Harlah Ke-43: Modernisasi dengan Videotron

Memodernisasi Harlah dengan Videotron

Lampu-lampu sorot mulai menyala menyinari panggung. Berbarengan dengannya muncullah video di panel layar. Hal ini membuat santri-santri ternganga kagum, ada juga yang berteriak-teriak. Di sisi lain ada yang menggerakkan tangannya untuk tepuk tangan. Bertempatkan di lapangan utama Pondok Pesantren An-Nur II Al-Murtadlo (Pesantren Wisata). Hari Jumat (26/8/2022).

Semenjak bakda isya santri-santri sudah beranjak menuju lapangan utama. Kepala kamar, para ustaz mengondisikan santri-santri untuk berangkat secepatnya. Semua berkumpul di lapangan utama untuk merayakan hari lahirnya Pondok Pesantren An-Nur II ke-43.

Panitia mengatur duduk santri-santri agar rapi. Duduk mereka menghadap utara. Di depan mereka berdirilah panggung dengan hiasan lampu sorot berwarna-warni. Di tengah-tengah penggung itu berdiri panel layar LED atau yang orang-orang Idonesia sebut Videotron. Panel layar inilah yang menjadi pemeriah panggung harlah kali ini.

Semenjak tiga minggu yang lalu, panitia-panitia mulai memikirkan konsep untuk harlah kali ini. Awalnya sama sekali tidak terpikirkan adanya Videotron dalam harlah kali ini. Akan tetapi mempertimbangkan agar acara bertambah meriah dan hidup, konsep ini semua menyetujuinya. Akhirnya di hari eksekusi, Videotron benar-benar terwujud di hadapan santri.

Videotron itu berhasil merebut perhatian santri-santri. Sehingga ketika Videotron mulai menyala dan menampilkan video-video para santri girang. Reaksi yang mereka tunjukkan berbeda-beda. Beberapa memberikan tepuk tangan. Di sisi lain mengeluarkan siulan dan yang lain hanya menunjukkan ekspresi bahagia.

“Yah, seneng banget mas.” Kata Fahrudin ini, santri yang berada di jenjang kelas tiga SMP. Semasa tiga tahun ia mondok, baru kali ini ia melihat pertunjukkan dengan memakai Videotron. Oleh karenanya, harlah kali ini-menurutnya-luar biasa.

Sebelumnya memang belum ada. Sesuai pengakuan Ustaz Rafif selaku ketua panitia harlah kali ini menyatakan harlah yang dulu-dulu hanya memakai spanduk saja. Ia mengatakan Videotron agar membuat perbedaan dengan harlah tempo lalu. Juga memang sekarang zaman modren. Maka, panitia juga melakukan modernisasi.

Memodernisasi harlah ini-berdasar akuan Ustaz Rafif-membuat santri lebih respect pada acara. Intinya membuat mereka tidak bosan dan terus mengikuti alur acara hingga selesai. Inilah yang menjadi tujuan para panitia, menarik perhatian santri-santri.

Videotron yang terpasang itu, menurut Ustaz Rafif tidak menimbulkan dampak negatif. Kecuali semisal cuaca hujan baru ada efek buruknya. Akan tetapi, malam itu cuaca cerah. Jadi, sesuatu hal yang tidak sesuai harapan tidak terjadi.

Berbicara tentang dampak, videotron ini membawa perubahan saat peresmian. Pada harlah yang sudah-sudah, runtutan peresmian adalah majunya pengasuh pondok, Dr. KH. Fathul Bari, S.S., M.Ag, yang kemudian membaca basmalah dan memukul gong. Kali ini berbeda dengan sebelumnya.

KH. Fathul Bari maju menuju panggung bersama seluruh jajaran zuriah laki-laki. Setelah itu, di videotron akan muncul handprint untuk beliau menyentuhnya. Sesaat setelah menyentuhnya musik menyala serta di langit kembang api bertaburan.

“Wah, kesannya fresh gitu.” Ucap Asyrof, santri kelas tiga SMA. Lantaran tiga tahun harlah memakai spanduk. Makanya, kali ini rasanya rasanya lebih segar. Perbedaan inilah-menurutnya-yang menyebabkan harlah kali ini bisa menjadi lebih menarik dan lebih mengguncang hati santri-santri.

(Ahmad Firman Ghani Maulana/Mediatech)