Sambutan Hujan pada Malam Penutupan Pasar Waqiah Ramadan

Sambutan Hujan pada Malam Penutupan Pasar Waqiah Ramadan

annur2.net – Rabu malam, 26 Maret 2025 M/27 Ramadan 1446 H, Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo” menggelar Penutupan Pasar Waqiah Ramadan. Acara bertempat di area Masjid Utama An-Nur II. Acara tersebut sudah menjadi rutinan setiap malam 2-27 Ramadan. 

Namun, hujan deras mengguyur malam penutupan. Para jemaah melipir ke teras masjid, wisma tamu, dan Raudlah KH. Muhammad Badruddin Anwar. Hujan tidak mengurangi antusias mereka menghadiri acara. Sebagaimana informasi dari penerima tamu, terdapat seribu lebih jemaah datang pada malam itu.

Rangkaian Penutupan Pasar Waqiah Ramadan 1446 H berupa salat hajat, pembacaan surah Al-Waqiah, sambutan-sambutan, tausiah dari Dr. H. Jam’an Nurchotib Mansur, S.H.I., M.E. atau Ustaz Yusuf Mansur, dan akad nikah Ustaz Nanang Eko Handoyo selaku Kepala Ma’hadiyah. Penutupan acara dengan ramah tamah.

Sambutan demi sambutan terangkai dalam acara penutupan tersebut. Pertama-tama sambutan dari Kiai Ahmad Zainuddin, M.M., Dr. KH. Fathul Bari S.S., M.Ag., dan terakhir dari Wakil Gubernur Jawa Timur H. Emil Elestianto Dardak, B. Bus., M.Sc., Ph.D.

Untuk memeriahkan suasana, Bank Negara Indonesia (BNI) menyumbangkan 27 hadiah yang terdiri dari beberapa penanak nasi dan sembako. Ustaz Zainul Arifin selaku penerima tamu menyampaikan jumlah tersebut sama dengan tanggal pelaksanaan acara. Di samping itu, BNI merupakan bank yang turut mendukung Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo”. Hadiah-hadiah tersebut dibagikan di sela-sela pergantian sesi acara dengan berbagai kuis.

Surah Al-Waqiah untuk Bekal Menuju Akhirat

Awal sambutan, Kiai Zainuddin menyapa para Jamaah. Beliau menjelaskan bahwa hujan pada malam itu menandakan rahmat yang besar dan penuh keberkahan. “Malam Waqiah malam berkah,” ujarnya. Mulai awal hingga akhir beliau membaca untain puisi yang telah beliau buat. Beliau juga sempat melontarkan beberapa pantun, 

“Waqiah dibaca bukan buat gaya, bekal hidup menuju ke surga.

Malam 27 ini bukan hanya cerita, ia pelita bagi jiwa yang setia.”

Sebagai penutup, Kiai Zainuddin menyampaikan kalimat yang sedang tren di sosial media, “Ubur-ubur ikan lele, seng penting ati tetap PD le. Ubur-ubur ikan lele, maafin aku kalau dalam keterangan bikin bete.”

Beberapa harapan juga beliau utarakan dengan susunan kata yang memecah suasana. “Semoga yang masih sendiri, semoga berdua. Semoga yang berdua, semoga cintanya semakin membara. Rezeki lancar pintu terbuka, dari langit berkah terus mengalir suka,” panjatnya.

Menerima Meskipun Tidak Sesuai Rencana

Kiai Fathul Bari mengajak para jemaah supaya tidak bersedih dengan dengan rencana yang tidak sesuai rencana dalam sambutannya. “Harus yakin pada Allah hujan ini adalah berkah,” ungkap beliau. Hujan adalah salah satu dari empat tempat doa yang mujarab.

Apalagi dalam urusan dunia, kita tidak perlu terlalu kecewa karenanya. Beliau mengisahkan Abwa’, unta balap milik Rasulullah yang tak pernah kalah. Suatu ketika seorang Badui datang yang menantang balapan unta Nabi dan ternyata dapat mengalahkan unta itu. Banyak sahabat yang tidak menerima kekalahan dari unta beliau. Mereka lalu mengadu kepada Rasulullah. Beliau tidak terlalu mempermasalahkan kekalahan untanya karena itu hanya urusan dunia.

Terdapat keselarasan acara penutupan pasar waqiah dengan hujan. Sebagaimana keterangan Kiai Fathul Bari, setelah membaca surah Al-Waqiah maka membaca doa Wa Shubba yang berarti menuangkan atau menumpahkan. Sehingga hujan yang merupakan rahmat turun deras pada malam itu sebagai wujud dari doa tersebut.

Pembacaan istigasah turut mengisi rangkaian acara tersebut. Dalam doanya memuat lafaz Aghisna yang bermakna “turunkan hujan” atau “ampunan”. Hujan juga merupakan isi pembahasan dalam surah Al-Waqiah untuk menunjukkan kebesaran Allah. 

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69)

“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum (68). Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? (69)” (QS. AL-Waqiah: 68-69)

Dunia sama dengan Air

Hujan yang identik dengan air ada hubungannya dengan perkara dunia terutama harta. Kiai Air dan dunia memiliki sifat yang sama. Air akan selalu mengalir, tidak bisa diam di tempat. Begitu juga harta yang tidak mungkin selalu menetap. Misalnya uang dalam dompet tak lama akan keluar dari dompet tersebut.

Harta juga bagaikan genangan air, tidak lama hilang. Harta yang ada pada akhirnya juga akan tiada, entah untuk membeli, hilang, ataupun sebab lainnya. Ketika kita berurusan dengan perkara duniawi tidak akan lepas dari fitnahnya sebagaimana jika kita masuk air pasti basah.

Entah air atau harta akan bermanfaat apabila sesuai kadarnya, tidak kurang dan tidak lebih. “Harta terbaik adalah harta yang cukup,” terang Kiai Fathul Bari. Air yang berlebih seperti banjir pasti akan merepotkan kita. Sama halnya dengan air harta yang berlebih juga membuat kita repot apalagi saat harta itu pas-pasan, “Pas butuh pas gak onok,” gurau beliau.

(Ahmad Basunjaya I.K.F./Mediatech An-Nur II)