KHUTBAH GERHANA RASUL SAW

khutbah, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari ‘Aisyah RA, Nabi SAW bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari No.986 MS)

Catatan Alvers

Hadits diatas adalah potongan hadits panjang mengenai sholat kusuf. Sebagaimana keterangan sayyidah Aisyah RA, Ketika terjadi gerhana matahari beliau saw mengimami sholat kusuf berjamaah. Setelah beliau merampungkan sholat dengan salam saat itu matahari telah nampak jelas (sempurna) kemudian beliau berkhotbah dengan memuji dan menyanjung Allah swt, lalu beliau menyebutkan sabdanya di atas dan selanjutnya bersabda:

” يَا أمةَ مُحمَّد ” : والله مَا مِنْ أحَد أغيَر مِنَ الله سُبْحَانَهُ من أن يَزْنَي عَبْدُهُ أوْ تَزني أمَتُهُ. يَا أمةَ مُحَمد، وَالله لو تَعْلمُونَ مَا أعلم لضَحكْتُمْ قَليلاً وَلَبَكَيتم كثِيراً “.

“Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba sahayanya baik laki-laki maupun perempuan berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari)

Dalam kitab Fathul Bari disebutkan beberapa catatan dari hadits tersebut:

a. Selesainya fenomena gerhana yang ditandai dengan kembalinya bentuk matahari yang sempurna tidak menggugurkan kesunnahan melaksanakan khutbah. Hal ini berbeda dengan pelaksanaa sholatnya, selesainya gerhana menggugurkan kesunnahan melaksanakan sholat gerhana.

b. Relevansi. Tatkala beliau menyeru kaum muslimin untuk menola’ balak dengan dzikir, doa, sholat dan sedekah maka selanjutnya beliau menyeru umatnya untuk menjauhi maksiat yang mana maksiat itu adalah penyebab datangnya bala’.

c. Masalah zina disebutkan secara khusus dalam khutbah beliau karena zina termasuk bagian maksiat terbesar.

d. Sabda “Wahai Ummat Muhammad” adalah bentuk kasih sayang beliau dalam menasehati ummatnya layaknya seorang bapak yang penuh kasih sayang menasehati anaknya dengan berkata “wahai anakku” kendati disini Rasul saw tidak mengatakan “wahai ummatku”. Hal ini dikarenakan perkataan “wahai ummatku” mengandung unsur memuliakan sedangkan khutbah yang beliau sampaikan adalah peringatan untuk menjauhi maksiat dan Rasul saw tidak akan memuliakan seseorangpun dalam urusan maksiat. Sebut contoh sabda beliau “Wahai Fatimah putri Muhammad, mintalah kepadaku harta yang engkau inginkan namun aku tidak mampu menolongmu sedikitpun dari (murka) Allah (jika kau bermaksiat kepadaNya). ” beliau saat itu tidak mengatakan “ wahai fatimah putriku” dikarenakan saat itu beliau memberikan peringatan (indzar) kepada keluarga .

Khutbah Kusuf

Sebagai catatan tambahan, dalam Kitab I’anatu Thalibin, Al-Jamal, Nihayatul Muhtaj dll. disebutkan : Sudah dimaklumi bahwa khutbah kusuf ini dilakukan tanpa membaca takbir seperti sholat ‘idayn namun dihukumi baik (hasan) jika diganti dengan bacaan istighfar karena memiliki korelasi yang kuat dengan tema utama khutbah yang akan disampaikan. Wallahu A’lam. Semoga dengan fenomena gerhana ini kita tersadar bahwa di dunia ini tidak ada yang terlepas dari hukum Allah dalam mengatur alam semesta sehingga kita lebih banyak untuk memohon petunjuk-Nya.

 

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK