Be Different, Be Success

Oleh: Helmi

Tuhan menciptakan makhluk yang berbeda-beda; ada yang menjadi hewan, tumbuhan, tanah, air, jin, dan ada pula yang menjadi manusia. Manusia sendiri juga diciptakan berbeda-beda; pria dan wanita, kaya, sedang-sedang saja dan miskin, ganteng, cantik dan jelek, ada yang menjadi pejabat dan ada pula yang jadi rakyat. Pendek kata, perbedaan merupakan sebuah keniscayaan.

Hal itu ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an (QS. 49:13): “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa”. Kita harus mengakui bahwa perbedaan memang fitrah Tuhan.

Namun, perbedaan itu tidak boleh dijadikan legitimasi untuk saling menjatuhkan. Kompetisi tidak dilarang oleh Islam, namun kompetisi yang dilaksanakan harus bersifat fair. Tuhan memberikan satu hal yang layak untuk diperebutkan, yaitu ketakwaan. Perbedaan kualitas ketakwaan seseorang menjadikan ia memiliki nilai lebih di sisi Tuhan. Prinsip “perbedaan” ini merupakan salah satu pembahasan dalam disiplin ilmu teologi Islam (tawhid).

Tuhan memiliki sifat mukhalafah lil hawadits (berbeda dengan makhluk) sebagaimana yang dirumuskan oleh kelompok Asy’ariyah. Sifat ini menjadi sifat wajib Tuhan yang keempat. Bila ada nash (teks agama) yang mengindikasikan kepada keserupaan Tuhan dengan makhluk harus dita’wil dan dicarikan tafsiran yang tepat. Tuhan menjadi Maha Hebat karena faktor “ketidaksamaannya” dengan makhluk dan ciptaan-Nya.

Tuhan tak ada duanya. Dia tidak memiliki sifat, karakter, dan perilaku layaknya makhluk. Aspek “berbeda” itulah yang menjadikan Tuhan memiliki sifat istimewa. Pemahaman terhadap sifat Tuhan secara keseluruhan, khususnya tentang mukhālafah lil hawādits tidak boleh hanya berhenti di tataran konseptual, tetapi harus diaktualisasikan dan diinternalisasikan ke dalam kehidupan. Ada sebuah adagium Arab yang memiliki spirit yang sama dengan sifat ini: “khālif tu’raf (berbedalah, pasti terkenal)”. Adagium ini memiliki satu value yang menarik untuk ditarik ke dalam dunia bisnis, entertainment, atau kehidupan secara umum.

Menjadi berbeda setidaknya akan membuat orang lain melirik, sebab tabiat dan karakter manusia memang cenderung kepada hal-hal baru dan inovatif yang identik dengan perbedaan dan perubahan.

Dalam dunia hiburan (entertainment), artis, model, musisi dan seniman dituntut untuk selalu meng-upgrade produk dan penampilannya sehingga memberikan kesan “berbeda” dari produk dan penampilan sebelumnya.

Konsistensi dalam ranah produksi dan inovasi harus disingkirkan jauh-jauh. Tukul menjadi menarik karena dari penampilan dan dialek bicaranya berbeda dengan artis lainnya. Perbedaan tersebut menjadi daya pikat Tukul sehingga penonton merasa terhibur dan selalu rindu untuk melihat aksi-aksi kocak darinya. Produser dan stasiun Televisi juga melihat gejela “tukulmania”, sehingga mereka berebut untuk membuat kerjasama dengan sosok yang terkenal dengan kalimat “kembali ke laptop”. Sule juga tidak kalah menarik.

Dengan gaya rambut agak pirang dan panjang, serta mimik wajah dan gaya bicara yang khas, ia berhasil memukau dan memikat hati penonton. Dengan menyajikan performa yang berbeda, kedua tokoh hiburan tersebut menjadi terkenal dan meraih kesuksesan. Khālif tu’raf. Berbisnis juga harus memperhatikan aspek “different”. Dengan bahan yang sama, penjual pisang bisa bersaing dalam menawarkan produknya.

Ada yang mengkemasnya dalam bentuk kue nagasari. Ada pula yang membuat pisang goreng. Ada pula yang membuat pisang kipas. Di kota Batu, buah-buahan seperti apel, jeruk, strawberry, dan sebagainya tidak hanya dijual dalam bentuk utuh, tetapi mereka menjadikan buah-buahan tersebut sebagai minuman dalam berbagai kemasan.

Barang elektronik, utamanya komputer, laptop dan HP, pun tidak kalah gencarnya melakukan perubahan dan berusaha membuat suatu produk yang berbeda dengan yang lain. Di dunia dakwah pun, da’i yang memberikan sesuatu yang baru dan berbeda dengan cepat menjadi terkenal dan kebanjiran job.

Ustadz Maulana, yang akrab dengan ucapan jama’ahnya, menjadi lebih cepat terkenal sebab ia berbeda dengan da’i kebanyakan baik dalam gaya penyampaian materi. Ada juga seseorang yang mulai berdakwah dengan menulis komik bermuatan nilai-nilai Islam. Sang penulis, saat dihadirkan dalam acara TVone, mengatakan bahwa selama ini anak-anak dan kaum muda jarang tersentuh oleh dakwah Islam yang didominasi oleh da’i-da’i dengan model lama. Lalu, ia membuat sebuah dobrakan dengan menulis komik berbau Islami. Tentu, komik yang demikian lebih memiliki segmen lebih banyak; anak-anak yang memang sudah terbiasa dengan komik biasa dan anak-anak yang terbiasa ngaji tapi jarang menyentuh komik.

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK