“Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. (41) Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? (42)” (Q.S. Maryam: 41-42)
***
annur2.net – Tahukah kalian? Di dunia ini ada sekitar 4.200 agama. Agama yang beragam ini menunjukkan kepercayaan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, pada zaman Nabi Ibrahim, umat-umatnya menyembah berhala. Bahkan ayahnya, Azar – atau dalam riwayat lain menyebutkan ia adalah kakek Nabi Ibrahim – juga turut menyembah berhala. Azar juga merupakan salah satu pembuat berhala yang tersohor kala itu.
Para penyembah berhala percaya, berhala dapat memberikan perlindungan, keberuntungan, juga kesehatan bagi penyembahnya. Padahal berhala-berhala tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Seandainya nyamuk menggigitnya pun, berhala tersebut tidak akan merasa gatal karena berhala memang hanya seonggok batu yang tidak bisa berbuat apa-apa. Mengusir nyamuk saja tidak bisa, apalagi memberi perlindungan.
Islam Agama yang Tamam
Daripada menyembah berhala yang tidak bisa mengusir nyamuk yang menggigitnya, lebih baik berpindah ke agama Islam yang punya Tuhan Penguasa Alam. Jika katanya berhala dapat memberi perlindungan, keberuntungan, dan kesehatan, Allah bisa memberi yang lebih banyak dari tiga hal tersebut, kekayaan, perlindungan, kenikmatan yang tiada tara, dan sebagainya.
Apa? Allah ada di mana? Tidak semua hal yang tidak terlihat itu tidak ada. Contoh saja, akal pikiran. Apakah seorang profesor yang terkenal dengan kepandaiannya pernah memperlihatkan isi otaknya kepada kita? Tidak, begitu pula Allah. Ia tidak perlu memperlihatkan diri-Nya untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Dengan adanya dunia dan seisinya saja sudah membuktikan betapa besarnya kekuasaan Allah.
Terdapat satu kisah tentang seorang mahasiswa muslim dengan dosennya yang ateis. Suatu hari sang dosen bertanya, “Apakah kalian percaya dengan adanya tuhan? Lantas di mana tuhan berada?” Lalu sang mahasiswa menjawab, “Tuhan memang ada pak, walaupun tidak terlihat.” Kemudian sang guru mengejek mahasiswa tersebut, “Mana mungkin aku percaya dengan sesuatu yang tidak dapat dilihat.” Kemudian sang guru tertawa.
Tak lama mahasiswa menimpali lagi, “Apakah teman-teman pernah melihat isi otak pak dosen?” Setelah pertanyaan tersebut keluar, semua mahasiswa lain menggeleng. “Apakah kita bisa percaya dengan akal pak dosen jika kita saja tidak bisa melihat otaknya?” Kemudian sang dosen mendengus kesal mendengar penyataan muridnya itu.
Hal yang dapat kita pelajari dari kisah tersebut, sesuatu yang tidak nampak belum tentu tidak ada. Mana mungkin dunia dan seisinya yang begitu besar ini berjalan tanpa ada yang mengaturnya. Maka pastilah ada yang mengatur pergerakan dunia, siapa lagi kalau bukan Allah Yang Maha Esa.
(Farkhan Wildana S/Mediatech)
Leave a Reply