Ketangguhan dan Keberanian Nabi Muhammad SAW

Ketangguhan dan Keberanian Nabi Muhammad SAW

annur2.net – Rembulan penuh kemilau menyinari malam Isra Mikraj yang penuh berkah. Marilah kita menelaah dan menelusuri kepribadian Nabi Muhammad SAW, lebih dekat. Upaya mengetahui kepribadian kekasih Allah adalah hal yang perlu untuk diketahui, sebab ada sesuatu keistimewaan yang pastinya bisa menghasilkan berkah kepada diri kita sendiri

Saat acara Pengajian Malam Isra Mikraj, Selasa, 27 Januari 2025,  lima asatiz sedang mengkaji kitab As-Syifa bi Ta’rifi Huquqi Al-Musthafa karangan Abi Fadhal ‘Iyadh Al-Yashibi. Kitab ini berisi hadis yang menerangkan tentang sifat keberanian dan kegagahan Nabi Muhammad SAW. 

Tujuan pengarang kitab ini ingin menumbuhkan semangat kepribadian yang terpuji, sebagaimana Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Keberanian yang senantiasa berlandaskan nilai-nilai kebaikan dan kemaslahatan.

Adapun sifat-sifat Rasulullah dalam menyiarkan dan membela agama Islam, yakni memiliki sifat Syaja’ah (keberanian). Ketika sedang berperang menghadap kaum kafir Quraisy, Nabi Muhammad SAW., percaya akan melawan musuh dengan adanya sifat Syaja’ah. Sifat ini muncul dari kekuatan amarah yang meluap (quwwah al-ghadab), tetapi kekuatan tersebut masih terkontrol dan terarah oleh akal.

Begitu pula dengan sifat Najdah (Kegagahan), sifat yang meyakinkan diri (tsiqoh an-nafsi) saat menghadapi kematian dengan penuh ketenangan, memuji tindakannya tanpa rasa takut. Dengan kata lain keberanian adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi dengan kebijaksanaan, sedangkan keperkasaan atau kegagahan adalah keteguhan hati dalam keadaan genting, tanpa goyah oleh rasa takut asalkan tindakan tersebut memiliki tindakan mulia.

Nabi Muhammad SAW., memiliki kedudukan dalam keberanian dan kegagahan yang tak dapat diingkari. Tidak jarang dalam keadaan sulit dan genting para pemberani dan pahlawan meninggalkan Nabi dalam peperangan. Namun beliau tetap teguh di tempatnya, tidak berpaling, tidak bergerak, dan tidak bergeser. Setiap pemberani yang lain pasti tercatat pernah melarikan diri atau mengalami kekalahan di suatu waktu, kecuali beliau SAW.

Kesaksian Para Sahabat di Lembah Hunain

Lembah Hunain adalah tempat terjadinya perang Hunain antara suku Tsaqif dan Hawazin ketika memerangi kaum Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Terjadinya peperangan ini sebab mereka merasa terancam dengan kekuatan muslim yang semakin kuat seusainya “Fathu Mekkah” atau penaklukkan kota Mekkah oleh kaum Muslim. 

Di sela peperangan, dari Al-Bara’ menjelaskan, “Sungguh, Aku melihat Rasulullah SAW., berada di atas baghal putihnya, sementara Abu Sufyan memegang tali kekangnya. Nabi berseru: “Aku adalah Nabi, tanpa dusta!” Maksud dari kata ‘tanpa dusta’ yakni bukan kebohongan belaka, dan bukti kebenarannya Rasulullah adalah utusannya Allah SWT. Diriwayatkan pula dari yang lain bahwa beluau SAW., menambahkan “Aku adalah putra Abdul Muthalib”

Para sahabat menyaksikan dalam peperangan, Nabi sangat berani dan tangguh ketika melawan musuhnya. Ada salah satu pasukan mengatakan, “Tidak ada satupun yang terlihat lebih gagah dan berani pada hari itu daripada beliau SAW.” 

Dalam riwayat yang disebutkan oleh Muslim, dari Abbas radliyallahu anhu, berkata: “Ketika kaum Muslimin dan kaum kafir bertemu di medan pertempuran, kaum Muslimin berbalik mundur. Sedangkan Rasulullah mulai memacu baghal-nya menuju arah orang-orang kafir. Sementara aku memegangi tali kekangnya untuk menahannya agar tidak terlalu cepat.” Kemudian Rasulullah berseru, “Wahai kaum Muslimin…!” (hingga akhir hadis)

Riwayat tersebut menjelaskan keberanian luar biasa Rasullulah SAW., dalam menghadapi musuh. Ketika para sahabat panik dan mundur, justru beliau maju ke arah musuh dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati.

Tidak ada satu pun yang mampu menghadapi  amarah Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah marah kepada para sahabatnya kecuali karena Allah. Kemarahan Rasulullah SAW bukanlah kemarahan yang didorong oleh hawa nafsu, melainkan murni karena membela kebenaran dan keadilan demi Allah.

Kemarahan beliau adalah ekspresi dari ketegasan dan komitmen terhadap prinsip-prinsip agama, sehingga menjadi kekuatan yang tak tertandingi dan tidak ada yang mampu menghalanginya. Hal ini juga menunjukkan kesempurnaan akhlak beliau dalam mengendalikan emosinya hanya untuk tujuan yang mulia

Keheroikan Nabi yang Sangat Tajam

Ketika Ubay bin Khalaf melihat Rasulullah SAW pada hari Perang Uhud, ia berkata: “Di mana Muhammad? Aku tidak akan selamat jika dia selamat!” 

Dahulu, ketika ia menebus dirinya pada Perang Badar, ia pernah berkata kepada Nabi Muhammad SAW., “Aku memiliki seekor kuda yang setiap harinya aku beri makan satu takaran gandum, dan aku akan membunuhmu dengan menungganginya”.

Maka Nabi Muhammad SAW., menjawab, “Aku yang akan membunuhmu, Insya Allah.” Ketika Ubay melihat Rasulullah, saat Perang Uhud, ia menyerang dengan kudanya langsung ke arah Nabi Muhammad. Beberapa sahabat dari kaum Muslimin mencoba mengahalanginya, tetapi beliau berkata, “Biarkan Dia mendekat!”

Lalu Nabi Muhammad SAW., mengambil tombak kecil dari Harits bin As-Shimmah. Ketika beliau menggenggam dan menggoyangkan tombak itu, orang-orang di sekitarnya langsung menjauh cepat, seperti halnya bulu-bulu halus yang bertebangan dari tubuh unta saat mengibaskannya dengan kuat.

Kemudian Nabi Muhammad menghadapi Ubay dan menusuk lehernya dengan satu tusukan, yang membuatnya terjatuh terpontang-panting dari kudanya. Ada yang mengatakan bahwa beliau mematahkan salah satu tulang rusuknya. Ubay pun kembali ke pihak Quraisy sambil berkata, “Muhammad telah membunuhku!”

Namun mereka berkata kepadanya, “Kamu baik-baik saja.” Ia menjawab, “Jika yang aku alami ini menimpa semua orang, mereka pasti akan mati. Bukankah dia pernah berkata, ‘Aku akan membunuhmu’? Demi Allah, jika dia meludah ke arahku saja, aku pasti akan mati.” Akhirnya, ia meninggal di sekitar Sharaf dalam keadaan pulang menuju Makkah.

Demikian sifat keberanian dan kegagahan beliau juga menjadi suri teladan bagi umat Islam. Keteguhan hati dalam menghadapi ujian, kemampuan mengendalikan emosi dengan bijak, serta ketulusan dalam memperjuangkan kebaikan adalah nilai-nilai yang harus dicontoh dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah SAW., adalah sosok pemimpin yang tidak hanya berani, tetapi juga memiliki akhlak yang sempurna dalam setiap tindakannya.

(Kausar/Mediatech An-Nur II)