Semarak Bulan Kiai: Nostalgia Sang Purnama yang Telah Pergi

Semarak Bulan Kiai, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Wis talah manut o, engkok lek dadi kiai urip e ueenak (sudahlah taat saja, nanti kalau jadi kiai hidupnya enak),” ucap Ustaz Syamsul Huda, santri pertama yang diumrahkan karena ketaatanya pada Sang Purnama, KH. Badruddin Anwar. Beliau bercerita tentang rahasia kesuksesan Al-Maghfurlah Kiai Badruddin Anwar, pada acara Semarak Bulan Kiai, Kamis 31 Maret 2022, di pelataran Masjid Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo” (Pesantren Wisata).

Acara yang dihadiri oleh seluruh santri putra, baik SMA maupun SMP, itu diadakan dengan tujuan untuk merayakan milad (Ulang Tahun) Kiai Badruddin. Bukan hanya itu, agar semakin meriah, Semarak Bulan Kiai juga diisi dengan nostalgia kepada Kiai Badruddin dengan mendatangkan santri-santri senior.

“Kiai Badruddin itu hafal satu per satu santrinya,” tutur Ustaz Lintar Bayu, santri senior yang hadir pada malam itu. Ustaz bayu berkata bahwa hal tersebut merupakan bukti rasa sayang seorang Kiai kepada santrinya.

Tidak berhenti dengan menghafal nama santrinya, beliau menegtahui solusi terbaik terhadap masalah dari setiap santri. Bahkan acapkali solusi yang Kiai Badruddin tawarkan tidak masuk akal. Sebagaimana yang dialami Ustaz Syamsul Huda, salah satu santri senior yang merupakan narasumber kedua setelah Ustaz Bayu pada malam itu.

Ketika belajar di Pesantren An-Nur II, Ustaz Syamsul Huda ini menderita paru-paru basah. Beliau tidak kunjung sembuh setelah tiga bulan rutin meminum obat, hingga suatu ketika, obat beliau habis. Kendati demikian, Ustaz Huda ingin membeli obat lagi. Seperti biasanya, apabila seorang santri ingin keluar pesantren ia harus meminta izin terlebih dahulu. Lalu, pergilah Ustaz Huda ke Kiai Badruddin.  

Setelah bertemu, Kiai Bad bertanya alasan mengapa Ustaz Huda izin untuk keluar. Mendengar pertanyaan itu, beliau mengutarakan niatnya membeli obat. Kiai Bad menanggapi, “Kamu itu sehat, kamu tidak sakit. Buktikan sana.” Tak selang lama, Ustaz Huda pergi ke rumah sakit untuk mengecek kesehatannya. Benar saja, beliau tidak terdiagnosis penyakit apapun. Beliau sehat.

Keistemawaan beliau yang lain adalah ucapan yang berkualitas, ucap Ustaz Lintar Bayu. Kiai bad itu ketika berkata sedikit tapi langsung mengena. Mengikuti pepatah bahasa Arab yang artinya, “Sesuatu ketika banyak menjadi murah kecuali adab.” Ucapan Kiai Bad sedikit kuantitasnya tapi mahal kualitasnya.

Taat Menjadi Kunci Kesuksesan

Seluruh Keistimewaan yang beliau miliki merupakan hasil perjuangan beliau semasa menimba ilmu di pesantren dan patuh terhadap guru. Semasa di pesantren beliau memegang teguh pesan dari abahnya, Al-Maghfurlah Kiai Anwar Nur, untuk selalu patuh terhadap guru. Suatu ketika, saat Kiai Badruddin belajar di pesantren, beliau punya inisiatif untuk menghafal Al-Quran. Ketika Kiai Anwar mengetahui inisiatif anaknya itu, Beliau menegur dan menyuruhnya untuk fokus patuh kepada gurunya.

Hasil dari kepatuhan itu, tutur Ustaz Huda, Kiai Baddrudin berhasil menjadi figur yang luar biasa dengan sosok yang karismatik dan penuh kasih sayang terutama kepada santrinya. Selain itu, sebagai bukti nyata hasil ketaatan beliau kepada orangtua dan guru adalah: kemegahan Pesantren An-Nur II yang beliau dirikan beserta ribuan santri yang menimba ilmu di dalamnya.

(Ahmad Firman Ghani Maulana/Mediatech)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK