JANGANLAH MENGEJAR KEBAHAGIAAN

kebahagiaan, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi saw bersabda :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kaya yang sebenarnya bukanlah karena memiliki banyak harta benda akan tetapi kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” [HR. Bukhari-Muslim]

Catatan Alvers

Rasul saw meluruskan kesalahpahaman dari kebanyakan manusia yang menyangka bahwa kekayaan yang mendatangkan kebahagiaan itu terletak pada harta. Beliau menegaskan kekayaan yang sesungguhnya adalah bermuara dari hati. Jika hati ini qanaah maka pemilik hati tersebut bisa lebih bahagia dari seorang raja sekalipun.

Banyak orang mencari bahagia namun sedikit sekali yang menemukannya. Tatkala seseorang mengejar kebahagiaan yang nampak masih jauh di depan maka saat itu pula sebenarnya kebahagiaan ada didekatnya tanpa ia menyadarinya, sebab kebahagiaan pada hakiktnya ada dalam hati. Menikmati kebahagiaan itu layaknya melihat keindahan kupu-kupu. Tidak perlu kau tangkap fisik kupu-kupu itu, biarkan dia memenuhi alam semesta ini sesuai fungsinya. Namun tangkaplah keindahan warna dan geraknya di pikiranmu dan simpan baik-baik di dalam hatimu. Maka jangan kau mengejar kebahagiaan, karena saat inipun bisa kau temukan kebahagiaan jika hatimu dipenuhi rasa syukur. Tidaklah perlu menunggu masuk istana raja untuk mengucapkan Bayti Jannati. Tidak perlu kau menunggu senang baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka hatimu akan riang dan senang. Tidak perlu kau menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya. Tidak perlu menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang maka percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rezeki lainnya yang tak terduga.

Ingatlah tidak ada manusia yang memiliki kehidupan yang serba sempurna, hati yang selalu gembira, pikiran yang sepi dari masalah, tetapi yang ada adalah orang yang berdoa lalu memasrahkan segala urusan kepada-Nya lalu iapun tersenyum. Kita beranggapan orang lain lebih bahagia dari kita dan boleh jadi orang menyangka justru kitalah yang bahagia. Simak kisah berikut: Seorang petani dan istrinya bergandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah sambil diguyur air hujan.Tiba-tiba lewat sebuah motor didepan mereka. Berkatalah petani kepada istrinya,”Lihat Bu,betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu meski mereka kehujanan, tapi mereka bisa cepat sampai dirumah tidak seperti kita yg harus lelah berjalan untuk sampai kerumah.” Sementara itu pengendara motor dan istrinya yang sedang berboncengan dibawah derasnya air hujan melihat sebuah mobil pick up lewat didepan mereka. Pengendara motor itu berkata kepada istrinya,”Lihat Bu, betapa bahagianya orang yg naik mobil itu, mereka tidak perlu kehujanan seperti kita.” Didalam mobil pick up yg dikendarai sepasang suami istri terjadi perbincangan ketika sebuah sedan Mercy lewat,”Lihatlah Bu, betapa bahagia orang yang naik mobil bagus itu, pasti nyaman dikendarai tidak seperti mobil kita yang sering mogok.” Pengendara mobil Mercy itu seorang pria kaya, dan ketika dia melihat sepasang suami istri yang berjalan bergandengan tangan dibawah guyuran air hujan, pria kaya itu berkata dalam hati,”Betapa bahagianya suami istri itu, mereka dengan mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini, sementara aku dan istriku tidak pernah punya waktu untuk berduaan karena kesibukan masing-masing”. Wallahu A’lam. Semoga kita semua ditaqdirkan Allah menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK