MALAM INI LAILATUL QADAR?

, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo


ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Mu’awiyah RA, Nabi SAW bersabda :


الْتَمِسُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ


Carilah malam laitul qadar itu pada malam ke dua puluh tujuh (ramadhan) [HR Thabrani].

Catatan Alvers

Malam ini kita akan masuk pada malam 27 Ramadhan, malam ganjil dalam rangkaian 10 hari terakhir bulan ramadhan dimana Rasul SAW memberikan teladan dan anjuran dalam memperbanyak ibadah guna mencari lailatul qadar. Diriwayatkan dari sayyidah Aisyah RA bahwa Rasul SAW ber-i’tikaf pada 10 hari terakhir dari bulan ramadhan dan Rasul SAW bersabda :


تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ


Carilah malam Lailatul qadar pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan. [HR Bukhari]

Lebih spesifik mengenai waktu lailatul qadar, diriwayatkan dari sayyidah Aisyah RA bahwa Rasul SAW bersabda :


تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ


Carilah malam Lailatul qadar pada malam ganjil dari sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan. [HR Bukhari]

Lebih spesifik lagi, diriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar RA bahwa Rasul SAW bersabda :


فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ


Barang siapa mencari lailatul qadar maka hendaklah ia mencarinya pada 7 hari terakhir (yakni mulai malam ke 23 dari bulan ramadhan). [HR Bukhari]

Maka menurut hadits ini, kemungkinan jatuhnya lailatul qadar itu mengerucut pada empat malam yaitu malam tanggal 23, 25, 27 dan 29. Dan hadits berikut lebih mengerucut lagi pada 3 malam yaitu hadits dimana ‘Ubadah Bin Shamit RA meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW keluar untuk menjelaskan tentang (waktu) Lailatul Qadar, lalu terdapat dua orang (Abdullah bin Abi Hadrad dan Ka’b bin Malik) dari kaum muslimin bertikai. Maka Nabi bersabda:


إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ وَإِنَّهُ تَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ الْتَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالْخَمْسِ


Aku keluar untuk menjelaskan (waktu) Lailatul Qadar kepada kalian, namun fulan dan fulan bertengkar (karena masing-masing mengaku dialah yang benar) sehingga akhirnya diangkatlah lailatul qadar (dari ingatan beliau), dan semoga hal ini akan menjadi lebih baik buat kalian (karena akan lebih banyak qiyamul lalilnya), maka carilah lailatul qadar itu pada tujuh, sembilan, dan lima. [HR Bukhari]

Sabda Nabi SAW “tujuh, sembilan, dan lima” masudnya dari 10 malam terakhir ramadhan, yakni 27, 29, 25. Atau ada juga pendapat yang mengatakan 7 hari, 9 hari, 5 hari yang tersisa dari ramadhan dan pendapat ke dua ini menurut penulis akan menimbulkan ambigu karena jumlah bulan ramadhan bisa 30 hari atau 29 hari sehingga terdapat dua kemungkinan yaitu antara malam 23 atau 24, 21 atau 22, 25 atau 26. Dan angka-angka di atas disebutkan secara berurutan sebagaimana disebutkan pula dalam sebagian besar riwayat hadits. Maka Imam Ibnu Hajar berkata :


فَفِيْهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ رَجَاءَهَا فِي السَّبْعِ أَقْوَى لِلْإِهْتِمَامِ بِتَقْدِيْمِهِ


Hal itu mengisyaratkan bahwa harapan lailatul qadar jatuh pada malam 7 (malam 27 ramadhan) adalah lebih kuat karena beliau menyebutkannya terlebih dahulu dimana hal itu menunjukkan hal yang lebih penting. [Fathul Bari]

Dan ternyata banyak hadits yang menguatkan bahwa malam 27 sebagai lailatul qadar diantaranya adalah hadits utama di atas dan hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar RA, yang mana Rasul SAW bersabda :


مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ


Barang siapa mencari lailatul qadar maka hendaklah ia mencarinya pada malam 27. [HR Ahmad]

Sehingga Ubay bin Ka’ab RA beri bersumpah, ia berkata :


وَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِى هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ


Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui kapan terjadinya lailatul qadar. Dan sepengetahuanku bahwa lailatul qadar itu adalah malam yang mana Rasulullah SAW memerintahkan untuk qiyamullail pada malam tersebut, yaitu malam ke-27. [HR Muslim]

Itulah mengapa Rasul SAW memerintahkan agar para sahabat mendirikannya dan beribadah lebih lama pada malam 27 Ramadhan dibanding dengan malam-malam lainnya sampai-sampai beliau beribadah hingga menjelang waktu subuh. Nu’man bin Basyir berpidato di atas mimbar, daerah Himsha (nama kota di Syam atau Suriah) ia berkata : Kami mendirikan malam (dengan beribadah ) di bulan Ramadhan bersama Rasulullah SAW pada malam ke-23 hingga sepertiga malam pertama, kemudian kami mendirikan malam lagi bersama beliau pada malam ke-25, hingga pertengahan malam,


ثُمَّ قُمْنَا مَعَهُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنْ لَا نُدْرِكَ الْفَلَاحَ وَكَانُوا يُسَمُّونَهُ السُّحُورَ


kemudian kami mendirikan malam lagi dengan beribadah bersama beliau pada malam ke-27 (hingga akhir malam) sampai-sampai kami menyangka tidak bisa menemui “al-Falah” (waktu makan sahur). Mereka (para sahabat) menyebut waktu makan sahur dengan sebutan “al-Falah”. [HR An-Nasa’i]

Rasul SAW juga memberikan “bocoran” tersebut kepada orang yang lemah fisik sekiranya berat untuk menghidupkan 10 malam terakhir bulan ramadhan. Beliau menyatakan kepadanya bahwa malam 27 adalah malam lailatul qadar. Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas RA, Ada seorang lelaki mendatangi Rasulullah dan berkata: “Wahai Nabi Allah, aku adalah orang yang sudah tua renta yang sakit-sakitan, sulit bagiku untuk berdiri, maka perintahkan kepadaku dengan satu malam semoga Allah menetapkanku bertemu dengan malam lailatul qadar.” Beliaupun bersabda:


عَلَيْكَ بِالسَّابِعَةِ


Beribadahlah pada malam ke-tujuh (dari 10 terakhir bulan ramadhan yakni malam 27).” [HR Ahmad]

Untuk orang yang sehat fisiknya maka hendaklah terus memperbanyak ibadah dengan istiqamah sepanjang bulan ramadhan sebagaimana dicontohkan oleh Rasul SAW dan para sahabat beliau. Diriwayatkan dari Zirr RA, Ada seseorang bertanya kepada Ubay Bin Ka’bin RA mengenai pendapatnya tentang perkataan Abdullah Bin Mas’ud RA mengenai lailatul qadar dimana Abdullah Bin Mas’ud RA berkata:


مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْهَا


Barangsiapa yang menghidupkan malam setahun penuh, pasti dia akan memperoleh malam lailatul qadar.
Maka Ubay Bin Ka’b RA menjawab :


رَحِمَ اللَّهُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَقَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ فِي لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ، وَلَكِنْ أَحَبَّ أَنْ لا يَتَّكِلُوا


Semoga Allah merahmati Aba Abdir rahman (Abdullah bin Mas’ud), Sesungguhnya dia mengetahui bahwa malam lailatu qadar itu terdapat pada bulan ramadhan yaitu pada malam 27 hanya saja beliau tidak suka manusia itu akan bergantungan dengannya. [HR Thabrani]

Dan hadits yang diriwayatkan dari Zirr RA ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim dengan berbeda redaksi namun sama maknanya dan dengan tambahan :


وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا


Dan tanda lailatul qadar adalah matahari muncul pada pagi harinya berwarna putih (terang) namun tidak ada (terlihat) pancaran sinarnya . [HR Muslim]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati untuk bersemangat dalam beribadah sepanjang 10 malam terakhir ini guna mencari lailatul Qadar terutama malam ini. Semoga kita mendapatkan keutamaan pahala ibadah 1000 bulan.

Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.
Hak cipta berupa karya ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Dilarang mengubahnya tanpa izin tertulis. Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Alhaddad]

Photo source : pexels.com

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK