Isra Mikraj Peristiwa Pelipur Lara
Tahukah kalian, bahwa Nabi Muhammad saw., pernah mengalami kesedihan yang amat sangat mendalam, yakni ketika wafatnya dua orang terdekatnya Siti Khadijah istrinya, dan Abu Thalib pamannya. Adapun tahun ini bernama Am Al-Huzn yang berarti tahun kesedihan.
Melihat Nabi yang bersedih, Allahpun “turun tangan”. Allah memberi Nabi sebuah tur untuk pergi dari Masjid Al-Haram yang berada di Mekkah ke Masjid Al-Aqsha di Yerusalem menunggangi burak bersama Malaikat Jibril. Lalu menaiki tujuh langit hingga ke Sidrah Al-Muntaha.
Isra yang Penuh Makna
Awalnya Nabi sedang berbaring di kamarnya. Kemudian Malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil datang dan membawa Nabi ke sumur Zamzam untuk membelah dada Nabi. Malaikat membelah dada Nabi dan membersihkan hatinya dengan air Zamzam. Setelah itu datanglah burak yang memiliki tugas membawa Nabi dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha.
Ada yang berkata, bahwa saat Isra (Perjalanan dari Mekkah ke Yerusalem) Nabi berjumpa dengan orang yang sangat tua. Kemudian Nabi bertanya, “Siapakah ia wahai Jibril?” Kemudian Jibril menjawab, “Dia adalah perumpamaan umur dari dunia ini.”
Saat sampai di Masjid Al-Aqsha, azan dan ikamah berkumandang. Di Masjid sudah banyak orang yang berbaris dan siap melaksanakan salat. Ternyata orang-orang tersebut ialah nabi-nabi terdahulu. Mereka semua menanti siapakah yang akan menjadi imam mereka. Ternyata Nabi Muhammadlah yang menjadi imam. Hal ini menandakan, bahwa Nabi Muhammad saw., ialah pemimpin para nabi.
Setelah melaksanakan salat dua rakaat, Nabi merasa haus. Kemudian Jibril memberinya dua minuman yang berbeda: khamr dan susu. Nabi lebih memilih untuk meminum susu. Hal ini menandakan, bahwa akan ada banyak orang yang mengikuti ajaran Islam. Sebaliknya jika Nabi meminum khamr, maka menandakan akan banyak umatnya yang menyimpang dari ajaran Islam. Ada juga yang mengatakan Jibril memberinya minuman ketiga, yakni air putih. Jika Nabi meminumnya, maka semua umat Nabi akan meninggal dengan cara yang sama, yakni tenggelam.
Naik-Naik ke Tujuh Langit
Saat naik ke langit, Nabi menemui nabi-nabi terdahulu. Di langit pertama Nabi bertemu dengan Nabi Adam as., di langit kedua Nabi bertemu dengan Nabi Isa as., dan Nabi Yahya as. Lalu di langit ketiga Nabi bertemu Nabi Yusuf as., dan di langit keempat Nabi bertemu Nabi Idris as., kemudian bertemu Nabi Harun as., di langit kelima. Di langit keenam Nabi bertemu dengan Nabi Musa as., yang tengah bersedih karena tidak bisa menuntun umatnya ke jalan yang benar dengan umur panjangnya.
Saat di langit pula Nabi menyaksikan banyak hal yang menggembirakan juga menyeramkan. Nabi melihat orang yang panen tanpa henti-henti sebagai gambaran dari orang yang gemar bersedekah. Nabi juga melihat orang yang kepalanya pecah dan kembali utuh berkali-kali yang merupakan gambaran dari orang yang enggan melaksanakan salat fardu.
Setelah itu Nabi mengadap Allah Swt., tanpa dampingan Malaikat Jibril. Allah Swt., memberikannya perintah salat 50 waktu. Akan tetapi setelah turun lagi ke langit keenam, Nabi Musa as., membujuknya agar meminta dispensasi dari Allah Swt., karena umatnya yang memiliki fisik kuat saja sulit untuk melaksanakan salat sebanyak itu. Akhirnya Nabipun bolak-balik meminta dispensasi kepada Allah Swt., atas bujukan Nabi Musa as., hingga menjadi lima rakaat saja. Saat Nabi Musa as., membujuk Nabi agar meminta lagi, Nabi sungkan kepada Allah Swt., karena telah meminta dispensasi yang sangat banyak.
Cuma Abu Bakar yang Percaya
Setelah melakukan perjalanan panjangnya, Nabi kembali ke Mekkah dan mendapati tempat yang terakhir kali ia duduki masih hangat. Artinya Perjalanan yang Nabi tempuh tidak lama, ada yang berpendapat hanya semalam, adapula yang berpendapat hanya sepertiga malam.
Keesokan harinya Nabi bercerita kepada khalayak umum. Akan tetapi orang-orang mengejeknya bahwa apa yang telah beliau alami hanyalah khalayan. Bahkan ada juga orang-orang yang murtad setelah mendengar cerita beliau, karena mereka berpikir tidak akan mungkin seseorang pergi menuju Masjid Al-Aqsha hanya dalam satu malam. Padahal jarak dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha ialah 1239 km, yang pada saat itu dapat ditempuh selama 40 hari dengan menaiki unta.
Namun dari sekian banyaknya ejekan, terdapat satu orang yang percaya akan apa yang nabi bicarakan, yakni Abu Bakar. Kala itu salah seorang bertanya kepada Abu Bakar, “Apakah kamu percaya dan membenarkan cerita temanmu itu?” Abu Bakarpun menjawabnya, “Ya aku membenarkannya. Seandainya ia mengatakan hal yang lebih dari itu tentang kabar dari langit, saya pasti akan membenarkannya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.”
Sejak kejadian itu Nabipun memberinya gelar As-Siddiq yang artinya orang yang selalu percaya pada sabda Nabi Muhammad saw. Ada pula yang mengatakan, bahwa yang memberinya gelar tersebut ialah Allah Swt., dengan perantara Nabi Muhammad saw. Karena gelar tersebut ia dapat sebab membenarkan dan tidak mendustakan sabda Nabi.
(Farkhan Wildana S./Mediatech)
Sumber:
https://jatim.nu.or.id/keislaman/sejumlah-kejadian-istimewa-saat-peristiwa-isra-mi-raj-Lo3y0
https://www.nu.or.id/nasional/11-golongan-dan-8-nabi-yang-ditemui-rasulullah-saat-isra-mi-raj-LuHsQ
Leave a Reply