Pengajian Ahad Legi: Hidup Bahagia, Ada Caranya
“Ingkang pertama kulo panjenengan sareng-sareng lenggah ten mriki, silaturahmi antar umat Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa shahbihi wa sallam, yang ini membuat hati Baginda Nabi Muhammad saw., bangga,” ungkap Habib Abdullah Abdul Qadir bin Umar Mauladawilah. Para jemaah khidmat mendengarkan tausiah beliau dalam acara Pengajian Ahad Legi, 19 Mei 2024, di pelataran Masjid Pondok Pesantren Wisata An-Nur II “Al-Murtadlo”.
Dalam pengajian tersebut, Habib Abdul Qadir membahas tentang hal-hal yang membuat Nabi Muhammad senang. Sebagaimana di atas, yang pertama adalah silaturahmi kepada sesama muslim di dalam suatu majelis. Beliau mengatakan bahwa Nabi bangga ketika umat Islam berkumpul jadi satu apalagi sambil berzikir dan menimba ilmu. Beliau mencontohkan dengan Pengajian Ahad Legi ini.
Habib Abdul Qodir mengutip dari kitab Ta’lim AL-Muta’allim bahwa orang yang termasuk durhaka kepada guru adalah meninggalkan majelis buatan gurunya. Padahal majelis bisa membuat hati jemaahnya menjadi tenang. Seolah mereka terbebas dari masalah-masalah di dunia.
Imam Ghozali pernah berkata, “Di antara kesengsaraan dalam kehidupan di dunia adalah telah berbuat maksiat, sadar maupun tidak. Sedangkan obatnya adalah majelis-majelis.” Majelis seperti Pengajian Ahad Legi menjadikan ingat kepada Allah juga bekal di akhirat. Tak hanya itu, mengikuti amalan dan dawuh para guru dan kiai bisa menjadi perantara agar bisa berkumpul dengan mereka bahkan Nabi Muhammad di Padang Mahsyar. “Ini (majelis) obat yang mujarab di hati kita,” tambah Habib Abdul Qadir.
Tiga Perkara Membuat Hidup Bahagia
Selanjutnya Habib Abdul Qadir menyampaikan perkataan Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul. Beliau mengatakan bahwa ada tiga perkara yang membuat hidup penuh nikmat dan berkah baik di dunia maupun akhirat. Pertama, “Dengan cara apapun, jangan sampai salat lima waktu kulo panjenengan tinggalkan,” ucap beliau.
Salat tepat waktu menjadikan hidup lebih mudah. Maksudnya, Allah akan menata hidup orang yang menertibkan salatnya. “Pokok e salat kulo panjenengan rapi, urip kulo panjenengan yo rapi (Pokoknya salat kita rapi, hidup kita juga rapi),” jelas Habib Abdul Qadir. Selain itu, Nabi Muhammad bersabda, “Amal yang akan dihisab pertama saat hari kiamat adalah salat.” Makanya salat rawatib dan tepat waktu adalah kunci untuk menuju surga.
Yang kedua ialah berbakti kepada orangtua. “Niku nggak iso dinyang wes, nggak iso ditawar (Itu tidak bisa ditawar),” imbuh Habib Abdul Qadir. Jelasnya kita tidak bisa membalas seluruh usaha orangtua. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad kepada seorang sahabat yang telah mengurus ibunya dan menggendongnya berhaji. Beliau bersabda, “Itu bagus sekali. Tetapi ingat, itu tidak bisa membalas satu hembusan nafas ibumu saat melahirkanmu.” Maka dari itu, saking tidak terbalaskannya, kita harus selalu berbakti kepada orangtua untuk membayar usaha orangtua. Dari sikat bakti tersebut, Allah akan menjadikan kita hidup bahagia.
Perkara ketiga adalah tidak egois. Zaman akhir ini terkadang membuat kita berpikir egois dan memikirkan orang lain. Padahal Nabi mengajarkan kita untuk peduli dan menolong sesama manusia. Maka dari itu, sebisa mungkin kita melaksanakan tiga sikap di atas. Insyaallah, Allah akan menjadikan hidup kita berkah dan penuh nikmat.
(Riki Mahendra Nur C./Mediatech An-Nur II)
Leave a Reply