TERAPI GALAU

terapi galau, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

ONE DAY ONE HADITH

  Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA, Rasul saw bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.” [HR Muslim]  

Catatan Alvers

  Setiap orang ingin bahagia namun survei membuktikan banyak orang dalam keadaan sebaliknya, sedih, sudah, gundah gulana dan galau. Hadits utama di atas menjelaskan bagaimana cara seseorang terbebas dari kegalauan dari urusan dunia dengan cara melihat orang yang berada di bawah kita dalam hal dunia (seperti dalam hal harta dan fisik), karena dengan cara seperti itu kita dapat merasakan besarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita.   Untuk setiap orang yang lagi dilanda kegalauan dan kesedihan. Pergilah ke Rumah Sakit, agar kau tau nikmatnya sehat. Pergilah ke Penjara, agar kau tau nikmatnya kebebasan. Pergilah ke pemakaman, agar kau tau nikmatnya hidup. Berapa Berat kesedihanmu jika dibandingkan dengan kesedihan mereka? Lantas, Pantaskah kau mengeluh dan menyalahkan keadaan ? lalu Ucapkanlah dengan tulus ikhlas dari hati “Alhamdulillah” Segala puji hanyalah milik.   Rasul SAW bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian melihat orang yang tertimpa musibah lalu berkata (dalam hatinya):

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ، وَفَضَّلَنِي عَلَيْكَ وَعَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ تَفْضِيلًا

segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang diujikan Allah kepadamu dan melebihkan aku atasmu dan atas kebanyakan manusia dengan kelebihan sempurna”, maka dia telah mensyukuri nikmat tersebut [HR Baihaqi].   Orang yang telah mencapai derajat syukur dengan tulus ikhlas akan menjadi bahagia walaupun secara kasat mata terlihat apa yang menimpanya adalah sebuah derita layaknya menerima cubitan dari istri tercinta, yang akan menggembirakannya meskipun dalam bentuk menyakitkan.   Kedua, teruslah berdoa tanpa lelah dan putus asa apalagi murka dengan takdir yang menimpa. Allah SWT berfirman :

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَى وَهُوَ مَكْظُومٌ

“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan (nabi Yunus AS) ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).” [QS. Al-Qalam: 48]   Contohlah Nabi Ayyub AS yang tetap sabar dalam ujian dam optimis akan rahmat Allah SWT. Dikisahkan dengan firman-Nya :

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya: “(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” [QS  Al-Anbiya’: 83]   Keberadaan Nabi Ayyub yang terkenal dengan kekayaannya dengan harta yang melimpah, memiliki kendaraan terbaik saat itu berupa unta, kuda dalam hal jumlah yang banyak bahkan tak tersaingi, kemudian memiliki keluarga yang bahagia, baik, bertakwa, dan menyayangi orang miskin Namun ketika ditimpa musibah yang menyebabkan ia kehilangan semuanya, ia tidak menyalahkan takdir bahkan murka terhadap Allah, Ia tidak berkata ”saya sudah beriman, bertaqwa kenapa saya diberi musibah seperti ini?”. Nabi Ayyub AS sadar akan prinsip ujian Allah swt sebagaimana dalam firman-Nya:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” [QS Al-‘Ankabut: 2-3]   Dengan kesadaran dan kesabaran itu akhirnya Allah memperkenankan doanya itu, Dengan menyembuhkannda dan mengembalikan keluarganya kepadanya, dan Allah melipat gandakan bilangan mereka, sebagai rahmat Allah dan untuk menjadi peringatan bagi semuanya.   Ketiga, sadarkan dan yakinkan diri bahwa apa yang menimpa kita pastilah itu yang terbaik untuk kita sebab hal itu sudah ditakdirkan oleh yang maha sempurna lagi bijaksana, Allah swt. Renungkanlah dalam-dalam firman Allah swt :  

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.” [QS Al-Baqarah : 216]   Dalam suatu riwayat, Sa’ad bin Abi Waqqash tiba di Makkah dalam keadaan buta mata tapi orang-orang berdatangan kepadanya untuk meminta doanya karena beliau terkenal sebagai orang yang doanya mustajabah. Orang-orangpun banyak minta didoakan agar disembuhkan dari berbagai macam penyakit. Abdullah bin as-Saib berkata, ‘Wahai pamanku, engkau telah banyak mendoakan untuk kesembuhan orang, kenapa engkau tidak berdoa untuk dirimu, sehingga Allah menyembuhkan engkau dari kebutaan?’ Sa’ad tersenyum sambil berkata,

يا بني قضاء الله خير من بصري

“Wahai anakku, ketahuilah bahwa (kebutaan yang merupakan) takdir Allah yang menimpa diriku jauh lebih baik daripada masalah penglihatanku.” [Madarijus Salikin, II/227]   Dengan terapi di atas maka insyaAllah, kita terbebas dari galau dan selalu dalam kondisi batin yang “top condition” sebagaimana sabda Nabi SAW :  

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” [HR. Muslim] Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjauhkan kita dari kesedihan dan kegalauan dan menjadikan kita sebagai orang yang ahli bersyukur atas nikmatNya.   Salam Satu Hadith,

  1. H. Fathul Bari Badruddin

PP Annur2.net Malang, Ind   Temukan Artikel lainnya dalam BUKU ONE DAY ONE HADITH Kajian Hadits Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat) Buku Serial #1 Indahnya Hidup Bersama Rasul SAW Buku Serial #2 Motivasi Bahagia dari Rasul SAW Buku Serial #3 Taman Indah Musthafa Harga Promo, hub.: 08121674-2626

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK