Bulan Ramadan telah tiba. Seperti biasanya, Pondok Pesantren An-Nur II “Al-murtaldo” (Peasantren Wisata) mengadakan pengajian rutin Pasar Waqiah Ramadan. Tanggal 13 April 2021 M (2 Ramadan 1442 H) merupakan Pembukaan Pasar Waqiah spesial Ramadan yang diadakan di “Masjid Jami` An-Nur Al-Murtadlo”.
Pengajian rutin itu nantinya akan ditutup pada 27 Ramadan mendatang. Pengisi tausiah setiap harinya bergantian antara Dr. KH. Fathul Bari, S.S., M.Ag. dengan kiai Zainuddin Badruddin. Bagi yang tidak dapat hadir, bisa mengikutinya lewat live streming di faspage “Pondok Pesantren Annur 2 Al-Murtadlo”.
Sebagai pembukaan Pasar Waqiah di bulan Ramdan, tutur Kiai Zainuddin Badruddin, beliau akan membahas seputar bulan tersebut. Di awal tausiahnya beliau menjelaskan tentang filosofi dari penamaan “Ramadan”. Beliau mengatakan bahwa “Ramadan” berasal dari kata dalam bahasa Arab “Ramad” atau bisa disebut “Tarmad” (Bentuk Fiil, kata kerja) yang memiliki makna membakar.
Bulan Pembakar Dosa
Dikatakan membakar karena pada bulan mulia itu “tarmadu fihi dzunub” (Dibakarnya dosa-dosa)\. Artinya, dosa-dosa akan dibakar atau diampuni oleh Allah di bulan suci ini. Orang Arab berkata, bahwa “ramad” yang dimaksud adalah kondisi Arab yang terik pada saat Ramadan.
Ada sebuah hadis yang membahas tentang Ramadan. Hadis itu diriwayatkan oleh sahabat Nabi Muhammad yang bernama Abu Hurairah, yang berbunyi,
اذا جاء رمضان فتحت ابواب الرحمة
“Apabila bulan Ramadan datang, pintu Surga dibuka dan pintu neraka akan ditutup.”
Membahas tentang hadis tersebut, para ulama memiliki berbagai macam penafsiran. Sebagian ulama menafsirkannya secara lahiriah lafaz. Sebagian yang lain menafsirkannya dengan melihat maknanya secara mendalam (Majas).
Salah seorang ulama menafsirkan lafaz “futihat abwabi Al-Jannah” dengan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Riwayat lain mengatakan bahwa lafaz tersebut memiliki arti, “Pada saat Ramadan rahmat Allah turun ke Bumi tanpa penghalang apapun.”
Bukan hanya itu, banyak ulama yang memiliki penafsiran yang berbeda pula pada lafaz “ghuliqat abwabi Al-Jahannam”. Ulama pertama menafsirkan bahwa pada saat Ramadan banyak orang yang melakukan kebaikan dan beribadah kepada Allah karena pintu kejelekan ditutup pada saat itu.
Pada bulan ini, Tutur putra dari Al-Maghfurlah Kiai Badruddin itu, setan-setan akan dibelenggu agar tidak menggoda umat Islam yang berpuasa. Walau demikian, banyak sekali pertanyaan yang muncul karena tidak sedikit orang yang melakukan keburukan pada bulan itu.
Menanggapi hal itu Kiai Zainuddin berkata, “Itu bukan ulah setan. Berarti itu memang kelakuan dari manusianya sendiri.” Pada pernyataan itu pula para ulama memiliki banyak pendapat. Seorang ulama berkata bahwa setan yang dibelenggu adalah setan yang memiliki kasta (kelas) yang tinggi. Sedangkan setan yang berkasta rendah tidak dibelenggu. Ulama lain mengatakan, bahwa setan hanya akan dibelenggu untuk orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan puasa dan perkara baik.
Di akhir tausiahnya, Kiai Zainuddin berdoa agar semua umat muslim dapat istikamah melakukan kebaikan hingga akhir Ramadan nanti. “Wa As-Salamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Beliau menyudahi tausiahnya.
(Ryan Winawan/Mediatech An-Nur II)
Leave a Reply