Saat ini sudah berada di pertengahan Syawal, bulan setelah Ramadan. Banyak orang berbahagia akan datangnya hari kemenangan Idulfitri. Beda halnya dengan ulama salaf yang justru bersedih. Mereka sedih bukan karena Ramadan telah pergi, tapi memikirkan apakah masih bisa menemui bulan Ramadan berikutnya atau hanya tinggal nama.
Di samping itu, ibadah yang kita lakukan saat Ramadan juga perlu kita pikirkan. Apakah Allah menerima ibadah kita atau tidak? Bahkan Mualla bin Fadhl, seorang tabiit tabiin, mengatakan bahwa selama enam bulan setelah Ramadan, para sahabat berdoa agar Allah menerima puasanya. Jadi tidak hanya satu hari atau satu bulan.
Ada beberapa tanda Allah menerima puasa hamba-Nya. Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, “Tanda Allah menerima amal ibadah seseorang yaitu dengan memberikan pertolongan untuk melakukan kebaikan setelahnya.” Misal orang tersebut membaca Al-Quran dan salat Malam saat Ramadan, sehabis Ramadan tetap meneruskan ibadahnya. Terlebih lagi, Allah menilai ibadah bukan dari banyaknya, tapi istikamahnya.
Selain itu, puasa bulan Ramadan merupakan perintah dari Allah agar menjadi hamba yang bertakwa. Sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 183,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
Sesuai ayat tersebut, puasa seseorang terhitung berhasil jika ia bertakwa pada akhirnya. Namun, untuk memaknai arti takwa, lebih baiknya menggunakan penafsiran dari ayat Al-Quran yang lain (tafsir Al-Quran bi Al-Quran). Makna takwa terdapat dalam surah ‘Ali Imran ayat 134 yang mencantumkan empat tanda orang bertakwa,
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Empat Tanda Orang Bertakwa dari Al-Quran
Pertama, orang-orang yang menyedekahkan hartanya, baik dalam keadaan senang maupun susah. Sedekah tidak perlu menunggu punya banyak uang. Jika terus menunda sedekah, tanpa sadar yang datang bukan kekayaan tapi ajal. Pada saat itu, bukannya senang malah susah, karena ingin mendapatkan tambahan waktu untuk bersedekah seperti dalam surah Al-Munafiqun ayat 10.
Maka dari itu, sedekah tidak harus menunggu punya banyak uang. Uang yang sedikit pun bisa kita sedekahkan. Kalaupun tidak punya uang, kita bisa bersedekah dengan senyuman. Sebagaimana ungkapan, “Senyum kepada saudaramu adalah sedekah.” Tidak hanya itu, semua perbuatan baik juga bernilai sedekah. Jadi sedekah itu mudah, asalkan ada kemauan. Apalagi sedekah dapat mencegah balak atau musibah.
Kedua, orang yang bisa menahan amarah. Ketika usai Ramadan orang tersebut tetap mampu mengontrol kemarahannya, itu pertanda Allah menerima puasanya. Nabi Muhammad saw., bersabda, “Barang siapa yang bisa menahan amarahnya padahal mampu melampiaskannya, maka pada hari kiamat dan seluruh manusia berkumpul, Allah memanggilnya dan berkata, ‘Pilihlah bidadari yang kamu sukai.’.”
Dalam sebuah kisah, Muadz bin Jabal menerima doa dari Nabi saw., ketika ada dua orang bertengkar. Nabi mengatakan jika salah seorang membaca doa ini, maka amarahnya akan reda. Saat memberitahukannya kepada satu orang yang bertengkar, ia malah menolak. Doa tersebut yaitu,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Ketiga, orang yang mau memaafkan. Memaafkan orang lain itu menyehatkan diri sendiri. Bagaimana tidak, memaafkan dapat meningkatkan imun tubuh, menurunkan tekanan darah, dan memperbaiki pola tidur karena pikirannya tenang. Selain itu, harga diri orang yang memaafkan akan bertambah tinggi. Rasa memaafkan tidak ada habisnya. Maka dari itu, mudah-mudahlah memaafkan orang lain.
Tanda terakhir, yaitu Allah mencintai orang yang berbuat baik. Setelah bulan Ramadan, orang tersebut semakin sering melakukan kebaikan. Itulah ciri-ciri orang diterima puasanya.
(Riki Mahendra Nur C./Mediatech An-Nur II)