annur2.net – Langkah kaki para santri putra menuju lapangan utama Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo” mengawali perayaan harlah ke-45. Senin, 26 Agustus 2024 pukul 17.00 WIB seluruh santri putra mengikuti gelaran perayaan harlah ke-45 di lapangan utama An-Nur II, yang bertemakan “Solidkan Jiwa Kebersamaan, Kobarkan Jihad Peradaban”.
Ketika azan Magrib berkumandang, semua santri putra berkumpul di lapangan utama An-Nur II. Semua santri berjemaah secara serentak satu pondok di lapangan. Ini yang menjadi corak pembeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Selepas melaksanakan jemaah, para santri segera menghadap panggung. Kiai Zainuddin, pengasuh pondok putra, menjadi pengisi dalam kegiatan ini. Beliau menggunakan syair Imam Syafii, Shahibul Ilmi sebagai bahan kajian di malam ini.
Suasana malam itu penuh khidmat dari para santri yang fokus mendengarkan keterangan beliau. Selain hal ini, kekompakan para santri terkait pakaian serta kerapian barisan membuat Pengasuh Pondok putra tersebut terharu.
Ketika pengajian selesai, azan Isya berkumandang. Salat Isya berjemaah menjadi jembatan ke acara selanjutnya yang berpusat pada tiga MC. Mereka menjadi pembawa acara yang mengaduk-aduk suasana lebih meriah di malam itu.
Kemudian Harlah ke-45 dihiasi oleh tilawah yang menjadi runtutan acara kelima. Juga dengan penghargaan santri-santri yang berprestasi dan penampilan dari Baspara (Baris Santri Paskibra).
Detik-detik penampilan Baspara, membuat acara lebih berwarna. Mereka menampilkan gerakan-gerakan yang sebagaimana tentara dengan paduan musik. Hal ini menimbulkan kesan unik. Setelah pertunjukan, mereka membentuk barisan pedang pora yang mengawal KH. Fathul Bari, S.S., M.Ag.
Pesan dari Syair Imam Syafii
Dalam syairnya, Imam Syafii ingin menyampaikan bahwa nasab bukanlah takdir. Takdir bersifat pasti dan absolut, berbeda dengan nasab. Orang yang terlahir dari nasab yang buruk tidak menjanjikan dia berada dalam kejelekan. Melainkan ketika ia memiliki kapasitas pengetahuan ilmu, ia akan menjadi orang yang mulia.
Ilmu akan selalu mengangkat derajat orang yang memilikinya. Banyak orang-orang mengikuti fatwa-fatwa dari Ulama yang keilmuannya memang kredibel.
Tanpa ilmu orang tidak bisa sampai ke kebahagiaan dan tidak bisa mengetahui halal, haram, baik, dan jelek. Dengan ilmu kita akan mengetahui semua hal dengan ilmu yang berguna seperti ilmu di pondok pesantren.
“Jangan lupa tujuan ke pesantren, tujuan utama kita adalah mencari ilmu Nafi’ (bermanfaat),” pesan Kiai Zainuddin. Maka, datang ke pondok merupakan bentuk komitmen untuk mencari ilmu, dan selainnya merupakan perkara tersier.
(ABU RAIHAN EFENDI/MEDIATECH ANNUR II)
Leave a Reply