Berbagai Buah Manis dari Pohon Ilmu

ilmu, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Seorang pria berjalan sejauh 1.334 Km dari Madinah ke Damaskus, hanya untuk mengetahui satu hadis. Pertanyannya adalah kenapa sebegitunya dia berbuat seperti itu?ilmu?

Nabi Muhammad SAW, makhluk yang perbuatannya menjadi rujukan seluruh umat muslim. Beliau tidak pernah sekali pun mengucapkan, “Aku nyerah untuk menebar ilmu.” Acapkali memotivasi para sahabat menuntut ilmu. Memberikan banyak wawasan tentang seberapa bergunanya ilmu.

Salah satu wawasan yang beliau sampaikan itu pun terdengar oleh Abu Darda’. Gara-gara hal itu, seorang pria rela bepergian dari Madinah menuju Damaskus demi mendengar hadis yang diriwayatkan oleh Abu Darda’ tersebut.

*Buah manis dari Ilmu*

Hadis tersebut berisi hal-hal penting bagi orang yang berada di suatu jalan mencari ilmu, sebagaimana pria itu. Jadi begini, ketika ada seseorang berjalan dengan niatan mencari ilmu, Allah sendiri yang akan memberinya jalan ke surga. Di akhirat, semua orang sibuk bingung dengan nasib dirinya. Namun, para penuntut ilmu diberi penunjuk jalan menuju surga.

Tak hanya itu, malaikat menaungi penuntut ilmu dengan sayapnya. Di sini malaikat menaungi bukan untuk payung hujan, tidak. Malaikat menyelebungi penuntut ilmu dengan sayapnya merupakan sebuah tanda rida.

Para makhluk pun ikut andil dalam mendoakan para pencari ilmu. Pencari ilmu walau hanya tidur-tiduran itu sudah dimintakan ampunan oleh semua makhluk, baik yang berada di langit atau di bumi. Bahkan ikan-ikan dan anemon-anemon di dasar laut. Makhluk yang bisa bicara dan yang bisu juga ikut-ikutan.

Ilmu adalah sesuatu yang mahal, walau disandingkan dengan kekayaan Rafatar. Sangat mahal, bisa membeli sebuah fadilah berupa kemuliaan. Orang berilmu derajatnya akan ditinggikan oleh Allah, menuju derajat yang mulia.

Derajat yang lebih tinggi dari seseorang ahli ibadah. Ini dikarenakan manfaatnya ilmu. Seseorang yang berilmu bisa menjadi virus pengetahuan. Jika virus ini meyebar, otomatis si penyebar kena imbas, yakni pahala. Sedangkan orang ahli ibadah manfaatnya hanya mengarah ke dirinya sendiri.

*Penggali Kubur Jadi Orang Tersohor*

Pernah ada suatu cerita tentang penggali kubur, namanya Syekh Abdurrohman Al-Haffar. Sebelum menjadi seorang yang masyhur di Damaskus, beliau hanya seorang penggali kubur.

Suatu hari beliau disuruh untuk menggalikan kuburan. Saat mayat diturunkan, beliau melihat taman yang indah, tidak seperti Taman Safari Indonesia, lebih indah lagi. Saking indahnya, ulama terkemuka di Damaskus ini pingsan. Bangun-bangun orang-orang sudah pulang semua.

Kemudian beberapa bulan setelahnya, beliau diminta kembali untuk menggali kuburan. Tidak disangka, ketika mayit diturunkan beliau melihat taman seperti sebelumnya. Setelah dua kali mengalami kejadian yang sama, beliau bergegas menemui orang yang memintanya untuk menggali kuburan.

Ternyata orang yang menjadi klien sebelumnya adalah ibu-ibu tua renta. Syekh Abdurrohman bertanya siapa gerangan dua orang yang telah dikuburkannya itu. Si ibu menjawab bahwa dua orang tersebut merupakan anak-anaknya.

Orang pertama adalah si adik yang giat dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Sedang si kakak mencarikan harta untuk biaya pendidikan adiknya itu dengan menjadi tukang kayu.

Atas jawaban si ibu, beliau merenung dan menyimpulkan jika semua inti dari kemuliaan kakak beradik itu ialah dari ilmu. Beliau pun segera mencari ulama terpercaya dan berguru kepadanya. Alhasil beliau menjadi orang tersohor di Damaskus. Beliau dijuluki dengan Al-Haffar yang artinya penggali kuburan.

Ilmu itu pasti bermanfaat, hanya saja penerimanya yang jadi problem. Nabi Muhammad mengumpamakan penerima ilmu dengan tiga jenis tanah.

*Tanah, Perumpamaan Penerima ilmu*

Satu, tanah subur dan menyerap air. Dia bermanfaat dengan menumbuhkan berbagai tumbuhan. Tumbuhan-tumbuhan itulah yang akan diambil oleh orang-orang dan dimanfaatkan, sehingga orang-orang senang dan bahagia.

Dua, tanah yang tidak bisa menyerap air. Tanah macam ini memang tidak bisa menumbuhkan tumbuhan. Tapi tanah ini masih memiliki manfaat, yaitu air yang tergenang di atasnya. Orang-orang bisa memanfaatkan air yang tergenang tersebut untuk mandi atau yang lain.

Tiga, tanah gersang. Dia tidak bisa menumbuhkan tumbuhan pun tidak ada air di tanah itu. sama sekali tidak ada manfaatnya. Tanah ini perumpamaan bagi orang yang belajar tapi tidak mengamalkan ilmunya dan ilmunya menghilang dari dirinya.

Orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka akan dipahamkan ilmu agamanya. Berarti ketika seseorang giat mencari kepemahaman dan mengamalkannya itu tandanya Allah menyukainya.

(Ahmad Firman Ghani Maulana/Mediatech An-Nur II)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK