Sejarah Hijriah, Sebuah Pemecah Masalah

hijriah, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Tahun selalu berganti. Tak terkecuali tahun Hijriah. Seperti di tahun ini, awal tahun 1441 Hijriah bertepatan dengan tanggal 1 September 2019 Masehi. Lalu, apa yang melatar belakangi penetapan tahun Hijriah ini?

Dahulu, di zaman Nabi Muhammad, tidak ada istilah tahun baru. Alasannya, karena saat itu bangsa Arab belum mengenal istilah ‘tahun’. Tapi, istilah hari dan bulan sudah ada, bahkan sebelum zaman Nabi. Bedanya, bulan pertama Hijriah yang sekarang kita kenal Muharam masih belum ada. Namanya masih Safar Awal. Dan bulan Safar yang kita kenal sekarang masih bernama Safar Tsani.

*Sejarah Nama Muharam*

Bulan Muharam merupakan salah satu dari empat bulan mulia (Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab). Orang arab sudah paham dengan larangan pada bulan mulai ini, salah satunya berperang. Sementara itu, orang arab saat itu suka berperang. Perang bagaikan mata pencaharian dengan berburu ganimah.

Maka, saat tiga bulan berurutan yang diawali Zulkaidah itu orang arab berhenti berperang. Otomatis, sifat suka berperang dikekang yang mengakibatkan tangan mereka ‘gatal’ untuk berperang. Disusunlah sebuah siasat agar bisa berperang di bulan Muharam. 

Siasat itu adalah dengan menukar posisi Safar Awal dengan Safar Tsani. Mereka menganggap dua bulan itu satu paket. Sehingga mereka dengan bebas menukar keduanya. Seperti ketika ingin berperang di bulan Safar Awal, mereka akan menjadikan Safar Tsani sebagai bulan mulia. Kemudian siasat itu pun menjadi kebiasaan.

Melihat hal ini, nabi lantas mengambil tindakan agar tidak terjadi pergantian bulan mulia yang semula Safar Awal menjadi Safar Tsani. Yakni dengan mengganti nama Safar Awal menjadi Muharam. Dan bulan Safar hanya satu, di bulan yang dulu bernama Safar Tsani. Selain itu, beliau menjuluki Muharam sebagai Syahrullah (Bulan Allah). Menurut para ulama, julukan ini karena Muharam adalah nama baru, bukan karena selain Muharam bukan bulan Allah.

*Sejarah Penetapan Awal Hijriah*

Penamaan hari sudah ada. Penamaan bulan juga ada. Tinggal istilah tahun belum ada. Di zaman nabi penamaan tahun mengikuti peristiwa besar yang ada di tahun tersebut. Seperti tahun Gajah, karena pada tahun tersebut terjadi penyerangan pasukan bergajah. Ada juga tahun Fijar, karena tahun tersebut terjadi perang besar antara suku Kinanah dan Qais yang masyhur dikenal dengan perang Harbul Fijar.

Setelah beberapa tahun berjalan, terjadilah kebingungan di pemerintahan khalifah Umar bin Khattab. Saat itu, ada seseorang melaporkan sebuah bukti kepemilikan yang bertanggal 15 Syakban. Masalahnya, itu bulan Syakban tahun berapa? Tahun ini, tahun akan datang atau malah tahun lalu? Pada akhirnya masalah ini membuat bingung hakim untuk memutuskan. Karena sulit untuk menentukan tanpa adanya tahun.

Maka, khalifah Umar menanggapi masalah itu dengan mengumpulkan para sahabat untuk menentukan awal tahun Hijriah. Kendati akan ditolak, para sahabat malah banyak yang setuju. Poin penetapan mengacu pada hal yang berhubungan dengan Nabi Muhammad. Muncullah berbagai pendapat. Di antaranya, tahun ke satu bermula di tahun lahirnya nabi, ada usul di tahun diangkatnya menjadi nabi, ada juga yang usul saat kewafatan nabi dan saat nabi hijrah.

Dua Usul

Karena dua usul pertama masih banyak perdebatan, maka diambil yang waktu kejadiannya disepakati. Masih ada dua pilihan. Yang pertama diambil dari kewafatan nabi. Namun, ada yang menyangkal, masak memulai tahun baru dengan kesedihan yang bisa menjadikan pesimistis. Walhasil, pilihan kedua lah yang menjadi keputusan: hijriah dimulai di tahun nabi berhijrah.

Sampai di sini, diskusi belum selesai. Karena saat itu masih belum ada urutan bulan. Tidak ada istilah akhir tahun di bulan Zulhijah, begitu pula tak ada istilah awal tahun di bulan Muharam. Lalu, didiskusikan lagi bulan kesatunya apa.

Setelah didiskusikan, awal tahun diundur tiga bulan sebelum nabi berhijrah, bulan Muharam. Pertimbangannya, nabi telah memantapkan niat untuk berhijrah di bulan Muharam. Selain itu, pada bulan Muharam adalah momen dimana orang pulang haji, yang oleh Allah diampuni dosanya. Sehingga awal tahun Hijriah dapat dianalogikan membuka lembaran baru.

Maka, sejak saat itulah para sahabat sepakat bulan satu Hijriah dimulai di bulan Muharam. Selain pertimbangan di atas, Muharam juga sebagai nama baru sebuah bulan.

*disarikan dari pengajian Tafsir Jalalain oleh Dr. KH. Fathul Bari, S.S., M.Ag., Sabtu, 31 Agustus 2019

(Mumianam/Mediatech An-Nur II)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK