Keluarga Samara

Keluarga, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari A’isyah RA, Rasul SAW bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

“Lelaki terbaik diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya dan aku adalah lelaki terbaik untuk keluarganya” [HR Turmudzi]

Catatan Alvers

“Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga.” Itulah lirik lagu berjudul Keluarga Cemara. Keluarga memanglah sumber kebahagiaan yang utama dalam hidup kita. Orang yang bergelimang harta, memiliki jabatan tinggi namun ia hidup sendiri, tidak memiliki keluarga maka kebahagiaannya tidaklah sempurna.  Bukankah kenikmatan surga dengan semua fasilitas yang serba ada, dirasa hampa oleh Nabi Adam dan kurang sempurna tanpa kehadiran Siti Hawa di sisinya.

Keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk kita perhatikan dalam kehidupan kita maka dari itu Rasul SAW menjadikan kebaikan kepada keluarga sebagai barometer kebaikan sebagaimana hadits utama di atas. Maka dari itu berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarga itupun merupakan perbuatan yang mulia bahkan setara dengan Jihad di jalan Allah SWT. Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata, “Ada seorang laki-laki lewat di hadapan Nabi SAW, maka para shahabat Rasulullah SAW melihat kuat dan sigapnya orang tersebut. Lalu para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, alangkah baiknya seandainya orang ini ikut (Jihad) fi sabilillah”. Lalu Rasulullah SAW menjawab,

اِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ

“Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang masih kecil, maka ia (Jihad) fi sabilillah”.

Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia maka ia (Jihad) fi sabilillah. Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri agar terjaga kehormatannya, maka ia (Jihad) fi sabilillah. Tetapi jika ia keluar karena riya’ (pamer pekerjaannya) dan kesombongan maka ia di (Jihad) jalan syaithan”. [HR. Thabrani]

Rumah sebagai tempat tinggal keluarga dalam bahasa Arab disebut dengan “Maskan” yang berarti tempat sakinah (ketenangan). Benarlah demikian, jika seseorang memiliki masalah di tempat kerja maka ketika ia sampai di rumah ia akan menjadi tenang, jika seseorang memiliki masalah di jalan maka ketika ia sudah berada di rumah ia akan menjadi tenang, namun bagaimana jika ia memiliki masalah di dalam rumah? tentu ini akan menjadi masalah yang sangat besar karena dimana lagi ia akan menemukan ketenangannya?

Peran kepala keluarga sangatlah penting dalam membina keluarga yang “samara”, (sakinan mawaddah wa rahmah). Sakinah artinya tenang,  mawaddah artinya cinta kasih dan rahmah artinya penuh kasih sayang. Kepala keluarga diwajibkan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan ini adalah hal yang utama dan berpahala. Rasul SAW bersabda :

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ

Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi).” [HR Muslim]

Sebaliknya, menyia-nyiakan keluarga adalah sebuah perbuatan dosa. Rasulullah SAW bersabda :

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ

“Cukuplah dianggap berdosa seseorang yang menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya.” [HR Abu Dawud]

Namun demikian keluarga samara tidaklah melulu urusan materi namun ia juga ditentukan bagaimana kepala keluarga bersikap. Sikap yang baik dari kepala keluarga akan menjadi kunci utama dan ini pula yang menjadi rahasia Rasul SAW sukses dalam kehidupan rumah tangganya. Ibnu Katsir berkata :

 وَكَانَ مِنْ أَخْلَاقِهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ جَمِيْلُ الْعِشْرَةِ دَائِمُ الْبِشْرِ، يُدَاعِبُ أَهْلَهُ، وَيَتَلَطَّفُ بِهِمْ، وَيُوسِّعُهُم نَفَقَتَهُ، وَيُضَاحِكُ نِسَاءَهُ، حَتَّى إنَّهُ كَانَ يُسَابِقُ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ يَتَوَدَّدُ إِلَيْهَا بِذَلِكَ.

Termasuk akhlak Nabi SAW, beliau sangat baik dalam mempergauli istri, selalu berseri-seri, suka bersenda gurau dan bercumbu rayu dengan keluarga, bersikap lembut dan melapangkan nafkahnya serta tertawa bersama istrinya. Sampai-sampai, beliau pernah mengajak ‘Aisyah Ummul Mukminin berlomba lari untuk menambah kasih sayang. [Tafsir Ibnu Katsir]

Maka kasih sayang haruslah ditumbuh kembangkan di dalam pergaulan keluarga sehari-hari.  Abu Hurairah RA berkata: “Suatu ketika Nabi SAW mencium Al-Hasan bin ‘Ali, dan di sisinya ada Al-Aqra’ bin Habis  At-Tamimy yang sedang duduk. Maka Al-Aqra’ berkata, ‘Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium.’ Maka Rasulullah SAW pun melihat kepada Al-‘Aqra’ lalu beliau berkata,

مَنْ لا يَرْحَمُ لا يُرْحَمُ

‘Barangsiapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi’.” [HR Bukhari]

Hidup bersama dengan keluarga akan menjadi penyempurna kebahagiaan, hal ini tidak hanya di dunia saja bahkan juga berlaku di akhirat kelak. Ibnu Abbas RA berkata :

إِنَّ اللهَ لَيَرْفَعُ ذُرِّيَةَ الْمُؤْمِنِ مَعَهُ فِي الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانُوا دُوْنَهُ فِي الْعَمَلِ لِتَقِرَّ بِهِمْ عَيْنُهُ

Sesungguhnya Allah mengangkat keturunan dari seorang mukmin bersamanya di surga, meskipun amalan mereka berada dibawahnya. Hal ini dikarenakan untuk membahagiakannya. [Dzurrul Mantsur]

Sebagaimana Allah SWT berfirman :

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ

Dan orang-orang yang beriman dan disertai oleh anak cucu mereka dalam keimanan maka Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga)…[QS. At-Thur: 21]

Supaya kita bisa bersama keluarga di surga nanti maka kita diperintahkan untuk menjaga mereka dari perbuatan maksiat yang menyebabkan mereka masuk neraka. Allah SWt berfirman :

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka .. .[QS at-Tahrim :6]

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk selalu menumbuhkan kasih sayang dalam keluarga sehingga keluarga kita menjadi keluarga yang samara.

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh] Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK