annur2.net – “Pimpinan saya ambil alih. Seluruhnya! Siap… Gerak!” Teriak komandan upacara kepada seluruh peserta Upacara Peringatan HUT RI Ke-79 di lapangan utama Pondok Pesantren Wisata An-Nur II “Al-Murtadlo”, Sabtu, 17 Agustus 2024. Para peserta yang terdiri dari santri SMP dan SMA pun sigap mengikuti arahannya. Komandan upacara tersebut terlihat gagah dengan setelan putih, helm panji, sepatu pantofel, juga membawa sebilah sabel. Tidak lama kemudian inspektur memasuki lapangan upacara.
Selain itu, ada mahasantri STIKK dan Mahad Aly menggunakan almamater mereka masing-masing. Di sebelah kiri barisan, terdapat tim Marching Band An-Nur II yang mengenakan setelan merah putih. Tenda tamu undangan terletak di area “jalan kembar”. Di belakangnya terdapat PASKIBRA (Pasukan Pengibar Bendera) yang juga mengenakan setelan putih dengan selempang merah.
Runtutan acara berjalan satu persatu. Saat para pengibar bendera berjalan menuju tiang bendera, semua mata tertuju pada mereka. Ketika prosesi menaikkan bendera, semua orang hormat pada Sang Saka Merah Putih. Setelah penaikan bendera, PASKIBRA berformasi membentuk angka 79 jika terlihat dari atas.
Santri Menawan Punya Jiwa Kebangsaan
Selanjutnya Komandan Armed Suyono memberikan amanatnya. Beliau menyampaikan, bahwa kemerdekaan ialah perjuangan dari masayarakat Indonesia, bukan hadiah atau pemberian dari negara lain. Pejuang ini berasal dari beragam elemen masyarakat, bahkan ulama dan santripun turut andil dalam perjuangan kemerdekaan ini.
Bedanya, santri tidak hanya berjuang dengan kekuatan fisik, namun juga dengan kekuatan batin. Mereka berdoa siang dan malam semoga Allah dapat membawa Indonesia kepada kemerdekaannya. Maka peran santri begitu besar dalam kemerdekaan Indonesia. Sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar 1945, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Dari Undang-Undang Dasar tersebut kita dapat mengetahui, bahwa faktor pertama Indonesia dapat merdeka ialah berkat rahmat Allah Swt. Inilah kontribusi santri begitu besar dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Bapak Armed Suyono juga menyampaikan, bahwa pendidikan di pondok pesantren sangat terjamin. Santri di pondok pesantren tidak hanya mempelajari ilmu, tapi juga belajar nilai-nilai kebangsaan, seperti: toleransi, empati, jujur, tanggung jawab, dan sebagainya.
Nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada diri santri karena setiap harinya santri tinggal dengan orang-orang yang memiliki ras, suku, bahkan bangsa yang berbeda dengannya. Lingkungan pondok pesantren juga sesuai guna mendidik santri untuk bekerja keras dan bertanggung jawab. Mereka sendiri yang akan melaksanakan kewajibannya, bukan orang lain.
Jadi walaupun santri hidup dalam tembok Cina sekalipun, mereka masih memiliki nilai-nilai kebangsaan yang tidak dimiliki oleh orang luar. Maka dari itu, santri bisa melakukan banyak dan beradaptasi sesuai lingkungannya. Terlebih lagi, santri juga turut berkontribusi besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
(Farkhan Wildana S./Mediatech)
Leave a Reply