annur2.net – KH. Anwar Nur seorang ulama karismatik tanah Jawa asal Probolinggo dan pendiri Pesantren An-Nur di Bululawang, Malang. Beliau terlahir dari pasangan suami istri Kiai Nur dengan Nyai Siti Suyati. Pesantren An-Nur menjadi tempat para santri menimba ilmu, sekaligus tempat tinggalnya hingga akhir hayatnya.
Di samping itu, Kiai Anwar Nur adalah pewaris Nabi, yang sempurna mengimplementasikan ajaran Nabi. Beliau sangat cocok menjadi teladan umat Islam di era kali ini. Pendiri Pondok Pesantren An-Nur terkenal sebagai seseorang yang peduli terhadap sesama dan konsisten dalam mengamalkan ajaran Islam.
Sifat Teladan Kiai Anwar Nur, Menjadikannya Sosok Pewaris Nabi Sesungguhnya
Penyayang
Meski bermukim di Bululawang, Kiai Anwar Nur sering bersilaturahmi ke sanak saudara yang ada di Probolinggo. Saat di sana, beliau tidak melewatkan satu pun saudara. Bahkan selalu memberi uang ke anak kecil. Ini menjadi bukti nyata kasih sayang Kiai. “Kiai Anwar itu suka ke family-family.” Ungkap Gus Fahrur Rozi.
Selain itu, KH. Anwar Nur sering berziarah ke makam wali dan para masyayikh. Setiap minggu beliau berkunjung ke kiai-kiai. Seperti Kiai Abdul Hamid Pasuruan, Kiai Makhrus Ali dan sebagainya. “Sering silaturahmi kepada masayikh-masayikh, kiai-kiai itu. Saya pernah diajak kok!” Jelas Drs. Ahmad Thowaf S. Ag. santri Kiai Anwar.
Peduli
Apalagi selama menjadi pengasuh di Pesantren An-Nur Bululawang, beliau sangat memperhatikan salat jamaah para santri. Kiai Anwar Nur selalu menggiring santri untuk jamaah. Beliau tidak akan memulai jamaah, jika ada santri yang belum datang.
Selain itu, kepedulian Kiai Anwar juga tercermin ke warga sekitar Pondok Pesantren An-Nur. Cara beliau berbeda dengan kiai yang lain. Beliau turun kepada masyarakat yang membutuhkan, misal ada kematian, sakit, undangan, dan masih banyak lagi. Kiai Anwar tidak pernah membeda-bedakan orang. Meskipun tidak kenal, bahkan beda agama beliau tetap berbaur dengan mereka.
Kemudian, bukti lain kepedulian Kiai Anwar Nur adalah selalu menerima tamu di kediamannya. Kebanyakan masyarakat datang untuk meminta bayu suwukan (air doa) untuk obat penyakit. Beliau tidak pernah menolak satu pun tamu yang datang, meski tamu tersebut datang tengah malam. “Mbah yai Anwar itu gak pernah nolak tamu. Tamunya Mbah yai Anwar dulu banyak! Jelas Gus Fahrur.
Disiplin (istikamah)
Bahkan Kiai Anwar terkenal dengan amalan sehari-harinya. Beliau tidak pernah terlepas dengan salat jamaah, Al-Qur’an, dan selawat. Beliau selalu salat jamaah dalam keadaan apa pun, seperti; sakit dan bepergian. Jika beliau belum jamaah, Kiai Anwar pasti mengajak salah satu santri untuk salat jamaah bersamanya. “Sampai akhir hayatnya, sampai beliau salat sambil duduk masih salat berjamaah,” terang Gus Fahrur Rozi ke tim ekspedisi Mediatech An-Nur II.
Selain itu, beliau tidak pernah terlepas untuk membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an. Kiai Anwar sering membaca Al-Qur’an di depan kediamannya sesudah isya, sekalian menjaga kegiatan belajar santri-santri. Setelah amalan membaca Al-Qur’an, Kiai Anwar juga sering mengamalkan membaca selawat di setiap hari.
Bahkan ada Kisah yang menunjukkan sifat disiplin Kiai Anwar. Saat beliau diundang oleh masyarakat pasti datang tepat waktu, ini menjadi bukti nyata kedisiplinan Kiai Anwar.
Bijaksana
Kisah selanjutnya dari dalam Pondok Pesantren An-Nur. Kiai Anwar melarang santri-santrinya berambut gondrong dan memakai celana komprang. Oleh karena itu, kiai lebih suka jika santrinya menggunakan baju polos, tidak bercorak. Untuk menandakan kebersihan isi hati seseorang, sekaligus mengamalkan sunah Nabi Muhammad. “Mbah Yai Anwar itu gak mau mau baju, selain baju polos.” Ucap Gus Fahrur.
Jika Kiai Anwar Nur menemukan santri yang melanggar, beliau menegur santri dengan cara selain marah-marah. Beliau menegur tanpa menyinggung hati santri, “Kok sae nggih niki! (Kok bagus ya ini!).” Ucap Kiai Anwar ke santri yang memakai celana komprang.
Zuhud
Di sisi lain, Kiai Anwar Nur sangat anti terhadap hal duniawi. Beliau merupakan ulama yang benar-benar menjadi pewaris para Nabi. Sebab dapat menggenggam dunia tanpa memasukkan ke dalam hati.
Selain itu, Kiai Anwar tidak membeda-bedakan uang. Apa pun warna dan berapa pun total uang yang digenggam, pasti disedekahkan. Selain itu beliau juga tidak pernah makan di warung dan makan makanan pasar. “Mbah Kiai Anwar itu tidak pernah pergi ke warung. Jadi mesti itu mbontot (membawa bekal).” Imbuh Gus Fahrur Rozi.
Sehingga jika Kiai Anwar bepergian, selalu membawa bekal. Ketika bersama Kiai Badruddin, Kiai Qusyairi, dan Gus Fahrur Rozi ziarah ke Madura, Batu Ampar. Mereka membawa bekal dari rumah. Pada hari kedua mereka kehabisan bekal dan terpaksa pergi makan ke warung. Tetapi Kiai Anwar memilih untuk tetap berada di kendaraan, tidak turun untuk makan di warung.
Imbalan KH. Anwar Nur dapat menyingkirkan hal duniawi dan kesungguhannya dalam beribadah, Allah membukakan mata hatinya. Beliau pendiri Pesantren An-Nur pernah mengutus santrinya yakni Al-Maghfurlah KH. Hasyim Muzadi untuk mencalonkan diri menjadi DPR. Berkat berkah Kiai Anwar, Kiai Hasyim Muzadi terpilih menjadi DPR. Ini bukti nyata bahwa Kiai Anwar bisa melihat kejadian ke depannya. “Santri ojok dadi yai kabeh.”Dawuh Kiai Anwar.
Dengan ini KH. Anwar Nur sudah memberikan berbagai pelajaran bagi kita. Sifat dan perilaku beliau patut kita contoh untuk menjadi muslim yang baik, dapat mengamalkan ilmu. Keteladanan Kiai Anwar sangat relevan pada zaman sekarang. Dengan contoh yang ada, kita harus menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi muslim yang lebih baik.
(ABU RAIHAN EFENDI/MEDIATECH ANNUR II)
Leave a Reply