Menghadapi Cacian

cacian, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Menghadapi Cacian

One Day One Hadith

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata:

أَنَّ رَجُلًا شَتَمَ أَبَا بَكْرٍ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْجَبُ وَيَتَبَسَّمُ

“Terdapat seseorang ia mencaci maki Abu Bakar sedangkan Nabi SAW duduk (di dekatnya) Nabi pun kagum (atas kesabaran Abu bakar yang tidak membalas caciannya) dan Beliau tersenyum…” [HR. Ahmad]

Catatan Alvers

Suatu ketika ada seorang ayah bersama anaknya hendak pergi ke kota. Keduanya menaiki seekor himar. Di tengah perjalanan keduanya mendengar orang-orang berkata:

ما اشدة قسوة هذا الرجل ,الاثنان يركبان الحمار المرهق

“Betapa kerasnya orang itu (tidak punya belas kasihan), (bagaimana bisa) dua orang menaiki satu himar yang lemah (tidak kuat dinaiki dua orang)?”

Mendengar omongan tersebut, sang ayah lalu turun. Ia berjalan kaki sementara membiarkan anaknya menaiki himar. Di tengah perjalanan keduanya mendengar orang-orang berkata:

ما اقل حياء هذا الولد يركب الحمار ويترك والده المسكين ماشيا

“Anak itu tidak tau malu (tidak punya sopan santun), masak ia sendiri naik himar sementara ayahnya dibiarkan berjalan!”

Mendengar omongan tersebut, sang ayah menurunkan anaknya dan ia ganti menaiki himarnya. Di tengah perjalanan keduanya mendengar orang-orang berkata:

ذلك الاب القاسي الذي يركب الحمار لايبالي ما يعانيه ولده المسكين من تعب السير على القدمين.

“Itu dia bapak yang keras hatinya (tidak punya belas kasihan). Ia menaiki himar dengan tidak menghiraukan anaknya penat karena berjalan kaki.”

Mendengar omongan tersebut, sang ayah lalu turun dan keduanya berjalan kaki di samping himarnya. Di tengah perjalanan keduanya mendengar orang-orang berbisik-bisik:

ما اسخف هذان! معهما دابة مسخرة لهما ولا يركبانها بقصد التخفيف من مشاق المشي.

“Betapa bodohnya kedua orang itu, mereka mempunyai himar namun tidak menaikinya padahal itu bisa meringankan perjalannya.”

Mendengar bisikan tersebut sang ayah berpesan kepada anaknya:

اننا يا ولدي لن نستطيع ارضاء جميع الناس وان حرصنا

“Wahai anakku, kita tidak akan bisa memuaskan semua manusia meskipun kita telah berusaha sekuat tenaga.” Setelah itu, sang ayah mengajak untuk bersama-sama memikul himar supaya meyakinkan anaknya bahwa tiada seorang pun yang bisa selamat dari omongan negatif orang lain. [Gerasanews com]

Kisah di atas merupakan kisah hikmah yang terkenal dinisbatkan kepada tokoh kisah nasruddin joha yang berasal dari turki lebih dari 700 tahun yang silam. [morsmal no] Kisah tersebut boleh jadi fiktif tapi hal itu bisa kita ambil hikmahnya bahwa sia-sia saja kalo kita berusaha dan beramal untuk pujian manusia karena kita akan capek menuruti omongan mereka yang tiada habisnya.

Selanjutnya agar kita kuat bersabar untuk menghadapi perilaku dan omongan jelek orang lain adalah kita beraktifitas hanya untuk mengharap rida Allah SWT. Suatu ketika, ada seseorang berkata kepada Syekh Aba Sa’id Hasan Al-Bashri: “Wahai Aba Sa’id, banyak orang yang datang ke majelis pengajianmu mereka itu tidak bertujuan (mencari ilmu) melainkan mencari-cari kesalahan pada perkataanmu dan hanya ingin merepotkanmu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan!” Syekh Hasan Al-Bashri menjawab:

هون على نفسك فإني حدثت نفسي بسكنى الجنان ومجاورة الرحمن فطمعت وما حدثت نفسي بالسلامة من الناس لأني قد علمت أن خالقهم ورازقهم ومحييهم ومميتهم لم يسلم منهم.

“Tenang saja! Karena aku telah memotivasi diriku dengan bertempat tinggal di surga dan bersanding dengan Ar-Rahman, sehingga diriku sangat menginginkannya. Dan aku tidak memotivasi diriku agar ia selamat dari (cacian) manusia karena aku tahu bahwa Sang Pencipta manusia, Pemberi rezeki, yang Menghidupkan dan Mematikan manusia, yakni Allah saja tidak selamat dari omongan jelek mereka.” [Ihya Ulumuddin]

Lebih dari itu, ketahuilah alvers bahwa tidak ada di dunia ini yang bisa selamat dari cacian orang lain. Jadi, tidak ada pilihan buat kita ketika sedang mendapatkan omongan jelek ataupun dicaci maki melainkan introspeksi lalu bersabar sebagaimana dilakukan oleh Abu bakar RA pada hadis utama di atas. Allah SWT berfirman:

وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْراً جَمِيلاً

“Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.” [QS Al-Muzzamil : 10]

Selanjutnya adalah mencukupkan diri dengan pembelaan malaikat kepada kita atas omongan jelek dan cacian orang lain. Dalam lanjutan hadis utama di atas disebutkan ketika orang yang mencaci itu menjadi-jadi dan bertambah caciannya kepada Abu Bakar maka Abu Bakar pun membalas dengan sebagian ucapannya. Melihat hal ini, Rasul SAW marah dan pergi meninggalkan Abu Bakar. Abu Bakar lalu mengejar Nabi SAW dan bertanya: “Ya Rasulallah ketika orang itu mencaciku (dan aku diam) Engkau duduk bersamaku. Tetapi ketika aku membalas sebagian caciannya maka Engkau marah dan meninggalkan aku, mengapa demikian?” Rasul SAW menjawab:

إِنَّهُ كَانَ مَعَكَ مَلَكٌ يَرُدُّ عَنْكَ ، فَلَمَّا رَدَدْتَ عَلَيْهِ بَعْضَ قَوْلِهِ ، وَقَعَ الشَّيْطَانُ ، فَلَمْ أَكُنْ لِأَقْعُدَ مَعَ الشَّيْطَانِ ” .

“Sesungguhnya (ketika Engaku dicaci dan Engkau bersabar) maka ada mailakat yang membalasnya untuk membelamu. Namun ketika engkau membalasnya maka datanglah setan dan aku tidak sudi duduk bersama setan.” [HR Ahmad]

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati untuk melakukan sesuatu hanya karena mengharap rida-Nya sehingga bisa tetap sabar di tengah cacian dan omongan jelek orang lain.

Salam Satu Hadits,

Dr. H. Fathul Bari Alvers

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK