PAKETAN SHALAWAT

paket sholawat, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi saw bersabda :

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Barang siapa bershawalat kepadaku sebanyak satu kali saja maka Allah akan ber-shawalat kepadanya sebanyak sepuluh kali” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

Sejak Allah mengumumkan bahwa DIA dan para malaikat bershalawat  kepada Nabi Saw dan memerintahkan orang-orang beriman untuk bershalawat  dalam firman Allah Swt :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. [QS Al-Ahzab 56].

 

maka sejaksaat itu pula shalawat  kepada Nabi Saw menjadi sunnatullah. Artinya, sejak saat itu sampai hari ini — kira-kira sudah 15 abad — manusia tidak pernah berhenti dalam bershalawat , baik dalam sholat, qasidah-qasidah, amaliah shalawat  dll. Artinya, sejak 15 abad yang silam orang setiap hari terus-menerus bershalawat  tidak pernah putus, sehingga kalau mau jujur dicatat dalam guinness book of the record, maka Nabi Saw adalah sat-satunya manusia yang namanya tidak pernah berhenti disebut orang selama 15 abad. Subhanallah!

 

Shalawat dari Allah, malaikat dan kita tentu memiliki makna berbeda, Syeikh Zainuddin al-Munawi berkata :

فإن الصلاة من الله رحمة ومن الملائكة استغفار ومن الغير دعاء وطلب

“Shalawat dari Allah itu bermakna (curahan) rahmat dan dari malaikat berarti istighfar (memohonkan ampunan) sedang dari lainnya adalah doa dan permintaan” [Faidl al-Qadir]

 

Melantunkan Shalawat adalah ibadah yang utama dan mulia.  Syeikh Nashr As-Samarqandy berkata:

وإذا أردت أن تعرف أن الصلاة على النبي صلى اللَّه عليه وسلم أفضل من سائر العبادات فانظر وتفكر في قول اللَّه سبحانه وتعالى

Bila kau ingin mengetahui bahwa shalawat kepada Nabi SAW termasuk ibadah yang paling utama, maka perhatikan dan renungkan firman Allah Swt dalam al-Quran:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).

ففي سائر العبادات أمر اللَّه تعالى عباده بها، وأما الصلاة على النبي صلى اللَّه عليه وسلم فقد صلى عليه بنفسه أوّلا وأمر ملائكته بالصلاة عليه، ثم أمر المؤمنين بأن يصلوا عليه، فثبت بهذا أن الصلاة على النبي صلى اللَّه عليه وسلم أفضل العبادات

“Kalau dalam ibadah-ibadah lainnya Allah memerintahkan hamba- hambaNya untuk melakukannya maka untuk bershawalat kepada Nabi SAW Allah sendiri melakukannya terlebih dahulu lalu memerintahkan para malaikatNya bershalawat barulah kemudian Allah memerintah untuk bershalawat kepada Nabi SAW. Dengan ini maka tetaplah bahwasannya bershalawat kepada Nabi SAW adalah sebaik-baik ibadah.” [Tanbih Al-Ghafilin]

 

Lalu lihat pula apa yang diberi oleh Allah untuk orang yang bershalawat kepada Nabi SAW dalam hadits utama diatas bukankah Allah akan ber-shawalat kepadanya sebanyak sepuluh kali? Dalam riawayat yang disebutkan :

 

(من صلى عليّ من أمتي مخلصاًَ من قَلبِه صلاةً واحدةً صلّى اللهُ عليه عشر صلواتٍ ورفع عشر درجاتٍ ومحا عنه عشر سيئاتٍ. (رواه النسائ

“barangsiapa di antara umatku yang membacakan shalawat atasku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya, mengangkat sepuluh derajat kepadanya, dan menghapus sepuluh kesalahan”. [HR. Nasa’i]

 

Shalawat dan salam adalah satu paket dimana shalawat tidak terlepas dari salam kepada Nabi SAW. Hal ini karena keduanya adalah sama-sama perintah Allah dalam perintah ayat di atas. Imam Nawawi berkata :

إذا صلَّى على النبيّ صلى اللّه عليه وعلى آله وسلم ، فليجمع بين الصلاة والتسليم  ولا يقتصرْ على أحدهما، فلا يقل ‏”‏صلّى اللّه عليه‏”‏ فقط، ولا ‏”‏عليه السلام‏”‏ فقط‏.‏

Jika seseorang bershalawat kepada Nabi SAW maka hendaknya mengumpulkan antara, Shalawat dan salam serta tidak mencukupkan dengan salah satunya saja maka jangan katakan “Shallallahu Alayh” saja atau “Alayhis Salam” saja. [Al-Adzkar]

 

Imam Ghazali menceritakan bahwa salah seorang salafus shalih berkata:

كنت أكتب الحديث وأصلي على النبي صلى الله عليه وسلم فيه ولا أسلم فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم في المنام فقال لي: أما تتم الصلاة علي في كتابك؟ فما كتبت بعد ذلك إلا صليت وسلمت عليه

Aku pernah menulis hadits dan aku bershalawat kepada Nabi SAW di dalamnya akan tetapi tidak menulis salam maka aku bermimpi Nabi SAW berkata kepadaku:

أما تتم الصلاة علي في كتابك؟

“Kenapa engkau shalawat tidak sempurnakan shawalat kepadaku dalam tulisanmu?”

Maka sejak itu, tidaklah aku menulis kecuali aku bershalwat dan salam kepadaNya. [Ihya’ Ulumuddin]

 

Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan doa bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad Saw. Beliau Bersabda :

 

مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ

 

“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku (sesudah aku wafat) melainkan Allah mengembalikan ruh-Ku sehingga aku menjawab salamnya” [HR Abi Daud]

 

Mungkin hati kecil alvers ada yang bertanya bagaimana itu terjadi, Rasul Saw hidup kembali dalam kuburNya? Menjawab hal ini, Saya teringat dengan permasalahan yang sama yaitu tatkala roh mayyit dikembalikan ke dalam jasadnya kemudian ditanya oleh malaikat, dan mendapat siksa atau kenimatan, maka mengapa manusia tidak dapat melihatnya sedikitpun? Syeikh Thahir Al-Jazairy menjawab :

اِنَّ اللهَ يَحْجُبُ اَبْصَارَهُمْ عَنْ ذَلِكَ اِمْتِحَانًا لَهُمْ لِيُظْهَرَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْغَيْبِ وَمَنْ لَايُؤْمِنُ بِهِ مِنْ ذَوِى الشَّكِّ وَالرَّيْبِ وَلَوْ رَاىَ النَّاسُ ذَلِكَ لَآمَنُوا كُلُّهُمْ وَلَمْ يَصِرْ فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ وَلَمْ يَتَمَيَّزِ الْخِبَيْثُ مِنَ الطَّيِّبِ وَالرَّدِئُ مِنَ الْجَيِّدِ.

“Sesungguhnya Allah menutup penglihatan manusia dari hal tersebut, sebagai ujian bagi mereka, agar menjadi jelas siapakah yang beriman kepada hal ghaib dan siapa yang tidak beriman dan ragu serta bimbang akan hal tersebut. Seandainya manusia melihat keadaan dalam kubur, niscaya mereka akan beriman semuanya, sehingga tidak ada perbedaan antar manusia yang baik dan yang jahat, serta tidak ada beda antara yang hina dan mulia.” [Al-Jawahir al-Kalamiyah].

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk gemar bershalawat dan salam kepada Nai Muhammad SAW dan meneladani semua uswahNya.

 

Salam Satu Hadith,

DR.H.Fathul Bari, SS., M.Ag

Pengasuh PP AN-NUR 2, Malang, Ind

 

Dapatkan Artikel diatas

Dan Artikel terbaik lainnya

Dengan Sistem SPA

(Singkat, Padat, Akurat)

Di Buku

ONE DAY ONE HADITH

Pesan Antar Seluruh Indonesia

Ust. Muadz : 081216742626

 

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK