Kesabaran, Senjata Andalan Pemenang Pertempuran

kesabaran, Kesabaran, Senjata Andalan Pemenang Pertempuran, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

(Tafsir Surah Al-Anfal 64-66)

“(64) Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu. (65) Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (66) Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.

***

Banyak kisah-kisah sejarah yang diceritakan dalam Al-Quran, tak terkecuali mengenai kisah yang berurusan dengan pertikaian bersama bagian terburuknya, pertumpahan darah.

Pada awal pendirian Islam, permasalahan yang menyerang kedaulatan Islam tak hadir sekali-dua kali, tapi kemelut dari perkembangan agama itu datang berkali-kali. Terlebih, bobot problematika tersebut sangat jarang berada pada level yang dibilang enteng dan remeh-temeh—nyaris tak pernah.

Mulai dari caci-maki, ancaman fisik sampai peperangan. Rasanya, umat muslim kala itu terlampau kenyang menghadapi rintangan-rintangan sulit di lingkungan dengan mayoritas penduduk yang menentang keberadaan mereka tersebut.  

Hampir tak ada sekelebat perkara mudah yang hadir dalam perang. Keringat, air mata, darah, trauma dan pelbagai masalah lainnya akan secara otomatis muncul satu per satu selama pertempuran, bahkan sesudahnya—hingga berselang lama.

Tak heran, dengan tekanan yang menimpa selama jalannya pertempuran, “kesabaran” adalah salah satu kunci utama menggapai kemenanangan. Kubu siapa yang memiliki kesabaran lebih tinggi dalam pertempuran, secara tak langsung potensi kemenagan akan berpihak kepadanya.

Allah SWT berfirman kepada Rasulullah dalam salah satu ayat-Nya (Al-Anfal: 64) dan mengingatkannya. Semuanya semata agar beliau senantiasa tetap tabah dan dapat terus membakar semangat kaum mukmin menghadapi peperangan melawan segerombolan kaum kafir.

Sang Mahakuasa pun lebih dari cukup (menjadi pelindung), terlebih dengan tambahan orang-orang mukmin yang senantiasa setia mengikuti jalan Rasulullah: itulah indikator utama dari kandungan ayat yang dimaksud.

Dalam sejarah bangsa Arabia, pasukan muslimin kerap diindikasi sebagai pasukan yang tak takut mati, bahkan mereka mengaku senang jika kematian dalam perang jatuh menimpa mereka. Sebab dalam benak hati kaum muslimin, inilah bonus perjuangan mereka, predikat “syahid”.

Berbeda dengan kaum kafir jahiliah sewaktu dulu. Karena kurangnya rasa percaya yang memikat atas predikat “kesyahidan”, mereka selalu diselimuti rasa takut yang terus merundung tanpa henti.

 Sehingga dalam benaknya, kaum kafir acapkali berpikir, masih perlukah memperjuangkan apa yang mereka bela di saat-saat antara hidup dan mati tersebut? Inilah kondisi yang membedakan antara kedua kubu tadi.

Berbekal kesabaran dan segala persiapan, Allah SWT meyakinkan kepada kaum muslimin, agar mereka sekali-kali tak memiliki rasa takut menghadapi peperangan dengan kaum kafir yang memerangi Islam—meskipun, dengan catatan, jumlah personel kaum kafir jauh terlampau banyak—itu tak menjadi alasan. Semua hasil kemenangan, mutlak ada pada tangan Allah.

Semisal jika diumpamakan. Kalaupun jumlah personel armada perang kaum muslimin berjumlah setengah, atau bahkan satu per sepuluh lebih sedikit dibanding kaum kafir, maka dengan izin Allah mereka (kaum muslimin) akan memenangkannya.

Seperti ini adanya bentuk nyata sebuah kehidupan, tak melulu semua bergantung pada hitungan matematis.

Tidak ada salah jika manusia berihktiar memperhitungkan jumlah dan daya kekuatan yang ada. Akan tetapi, dibalik semua itu, Tuhan Sang Mahakuasa, lebih mengetahui segala hal raib di balik jumlah dan daya tiap makhluk-Nya itu sendiri.

Dia, Dzat yang lebih mengerti, siapa yang berhak dimenangkan dengan segala pertimbangan. Dari segi yang tampak, maupun yang lengkara ditampakkan pada penglihatan mata pada umumnya.

KAJIAN

(Arif Rahman/Mediatech An-Nur II)     

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK