Jadilah Manggis, Jangan Jadi Kecap

Jadilah Manggis, Jangan Jadi Kecap

 

Sering kita melihat iklan kecap di televisi. Dari semua merek yang ada, semua produk mengaku produknyalah yang nomor satu. Tidak satupun yang nomor dua. Padahal, masing-masing produk itu memiliki kualitas dan harga yang berbeda-beda.

 

Tidak jauh berbeda dengan iklan sabun wajah dan shampo. Antara yang ditayangkan dan kenyataan sama sekali berbeda. Kalau yang ditayangkan adalah seorang yang tampan atau cantik, itu semua karena memang pemerannya adalah seorang yang tampan, cantik, dan memiliki kulit yang bagus. Bukan karena produk tersebut.

 

Seperti itulah media bertindak, maka sebagai media yang ada di pesantren, harus bisa menjadi media yang baik. Karena, adanya media itu dapat menggiring opini pembaca. Seperti contoh, rokok. Dahulu rokok digemari orang-orang perempuan. Sehingga, orang laki-laki yang merokok disebut banci. Hal itupum, berefek terhadap bisnis rokok yang terus menurun. Maka dari itu, ditayangkanlah iklan-iklan rokok yang menggambarkan laki-laki tangguh dan kuat. Sebab iklan-iklan seperti itulah rokok mulai ramai di kalangan orang laki-laki. Bahkan, sekarang ini sedikit sekali perempuan yang merokok.

 

Dan yang perlu kita contoh adalah buah manggis. Pada kulit luarnya, di ujung bawah buah manggis ada suatu tanda yang menunjukkan berapa potong jumlah manggis yang ada di dalamnya. Tanda itu berupa seperti bunga. Kalau di tanda itu tergambar ada 5 kelopak bunga, maka dalamnya juga ada 5 potong buah. Kalau 6, berarti 6, kalau 4 berarti 4. Tidak pernah salah.

 

Maka, tidak heran kalau buah ini dinobatkan sebagai buah kejujuran. Dan karena kejujuran itulah buah ini banyak manfaatnya. Tidak hanya buahnya yang nikmat dimakan, kulitnyapun bisa dipakai sebagai obat.

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK