annur2.net – Pada rangkaian peringatan Haul ke delapan RKH. Muhammad Badruddin Anwar terdapat acara Malam Sang Purnama. Kegiatan itu dilaksanakan pada hari Jumat malam, 29 November 2024 tiga hari sebelum malam puncak haul. Di halaman Masjid An-Nur.
Salah satu rangkaian acara memaparkan hal-hal yang menyangkut dengan buku Sang Purnama. Pada kali ini yang bertugas memaparkan saudara Mohammad Fajar Izzul Haq santri alumni tahun 2020, ketua redaksi Sang Purnama edisi spesial.
Di kesempatan kali ini Mas Izzul ingin memaparkan enam poin yang ada di dalam buku Sang Purnama edisi spesial. Poin tersebut meliputi; latar belakang, isi buku, daftar narasumber, metode dan mekanisme kepenulisan, tim Sang Purnama, dan Antologi buku.
Pembuatan buku Sang Purnama edisi spesial berlatar belakang untuk merevisi Sang Purnama yang pertama. Sebelumnya di tahun 2017, tim Sang Purnama pernah membuat dan meluncurkan buku dengan judul Sang Purnama.
Buku itu berisi kejadian sebelum dan sesudah tutup usia Kiai Badruddin Anwar. Buku itu terpaksa mundur dari pasaran sebab ada beberapa hal yang perlu tim revisi dan konfirmasi kembali.
Selain merevisi, buku kali ini untuk menjadi cetak ulang dari edisi yang ke dua dengan tampilan yang beda. Dalam buku edisi spesial kalian akan menemukan beberapa isi yang sama dengan edisi kedua yang membahas peran Kiai Badruddin Anwar dalam Pendidikan Formal.“Akhirnya Karena itulah, karena dua hal penting ini kami menerbitkan Sang Purnama edisi spesial yang secara isi adalah eee Sang Purnama satu, Sang Purnama yang pertama dan Sang Purnama yang seri kedua” jelas Mas Izzul.
Buku ini juga menjadi lebih relevan dari edisi sebelumnya. Buku ini juga menjadi kanonisasi atau patokan cerita-cerita tentang Kiai. Dengan ada buku ini cerita antara seorang dengan yang lain tidak berbeda. “Menjadi arus utama dari cerita-cerita Kiai Badruddin.” Imbuhnya.
Kemudian Mas Izzul menjelaskan beberapa kepingan dari isi buku. Pada bagian satu dan dua, menceritakan kejadian sebelum dan sesudah Kiai wafat. Selanjutnya bagian tiga, empat, lima, dan enam memaparkan peran Kiai Bad dalam pendidikan formal An-Nur.
Bagian paling unik di bagian enam menceritakan hal pertama yang Kiai lakukan sepulang dari pesantren. Beliau lebih memilih mendirikan pendidikan formal terlebih dahulu, dari pada meneruskan Pesantren.
Narasumber di buku kali ini dari keluarga, teman dan alumni. Seperti Kiai Fathul, Gus Zainuddin, Bu Nyai Lathifah, KH. Damhuji, dan Pak Noor Hasan. Dalam pembuatan buku kali ini, tim sangat menyesal sebab tidak dapat mengambil informasi yang lebih dalam dari Kiai Bafadhol Ahmad Damhuji.
Kiai wafat terlebih dahulu sebelum proses pembuatan buku ini. Kiai Dam salah satu narasumber inti dalam pembuatan buku Sang Purnama. Dengan hal itu, tim Sang Purnama ingin menyajikan buku ini lebih baik, meski kehilangan satu narasumber inti.
Untuk poin selanjutnya tentang metode dan mekanisme penulisan Sang Purnama edisi spesial. Metode yang tim gunakan adalah metode jurnalisme. Metode ini memerlukan proses wawancara kepada narasumber yang benar-benar memiliki informasi yang sahih.
Kemudian untuk mekanisme penulisan menggunakan model feature. Maksudnya penulis menyajikan informasi dengan bentuk naratif, bercerita. Seperti model tulisan novel. Meski seperti penulisan novel yang kebanyakan khayalan berbeda dengan buku Sang Purnama karya hasil wawancara. “Ada lima tahapan untuk menulis buku itu, jadi prosesnya panjang rek. Prosesnya panjang. Gak sekedar saya membayangkan, berimajinasi lalu saya tulis.” Jelas mas Izzul.
Di buku Sang Purnama edisi spesial melibatkan beberapa orang. Sebagai pembina tim Sang Purnama yakni Ustaz Bika Al Kavi dan Ustaz Luqman Chamid, kemudian Ketua Redaksi Moh. Izzul Haq, serta tim Jurnalistik Multimedia An-Nur II. Tim Sang Purnama dua juga terlibat di tim Sang Purnama edisi spesial, sebab buku ini merevisi dari yang pertama dan penggabungan yang kedua.
Edisi Sangat Penting Untuk Biografi Kiai
Menuju akhir presentasi, dia berharap untuk edisi selanjutnya tidak ikut campur dalam pembuatan. Supaya mereka para santri melanjutkan, ikut berpartisipasi dalam pembuatan edisi Sang Purnama yang sudah direncanakan. “Saya merasa tidak sanggup untuk menyelesaikan proyek ini, secara keseluruhan. Karena menurut saya itu tugas teman-teman. Teman-teman harus melanjutkan itu, Teman-teman harus meneruskan itu, siapapun nantinya,” ingin Mas Izzul.
Harapan Mas Izzul adalah supaya biografi Kiai Bad yang menulis adalah santri-santrinya. Agar tidak terjadi seperti biografi Kiai Abdurrahman Wahid yang ditulis orang barat bukan dari santrinya sendiri.
Di akhir presentasi, Mas Izzul mengungkapkan keseluruhan rencana Sang Purnama untuk kedepannya. Terdapat empat edisi Sang Purnama lagi yang harus tim selesaikan. Edisi pertama hingga keenam Sang Purnama untuk membuat satu buku biografi lengkap Al-Maghfurlah RKH. Muhammad Badruddin Anwar.
(ABU RAIHAN EFENDI/MEDIATECH AN-NUR II)
Leave a Reply