RENUNGAN TAHUN BARU

renungan tahun baru, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasul ﷺ menasehati seseorang dan beliau bersabda:

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara

(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,

(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,

(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,

(5) Hidupmu sebelum datang matimu.

[HR Al-Hakim dalam Mustadrak dengan sanad yang shahih]

 

Catatan Alvers

 

Mengapa orang-orang menunggu pergantian tahun? Mereka begitu gembira menyambut kedatangan bulan januari, Hingga mereka serentak menghitung mundur 10-9-8 hingga hitungan 1 lalu mereka bersorak sorai, berpelukan, menjerit kegirangan, berjingkrak-jingkrak dibawah pancaran dan dentuman kembang api, seraya sama-sama meniup terompet telolet… telolet… tanpa tahu maksud dari apa yang dilakukan.  Ada apa dengan tahun baru?

 

Akankah ini yang dikehendaki Nabi ﷺ dengan sabda-Nya:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal,sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk (mengikuti) ke dalamnya. Mereka (para sahabat) bertanya:

Wahai Rasulullah, apakah mereka kaum Yahudi dan Nasrani.?

Lalu beliau berkata, Siapa lagi kalau bukan mereka”. [HR Bukhari]

 

Ada pula di antara mereka yang bikin ” make a wish” saat jam 00.00 tepat waktu setempat, padahal tidak pernah ada yang mengajari bahwa saat itu adalah waktu mustajabah. Ada juga yang menuliskan harapan atau mimpi (resolusi) yang akan mereka lakukan di tahun mendatang dan melepaskan balon berharap semua mimpinya akan terwujud. Ada apa dengan tahun baru?

 

Akankah mereka melakukan sesuatu yang tidak mereka ketahui maksudnya yang mana hal ini dilarang oleh Allah SWT. Dalam firman-Nya

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [QS Al-Isra: 36]

 

Tahukah mereka alvers, Januari itu? Menurut sejarah, ternyata  januari adalah nama dewa yaitu Dewa Janus yang mana dalam mitologi Romawi Kuno, dikenal seorang dewa berwajah dua. Lantas, Satu menghadap ke depan dan satunya ke belakang. Untuk menentukan mana yang depan atau belakang, ditandai dengan wajah yang menghadap depan selalu tersenyum dan optimis, sedangkan yang menghadap ke belakang selalu terlihat muram dan sedih. [Wikipedia]

 

Rupanya dari sinilah ketika pergantian tahun orang-orang membuat resolusi, pengharapan yang didapatkan dari dualisme masa yaitu masa lampau, dan masa mendatang yang diambil dari dua wajah sang dewa. Lalu, akankah kita bangga ajaran primitif ini dan kita meniru apa-apa yang dahulu mereka lakukan? Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” [HR Abu Dawud]

 

Al-Munawi berkata: “Maksudnya menyerupai mereka dalam penampilannya dengan memakai pakaian seperti pakaian mereka, mengikuti cara jalan, tata cara dalam pakaian dan sebagian prilaku mereka.” [Aunul Ma’bud]

 

Marilah alvers kita jauhi tradisi peringatan tahun baru seperti yang mereka lakukan. Sebaliknya marilah kita berhuhasabah, bukankah dengan tahun baru jatah kehidupan kita semakin berkurang dan itu artinya kita semakin dekat dengan kematian? Bukankah masih minim sekali bekal kita untuk menghadapi kematian?

 

Betapa tidak minim, marilah kita hitung bersama. Jikalau kita sholat setiap waktu menghabiskan kurang lebih 10 menit dan kita lakukan sebanyak lima kali sehari maka setiap hari kita membutuhkan waktu 50 menit setiap harinya. 1.500 menit dalam sebulan dan 18.000 menit dalam setahun atau setara 300 jam dan itu artinya 12.5 Hari dalam setahun (365 Hari). Jika rata-rata umur manusia adalah 65 Tahun maka waktu yang digunakan shalat adalah 27 Bulan atau 2.25 Tahun saja. Itupun kalau sholatnya tidak bolong-bolong. MasyaAllah. Akankah kita puas dan telah menganggap cukup bahkan banyak dengan hanya memberikan 2 tahun kepada Allah dari 65 tahun yang dianugerahkan kepada kita?. Bukankah Allah memerintah kita untuk terus memperhatikan bekal untuk hari esok (akhirat), Allah berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [al-Hasyr :18]

 

Di momen akhir tahun, setiap perusahaan sibuk membuat laporan tutup Buku sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui seperti apa kinerja keuangan sebuah perusahaan, apakah mengalami kenaikan atau malah sebaliknya mengalami penurunan. Maka seperti itu pula kita, mari lakukan evaluasi diri apakah kita termasuk orang-orang yang beruntung ataukah merugi seperti kebanyakan manusia. Bukankah Allah SWT telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya :

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Demi masa, sesungguhnya manusia pasti dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran. [QS Al-Ashr : 1-3]

 

Selanjutnya marilah kita membuat neraca amal kita, kemarin, hari ini dan besok supaya kita dapat menentukan hasil amalan kita. Nabi berwasiat dalam mimpi Abdul Aziz bin rawwah :

من استوى يوماه فهو مغبون ومن كان يومه شرا من أمسه فهو ملعون

Barang siapa yang kedua harinya (Hari ini dan kemaren) sama maka ia adalah orang yang rugi dan barang siapa yang harinya (ini) lebih jelek dari pada kemaren maka ia terlaknat. [Tadzkiratul Mawdlu’at]

 

Lantas, Sudahkah anda mengitungnya? Kalau belum silahkan simak perkataan Hasan Bin Ali RA :

ومن لم يتفقد النقصان عن نفسه فإنه في نقصان، ومن كان في نقصان فالموت خير له

dan barang siapa yang tidak memeriksa kekurangan pada dirinya maka ia berada dalam kekurangan dan barang siapa yang dirinya berada pada kekurangan maka mati lebih baik baginya. [Kanzul Ummal]

 

Maka dari itu marilah kita jauhi kemaksiatan dan kita isi hidup kita dengan kajian ilmu dalam setiap harinya walaupaun hanya dengan kajian odoh ini. Imam Syafii RA berkata dalam Syairnya :

حياة الفتى – والله – بالعلم والتقى :: إذا لم يكونا لا اعتبار لذاته

Hidupnya seorang pemuda – demi Allah – adalah dengan mencari ilmu dan ketaqwaan, bila keduanya tiada, maka tiada guna keberadaannya [Ta’limul Muta’allim] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk semangat mencari ilmu dan ketakwaan serta menjauhi kemaksiatan.

 

Salam Satu Hadith,

DR.H.Fathul Bari Alvers

PP Annur2.net Malang, Ind

 

Temukan Artikel ini dalam

BUKU ONE DAY ONE HADITH

Kajian Hadits Sistem SPA

(Singkat, Padat, Akurat)

Buku Serial #1 Indahnya Hidup Bersama Rasul SAW

Buku Serial #2 Motivasi Bahagia dari Rasul SAW

Harga Promo, hub.: 081216742626

 

 

 

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK