annur2.net – Sudah tidak asing lagi kita dengan ungkapan basmalah. Kata basmalah adalah singkatan dari bismillahirrahmanirrahim. Begitu juga dengan kalimat tayyibah lainnya, seperti hamdalah, tahlil, dan hauqalah.
Basmalah adalah firman Allah yang paling dalam kandungan maknanya. Kandungan makna dari suhuf-suhuf yang Allah berikan kepada para rasul terdahulu terkandung dalam Al-Qur’an. Inti sari makna Al-Qur’an terkumpul dalam Al-Fatihah, sebab ini sebutan lainnya adalah Ummul Quran. Sedangkan seluruh makna Al-Fatihah termuat dalam kalimat Bismillahirrahmanirrahim, sebagaimana penjelasan dalam kitab I’anah At-Thalibin.
Saking begitu dalamnya makna basmalah sehingga banyak sekali keutamaan membacanya. Nabi Muhammad dalam sabdanya menerangkan setiap perkara baik yang diawali tanpa basmalah membuat perkara itu terpotong, tidak sempurna. Hewan tanpa kaki atau tangan kita anggap cacat, begitu juga amal baik tanpa basmalah.
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللَّهِ فَهُوَ أَ قْطَع
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillah maka amalan tersebut terputus.” (HR. Ibnu Majah)
Saat kita akan masuk rumah atau makan usahakan membaca basmalah dahulu. Membaca basmalah membuat setan tidak bisa nimbrung makan dan menginap di rumah kita. Tapi ketika lupa membacanya setan akan berkata, “Hahaha, kalau ini bisa menginap dan ikut makan.” Jangan heran jika sudah makan masih lapar, di rumah rasanya tidak nyaman mungkin karena kita lupa membaca basmalah sebelumnya.
Suatu ketika Nabi tergelincir dari unta yang ia kendarai bersama seorang sahabat. Sontak sahabat tersebut mencaci-maki setan, “Celaka setan, celaka setan!” Nabi menegurnya sembari berkata, “Janganlah kau berucap seperti itu, karena ucapan tersebut membuat setan semakin besar, tapi jika membaca basmalah setan akan mengecil hingga seperti lalat.”
Kisah tadi memaparkan kekuatan dari basmalah. Alangkah bahagianya setan saat manusia saling mencela, mencemooh, dan berkata jorok, sebab itu membuatnya semakin besar. Beda halnya saat kita membaca basmalah setan akan semakin tidak berdaya.
Menemukan Barang dengan Basmalah
Mungkin sudah kesekian kalinya kalian lupa menaruh kunci kendaraan atau tempat kalian menaruh sebuah barang. Atau mungkin kalian sering kehilangan barang. Penyebabnya kalian tidak pernah membaca basmalah dan niat menaruh barang di tempat itu. Coba mulai sekarang biasakan setiap menaruh barang melafalkan basmalah dan niat menaruhnya. Insyaallah barang aman dan kalian akan ingat tempat menaruhnya.
Di suatu rumah hidup lah sepasang suami istri. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang, istri yang begitu solehah sedangkan sang suami buruk perangainya. Segala pekerjaan rumah dikerjakan dengan sangat baik oleh istri. Anehnya sang suami sangat ingin memarahinya tapi tidak ada alasan untuk itu, hingga niat jelek muncul di benaknya.
Mula-mula ia menitipkan dompetnya pada istrinya. Ia mengingatkan jika dompetnya hilang akan memarahinya. Istrinya hanya mengangguk kemudian menyimpan dompet itu di lemari, tak lupa membaca basmalah sembari menaruhnya dan mengunci lemari. Setelah istrinya pergi ke pasar, sang suami membuka lemari itu dengan kunci serep dan mengambil dompetnya. Dompetnya ia lempar ke sumur supaya bisa memarahi istrinya dengan leluasa.
Tak lama istrinya sudah kembali ke rumah. Sang suami dengan bahagia meminta dompetnya. Langsung saja istrinya mengambil dompet itu di lemari kemudian memberikannya. sungguh mengejutkan, dompetnya masih ada di lemari, padahal ia ingat betul sudah melemparnya ke sumur. Usut punya usut ternyata ada malaikat yang mengambilnya dari sumur kemudian menaruhnya dalam lemari.
Suaminya bertanya karena heran kepada istrinya dan menceritakan apa yang telah ia perbuat. Istrinya menjawab bahwa setiap menaruh barang selalu membaca basmalah. Sejak itu sang suami tidak ingin lagi mengganggu istrinya.
Perdebatan Lirih dan Kerasnya Basmalah dalam Salat
Di balik agungnya keutamaan basmalah, menyimpan perdebatan sengit di kalangan ulama. Sebagian dari mereka menganggap pembacaan basmalah dalam salat harus keras. Golongan lainnya mengharuskan pembacaannya secara lirih. Ada juga yang membenarkan semuanya, terserah mau keras atau pelan. Mengetahui perselisihan seperti ini bukan untuk senggol-senggolan melainkan sebagai kebijaksanaan.
Sumber hukum para ulama pastinya adalah Al-Qur’an dan hadis. Selain kedua itu penggalian hukum juga boleh dari tingkah laku para sahabat. Perselisihan ini terjadi sebab perbedaan hadis yang mereka ambil saja.
Pendapat pertama berlandasan dengan hadis riwayat Bukhari nomor 743 yang menceritakan Rasulullah, Abu Bakar dan Utsman membaca lirih basmalah kemudian mengeraskan Al-Fatihah ayat dua. Hadisnya sebagai berikut,
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: ” أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الصَّلَاةَ بِ {الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ} [الفاتحة: ٢] ”
“Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar serta ‘Umar, mereka memulai shalat dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil a’lamin’.” (Muttafaqun ‘alaih)
Sedangkan pendapat kedua mengambil hukum dari cara salat Abu Hurairah. Paradigma pengambilan hukum tidak boleh dari sahabat itu salah besar. Para sahabat adalah orang yang sangat lurus dan selaras dengan Nabi Muhammad. Tidak mungkin ibadah mereka melenceng dari Rasulullah. Abu Hurairah mengeraskan basmalah karena mungkin sesekali Rasulullah mengeraskannya pula.
وَعَنْ نُعَيْمٍ المُجْمِرِ رَحِمَهُ اللهُ قَالَ: (صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ: {{بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيمِ *}} [الفاتحة: 1] . ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ، حَتَّى إذَا بَلَغَ: {{وَلاَ الضَّالِّينَ}} [الفاتحة: 7] قالَ: (آمِيْن) وَيَقُولُ كُلَّمَا سَجَدَ، وإذَا قَامَ مِنَ الجُلُوسِ: اللهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ يَقولُ إذَا سَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إنِّي لأشْبَهُكُمْ صَلاَةً بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)، رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْنُ خُزَيْمَةَ.
Dari Nu’aim Al-Mujmir rahimahullah, ia berkata, “Aku pernah salat di belakang Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Beliau membaca basmalah kemudian membaca Al-Fatihah sampai pada kalimat ‘waladh dhalliin’, beliau membaca ‘aamiin’. Setiap sujud dan ketika bangun dari duduk selalu membaca ‘Allahu Akbar’. Setelah salam, beliau mengatakan, ‘Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh aku adalah orang yang paling mirip shalatnya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah).
(Ahmad Basunjaya I.K.F/Mediatech An-Nur II)
Leave a Reply