Perihal Siwak

siwak, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

“Shalat (sekali) diawali siwak-an, berbanding 70 kali shalat tanpa terlebih dulu bersiwak”. Sekilas terkait kandungan siwak yang dikutip Imam Al-Ghazali dalam Kitabnya, Bidayatul Hidayah pada keterangan Adab Berwudu.

Bersiwak atau Siwakan yang kita kenal dalam syariat islam merupakan upaya pembersihan bagian tubuh (mulut) dengan suatu media tertentu. Dan disarankan menggunakan alat berupa kayu Arak (baca: Arok).

Menurut penelusuran Wikipedia, kayu arak termasuk jenis pohon yang termasuk ke dalam spesies Salvadora. Dahan serta akar pohon ini selama berabad-abad digunakan sebagai pembersih gigi alamiah, sebagai mana dahan ranting yang berserat dan lembut.

Pohon tersebut telah mendapat rekomendasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk membersihkan gigi dan mulut secara alami. Penelitian menunjukkan bahwa di dalam serat pohon ini mengandung bermacam-macam zat yang sangat bermanfaat untuk kesehatan gigi.

Namun jika memang di Indonesia ini, masyarakat tidak mendapati atau sulit menemukan jenis kayu tersebut, maka bisa pakai alternatif lain. Sebagaimana yang dilalami KH. Anwar Nor, Pendiri Pesanren An-Nur Bululawang, yakni dengan memakai kayu rotan. Orang-orang sekitar menyebutnya penjalin. Hal ini disampaikan KH. Ahmad Damhuji pada pengajian Bidayatul Hidayah, Pengajian Ahad Legi bulan ini, 2 Desember 2018.

Kenapa Dapat Anjuran Bersiwak?

Satu hal pokok yang perlu diingat betul adalah manusia terlahir dengan satu mulut dan dua telinga. Ini mengisyaratkan bahwa sejatinya manusia (siapa saja) harus lebih banyak mendengar dari pada terus berbicara. Karena lidah yang lunak dan tak bertulang ini lebih tajam dari bilah pisau.

Sebagaimana keterangan dalam kitab Alala “Seseorang tidak celaka akibat kakinya terpeleset, tapi karena ulah lisan yang menikam dirinya sendiri”. Oleh karena itu, dosa yang diperbuat oleh lisan lebih banyak nominalnya. Begitu halnya dengan pahala.

Sementara di sinilah peran sejati siwak selain juga menjadi media. Seperti yang termaktub dalam kitab Bidayatul Hidayah, yakni sebagai pembersih mulut sekaligus menjadi sebab pengampunan dosa, sehingga menjadi penunjang ridha Allah SWT serta meminimalisir muslihat setan.

Paling dianjurkan bersiwak pada tiga waktu: sehabis tidur, ketika bau mulut mulai berubah dan menjelang shalat. Dan istimewanya, Allah memberi pahala berlipat bagi orang shalat yang mengawalinya dengan sunnah siwak.

“(Gambarannya) Seperti halnya beli bakso di Malang satu porsi dengan harga sepuluh ribu, seperti beli bakso satu porsi dengan harga 100 ribu, tapi belinya di Amerika”. Gambaran sederhana dari KH. Bafadhol A. Damhuji, saat mengasuh kajian Bidayatul Hidayah di altar Masjid An-Nur II dalam Pengajian Rutin Ahad Legi, (2/12).

Sumber: Kitab Bidayatul Hidayah
(Ilham Romadhan/Media-Tech An-Nur II)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK