“Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (Q.S. Ar-Ra’d: 26)
***
Surah Ar-Ra’d ayat 26 menjelaskan bahwa Allah lah yang meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi orang yang Dia kehendaki. Masalah rezeki sudah menjadi ketentuan Allah, ada yang mendapatkan rezeki yang sedikit dan yang banyak. Namun orang-orang kafir itu bangga dengan harta yang mereka dapatkan. Padahal rezeki dunia yang sangat banyak tidak sebanding dengan rezeki akhirat. Rezeki dunia hanya sedikit kesenangan saja.
Rezeki Dunia dan Akhirat
Perumpamaan harta dunia dan akhirat sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad saw.,
“واللهِ مَا الدُّنْيَا في الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ أُصْبُعَهُ في اليَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ”!
“Tiadalah perbandingan dunia ini dengan akhirat, melainkan seperti seorang yang memasukkan jarinya ke dalam lautan luas, maka perhatikanlah apa yang tersisa.”
Jadi akhirat seperti samudera. Kemudian saat kita memasukkan jari ke dalamnya lalu mengangkatnya lagi, air yang ikut menempel pada jari kita adalah perbandingan untuk harta dunia. Sebenarnya manusia itu tertipu dengan harta yang hanya sedikit. Meskipun ia kaya, ia hanya hidup sebentar saja di dunia dan harta itu akan ia tinggalkan.
Nabi Muhammad saw., bersabda,
يَتْبَعُ الميتَ ثلاثةٌ: أهْلُه ومَالُه وعَمَلُه، فيرجع اثنان ويَبْقى واحد: يرجع أهْلُه ومَالُه، ويبقى عَمَلُه
“Mayat itu akan diikuti oleh 3 perkara: keluarga, harta dan amalnya. Dua perkara akan pulang kembali, dan yang satu akan tinggal (bersamanya). Keluarga dan hartanya akan kembali, dan yang tinggal adalah amalnya.”
Maka dari itu, sesungguhnya orang yang mempunyai banyak harta tidak selamanya memiliki kekayaan. Saat manusia lahir tidak membawa apa-apa, begitu juga saat meninggal, ia juga tidak mengembannya sedikitpun.
Rasulullah saw., bersabda, “ Ada seseorang yang berteriak, “Hartaku-hartaku!! Sesungguhnya apa yang ia miliki dari hartanya hanya tiga perkara: apa yang ia makan akan habis, apa yang ia pakai akan usang, dan apa yang ia sedekahkan akan menjadi pahala.”.” Ada pula selain tiga perkara itu, ia akan meninggalkannya saat ia mati dan bukan menjadi miliknya lagi.
Dunia itu Hijau dan Manis
Dunia ini memang menarik. Bumi atau tanah hijau itu ibarat makanan yang manis. Sebagaimana sabda Nabi saw.,
إن الدنيا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وإن الله مُسْتَخْلِفُكُمْ فيها فينظرَ كيف تعملون
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menjadikan kalian khalifah untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat.”
Begitu juga dalam surah Al-Ankabut ayat 64,
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”
Jadi dunia ini hanya kenikmatan sementara. Semua yang di dalamnya pun tidak akan kita bawa sampai mati. Maka dari itu jangan sampai perkara dunia ini membuat kita lupa kepada urusan akhirat karena akhirat lah kehidupan yang sebenarnya.
(Riki Mahendra Nur C./Mediatech An-Nur II)
Leave a Reply