telat pada Tobat Maksiat

KAJIAN AMPUNAN ALLAH SWT.

OLEH: Dr. KH. FATHUL BARI, S.S., M.Ag.

annur2.net – Suatu riwayat berbunyi, “Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas dari neraka.” 

Tidak terasa kita telah menginjak sepuluh hari kedua dari bulan Ramadan. Sebagaimana riwayat hadis di atas sekarang adalah waktu yang tepat untuk memohon ampunan. Saking banyaknya hingga sekujur tubuh kita tidak luput berlumur dosa. Tapi tenang saja, begitu beruntungnya kita memiliki Tuhan yang luas pengampunannya. Lantas apakah Allah akan marah andai kita sering maksiat kepada-Nya?

Alkisah terdapat seorang petani yang baru saja panen. Lalu ia akan bepergian ke sebuah tempat. Ia membawa semua barang bawaan dan hasil panennya dalam satu tas yang berada di atas punggung untanya. DI tengah perjalanan, rasa capek menimpanya yang membuatnya ingin istirahat sejenak. Tak terasa kesadaran hilang di bawah pohong yang rindang. Tatkala mata membuka unta yang padahal ada di depannya hilang entah kemana.

Terkejut lagi bingung orang tersebut, ke mana gerangan untanya pergi. Ia mencoba menelusuri arah manapun tapi tetap tidak membuahkan hasil. Penat membuat dirinya tertidur lagi. Alangkah bahagianya ia saat sadar, untanya tiba-tiba kembali dan lengkap dengan sebua barang bawaanya. Sampai-sampai ia salah berkata, “Ya Allah, Kamu hambaku dan aku tuhan-Mu.”

Seseorang yang menemukan untanya baru saja hilang sangat bahagia dan tidak marah dengan kelakuan untanya. Begitu juga Allah bahkan lebih senang melihat hamba-Nya yang maksiat lalu bertobat. Tiada helat pada tobat maksiat karena ia selalu membuka diri bagi hamba yang ingin kembali. Meski dosa kita setinggi langit, ampunan-Nya masih melebihi itu.

Jangan Bimbang untuk Tobat

Tidak perlu bimbang untuk selalu bertobat setelah maksiat. Ia tidak akan marah dan menolak permohonan ampun dari hamba-Nya. Sebuah hadis qudsi berbunyi:

قالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Hai keturunan Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540)

Ratapan Dosa Penggali Kuburan 

Pada zaman Rasulullah, ada seorang pemuda yang berprofesi penggali kuburan. Kebiasan buruknya mengambil harta dan kain kafan dari mayit yang ada di kuburan. Pemuda juga itu pernah melakukan dosa yang parah hingga Nabi marah dan menyuruhnya pergi.

Kisahnya bermula saat Rasulullah menemui Umar menangis di dalam masjid. Beliau bertanya sebab kesedihanya. Umar menjawab ada pemuda yang ingin bertobat dari dosanya. Lalu Nabi mempersilakan masuk pemuda di depan masjid tersebut.

Di dalam, pemuda itu turut menangis tersedu-sedu. Rasulullah penasaran lalu bertanya “Mengapa kamu menangis wahai anak muda?” Pemuda itu menerangkan bahwa ia memiliki banyak dosa dan takut Allah marah kepadanya.

Rasulullah lanjut bertanya “Apakah engkau telah menyekutukan Allah atau telah membunuh orang?” “Tidak, ya Rasulullah,” jawab singkatnya.

Allah Pasti Mengampuni

Lalu Rasulullah menjelaskan bahwa Allah akan mengampuni dosanya meski setinggi langit. Pemuda tadi malah mengatakan bahwa dosanya melebihi itu bahkan lebih besar ketimbang Arsy. Nabi pun bingung dan bertanya dosa apa sebenarnya yang telah ia perbuat.

Dengan rasa malu ia menjelaskan perbuatannya. Suatu saat ada wanita perawan yang mati. Mengetahui itu, ia ingin mengambil kain kafannya sebagaimana yang biasa ia lakukan. Ternyata ia tidak bisa membendung nafsunya dan akhirnya menyetubuhi mayit wanita tersebut. Setelah puas, masih beberapa langkah akan pergi mayat wanita tadi berkata, “Apakah kamu tidak malu kepada Tuhan, engkau membiarkanku telanjang dan dalam keadaan hadas besar?” Oleh karena takut, ia langsung lari.

Nabi sungguh terkejut dengan kisah pemuda itu hingga menyuruhnya pergi. Begitu pasrahnya ia setelah tahu tanggapan Rasulullah. Empat puluh hari 40 malam tidak ada henti-hentinya meratapi dosanya dan memohon kepada Allah. Ia berharap Allah menerima tobatnya supaya mengabarkan pada nabi-Nya atau para sahabatnya. Jika tidak menerimanya, ia memohon agar Allah menurunkan api dan membakarnya di dunia dan selamat dari siksa api neraka.

Tak lama Malaikat Jibril turun. Ia membawa kabar kepada Rasulullah bahwa Allah menerima tobatnya. Rasulullah pun kemudian mengatakan kabar bahagia tersebut kepada pemuda itu.

Ampunan Allah Jauh Lebih Besar

Intinya ampunan Allah lebih besar dari dosa hamba-hamba-Nya sekalipun setinggi tujuh langit. Ia tidak pernah mempermasalahkan berapa banyak dosa hamba-Nya. Asalkan ia mau bertobat, Dia pasti menerimanya. Allah juga tidak akan menampakkan dosa kita pada hamba lainya. Sungguh Dia menutupi kesalahan para hamba-Nya hingga tampak baik dari luarnya.

Tugas kita cukup bertobat setelah maksiat. Tidak pernah capek Allah menerima tobat kita meski berkali-kali maksiat lalu tobat. Tidak usah menunda-nunda tobat. Cepat tobat selagi sempat sebab tidak ada yang tahu kapan kita tamat. Sebuah hadis berbunyi:

“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan ‘Allahummagfirliy dzanbiy’ [Ya Allah, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay rabbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Berbuatlah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.” ( HR. Muslim no. 2758).

(Ahmad Basunjaya I.K.F./Mediatech An-Nur II)