Kamis malam, 27 Januari 2022, kala itu pelataran antara SMP dan SMA An-Nur dipenuhi dengan seluruh santri Billah dengan raut muka yang berseri-seri dalam acara Billah Award. Bermula dari inisiatif dari para ustaz asrama billah (santri jenjang SMP), acara perdana tersebut memiliki tujuan sebagai wadah pemberi apresiasi bagi para santri berprestasi.
Mengingat beberapa waktu yang lalu para santri telah usai mengerjakan ujian Cawu (Catur Wulan) dan berbagai lomba, mulai dari membaca kitab maupun menghafalnya, pada acara tersebut, para santri cilik itu dapat langsung melihat hasil pemenang ujian dan lomba yang mereka ikuti sekaligus menyaksikan berbagai panampilan memukau setelahnya.
*Acara Penghargaan untuk Para Santri*
Menapaki pra-acara, tabuhan rebana dari tim hadrah Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo” (Pesantren Wisata) terus beriringan dengan pelantunan selawat sebagai penyambut para santri yang berdatangan.
Tak lama kemudian, setelah seluruh santri telah datang dan menempati tempat yang telah disediakan, MC (Master of Ceremony) pun langsung membuka sesi acara dengan bacaan Surah Al-Fatihah yang langsung diikuti para santri dengan khidmat. Seusai pembacaan surah Al-Fatihah, sesi pun disusul dengan pembacaan ayat suci Al-Quran (Qiro’ah) yang dibacakan oleh salah satu santri di panggung acara.
Lepas beberapa saat, santri kelas tiga diniah dari asrama Billah 4 menaiki panggung dan mengisi jalannya acara. Menunjukkan beragam keahlian aktingnya, para santri kelas tiga itu menampilkan pertunjukkan teater yang dikemasnya apik, lengkap dengan backsound yang mendukung sehingga tak ada raut wajah yang menggambarkan kekecewaan di wajah penonton.
Setelah pertunjukkan seni teater usai, acara dilanjutkan dengan sambutan yang dibawakan oleh KH. Fadhol Ahmad Damhuji. Dalam sambutannya, beliau menerangkan tentang betapa pentingnya mencari ilmu dalam kehidupan. Selain itu, santri juga harus tetap merasa syukur atas segala ilmu yang diberikan oleh Allah SWT.
“Yang membedakan manusia dengan hewan adalah cara berpikirnya.” Tak hanya KH. Damhuji, Kiai zainuddin pun turut memberikan sambutannya pada acara malam itu. Beliau berujar, sejatinya yang menjadi pembeda utama antara manusia dan hewan hanyalah dari ilmu di antara keduanya.
Tak lama, setelah sambutan berlangsung, sesi acara berpindah ke waktu yang ditunggu-tunggu oleh mayoritas santri: pembagian hadiah lomba dan apresiasinya. Terdapat tiga jenis nominasi juara pada malam itu, diantaranya adalah: juara kelas diniah per-angkatan, lomba baca kitab dan menghafal kitab Amsilah At-Tashrifiyyah. Ketiga lomba tersebut juga menyesuaikan dengan dua kategori asrama yang ada: Al-Badr dan Al-Anwar.
Seusai seluruh santri di atas panggung, juara tiap nominasi tersebut turun dari panggung, para santri dari perwakilan billah 1, 2 dan 3 menaiki panggung dan mempersembahkan koreografinya.
Santri-santri kelas satu SMP itupun membentuk sebuah lingkaran di atas panggung. Ditengahnya, berdiri seorang santri yang membacakan sebuah puisi dengan mengenakan jubah putih, rompi hitam dan ikat kepala.
Tak sampai di situ, setelah pembacaan puisi usai, para santri yang membetuk lingkaran tersebut segera menutupi diri mereka dengan kain putih lebar. Ditambah lagi, di dalam kain putih tersebut terlihat pancaran cahaya dari lampu senter kecil yang dibawa santri di dalamnya.
Beberapa waktu kemudian, salah satu santri keluar dari balik panggung dengan mengenakan pakaian yang berbeda dari seluruh santri yang ada. Berjubah hitam berpenutup rompi merah dan penutup kepala yang tinggi, santri tersebut tampak seperti penari sufi dari timur tengah yang mengikuti gaungan irama musik di atas panggung acara. Para audiens yang juga para santri itupun, mengaku tak habis-habis terkagum dengan pertunjukkan penutup acara tersebut.
(Riki Mahendra/Mediatech An-Nur II)
Leave a Reply