Harlah sudah dekat ya? Bakal ada penampilan apa nanti?
Setiap ciptaan Allah pasti mengalami: lahir, ada, dan mati. Baik bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Bahkan makhluk yang tidak bernapas pun akan mengalami fase yang sama. Hanya istilahnya yang berbeda: tercipta, ada, dan binasa.
Tak terkecuali bagi sebuah lembaga atau instansi. Salah satunya adalah Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo” yang akan merayakan Harlah ke-43 pada Jumat (26-8-2022) esok. Sudah tentu acara itu akan meriah dan semarak. Apalagi ketika mendengar desas-desus kalau Harlah tahun ini akan menggunakan videotron sebagai salah satu alat penampilannya.
Akan tetapi, sebelum itu semua, mari kita merenung sejenak. Apa sih yang sebenarnya terjadi pada saat Harlah? Apa tujuan pengadaan Harlah? Apa itu semua tercipta hanya untuk menghabiskan uang pondok dan para donatur?
Tentu saja semua itu bisa terjawab ketika bisa memahami apa konsep dari harlah itu sendiri. Seperti makhluk Allah yang lain, kelahiran adalah salah satu fase terpenting. Tanpanya, makhluk itu tidak akan pernah ada dan hadir ke dunia. Kelahiran adalah proses dari ketiadaan menjadi ada.
Karena fase ini begitu penting, kebanyakan manusia akan menjadikannya sebagai acuan penting dalam hidupnya. Ketika manusia terpuruk, ia akan melihat kelahirannya sebagai garis di mana ia memulainya. Begitupun saat ia berada di puncak kejayaan.
Sehingga, mereka akan merasa, “Ah, aku masih belum ada apa-apanya.” Mereka akan berkata, “Masih kurang. Aku ingin lebih.” Mereka beranggapan bahwa kelahiran itu adalah titik awal ia memulai segalanya. Serta menjadi titik balik ketika ia sudah mencapai suatu prestasi.
Lebih jelasnya, manusia akan merayakan hari lahir sebagai titik akhir dan permulaan kehidupan baginya. Ia akan kembali bersemangat. Ia akan kembali ingat pencapaian yang harus ia raih. Ia menyadari, apa yang semua ia lakukan selama ini masih jauh dari apa yang ia inginkan.
Itulah maksud dari spirit membangun kembali. Semangat untuk melakukan introspeksi diri. Meninjau kembali, apa yang telah tercapai dan yang belum tergapai. Lalu, dengan semangat baru, melanjutkan kembali langkah yang sebelumnya sempat terhenti.
Itulah Harlah. Itulah spirit membangun kembali.
(Nabil Abdullah Alghifari/STIKK)
Leave a Reply