AMALAN ASYURA

amalan, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari abdullah, Rasul SAW bersabda :
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَزَلْ فِي سَعَةٍ سَائِرَ سَنَتِهِ.

“Barang siapa meluaskan belanjanya kepada keluarganya pada hari Asyura maka ia senantiasa berada pada keluasan rizki sepanjang tahunnya”. [HR Thabrani]

 

Catatan Alvers

 

‘Asyura adalah hari yang mulia dan di muliakan oleh Allah swt. Berbagai macam cara dilakukan kaum muslim untuk memuliakannya. Sebagian ulama menghitung ada 12 hal yang banyak dilakukan masyarakat ketika ‘asyura yaitu shalat sunnah, puasa, silaturrahim, shadaqah, mandi, memakai cela’, mengunjungi orang alim, menjenguk orang sakit, mengelus kepala anak yatim, meluaskan belanja kepada keluarga, memotong kuku, membaca surat al-ikhlas 1000 kali.

Al-Ajhury mengadakan penelitian dalam hal ini dan menanyakan kepada para ahli hadits dan ia berkata :
وحاصله أن ما ورد من فعل عشر خصال يوم عاشوراء لم يصح فيها إلا حديث الصيام والتوسعة على العيال، وأما باقي الخصال الثمانية: فمنها ما هو ضعيف، ومنها ما هو منكر موضوع.

“Kesimpulannya adalah dari 10 perkara yang dilakukan pada hari Asyura itu tidak berdasar kepada hadits shahih kecuali hadits puasa asyura dan meluaskan belanja kepada keluarga. Adapun 8 perkara lainnya ada yang berdasar kepada hadits dlaif dan ada yang berdasarkan hadits munkar lagi palsu.” [I’anatut Thalibin]

Hadits utama di atas mengenai meluaskan belanja kepada keluarganya memang masih diperselisihkan oleh para ulama, sebagian ulama hadits menilainya lemah. Namun As-Suyuthi dan Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa karena begitu banyaknya jalur periwayatan hadits ini, maka derajat hadits ini menjadi hasan bahkan Syeikh Zainuddin Al-Iraqi dan Ibnu Nashiruddin menshahihkannya.

 

Masalah meluaskan belanja kepada keluarganya, secara ittifaq disunnahkan oleh ulama empat madzhab. Sebagaimana pernyataan As-Shawi al-Maliki dalam Hasyiyah Syarah Shagir, Sulaiman Jamal As-Sayfi’i dalam Hasyiyah Fathil Wahhab, Al-Bahuti al-Hambali dalam Syarah Muntahal Iradat, Ibnu Abidin Al-Hanafi dalam Raddul Muhtar.

 

Al-Munawi berkata :

وذلك مجرب للبركة والتوسعة ، قال جابر الصحابي : جربناه فوجدناه صحيحا وقال ابن عيينة : جربناه خمسين أو ستين سنة

“Hal ini (meluaskan belanja pada hari asyura) telah terbukti untuk keberkahan dan keluasan rizki. Jabir As-Shahabi berkata : Aku telah mencobanya dan ternyata benar. Ibnu Uyaynah berkata: Aku telah membuktikannya selama 50 atau 60 tahun.” [Faidlul Qadir]

 

Kesunnahan meluaskan belanja itu berlaku kepada keluarga bahkan kepada tetangga dengan bersedekah kepada mereka yang membutuhkannya. Syeikh Sulaiman Al-Jamal berkata :

 

ويستحب فيه التوسعة على العيال والأقارب، والتصدق على الفقراء والمساكين من غير تكلف فإن لم يجد شيئاً فليوسع خلقه ويكف عن ظلمه. انتهى.

“Disunnahkan meluaskan belanja kepada keluarga dan kerabat dan bersedekah kepada fakir miskin tanpa memaksakan diri, jika ia tidak menemukan apa-apa maka hendaklah ia meluaskan perilaku baiknya dan menahan diri dari berbuat dzalim.” [Hasyiyah Al-Jamal]

 

Terdapat kisah menarik dalam hal ini yang disampaikan oleh Sayyed Bakri, bahwa di hari ‘asyura (10 Muharram) ada seorang fakir yang memiliki keluarga yang berpuasa hari itu, akan tetapi ia tidak memiliki apapun untuk berbuka. Maka ia berusaha ke sana ke mari untuk mencari makanan untuk berbuka keluarganya. Datanglah ia ke pasar, ia menemui sebuah toko valas (tukar-menukar uang asing) yang begitu bagus. Beralaskan karpet kulit mahal, dan di atasnya terdapat gelas dari emas dan perak. Toko itu milik seorang muslim. Iapun berharap mendapat apa yang diminta dari pemilik toko ini.

 

Setelah mengucap salam, maka ia ber kata. “Tuan, Saya ini orang fakir, Mohon berilah pinjaman kepadaku satu dirham (Setara Rp.60 Ribu) saja untuk saya belikan makanan berbuka puasa untuk keluarga ku. Akan saya do’akan engkau pada hari ini (‘asyura).  Pedagang itu me-malingkan mukanya dan tidak mem-berinya apapun. Keluarlah sifakir tadi dari toko dengan berlinang air mata, gundah gulana.

 

Melihat hal ini, ada Seorang Yahudi yang menempati toko sebelahnya men dekati si fakir tadi untuk menanyakan apa yang terjadi. Mendengar ia tidak mendapat apa-apa maka si yahudi merasa kasihan  dan bertanya. Hari apakah hari ini? Si fakir menjawab: ini adalah hari ‘asyura. Yahudi itu manggut-manggut “Tahukah engkau keutamaan sepuluh Muharran itu?” tanyanya lagi. Dengan panjang lebar si fakir menerangkan.

 

“Terimalah uang ini untuk belanja keperluan engkau sekeluarga.” Yahudi tersebut memberinya uang sebesar 10 dirham (Setara Rp.600 Ribu). “Uang itu kuhadiahkan semata -mata karena mulyanya hari ini.” Wajah si fakir berubah berseri-seri. Setelah mengucapkan terima kasih dan men doakan si Yahudi agar bertambah kaya, ia pun bergegas pulang.

Pada malam harinya, si saudagar muslim bermimpi kiamat telah tiba. Matahari teramat panas menyengat. Ia juga sangat dahaga. Tidak jauh dari tempatnya, berdiri sebuah istana megah. Ia sendiri dalam mimpinya itu menjadi seorang pengemis yang menadahkan tangan ke langit seraya minta dikasihani.

 

“Tuan, tolonglah hamba dengan seteguk air saja.” Pintanya.

هذا القصر كان قصرك بالأمس، فلما رددت ذلك الفقير مكسور القلب. محي اسمك من عليه، وكتب باسم جارك اليهودي الذي جبره وأعطاه عشرة دراهم

“Kemarin, istana ini menjadi milikmu” terdengar suara gaib. “Tetapi karena engkau menolak permintaan si fakir, maka dicoretlah namamu dari istana ini. Sekarang, Yahudi tetanggamu yang mengambil alih, sebab dia telah menghadiahkan sepuluh dirham guna menolong si fakir.”

 

Keesokan harinya, sewaktu ke toko, saudagar muslim itu segera mendatangi si Yahudi. “Engkau adalah tetanggaku, bagaimana jika kau jual pahala sepuluh dirham yang kau berikan kepada fakir itu kepadaku? Aku akan membayarmu dengan 100 dirham (Setara Rp.6 Juta).” Yahudi men-jawab: “tidak, meskipun kau ganti dengan 100 ribu dinar (Setara Rp.200 Miyar). Jika kau ingin masuk kedalam istana yang kau lihat tadi malam, maka tak akan ku ijinkan.

Pedagang muslim itu terkejut dan kaget: siapakah yang memberi tahumu rahasia ini?, Yahudi: dialah yang mengucapkan “kun fayakun” pada segala sesuatu yang dikehendakinya. Dan yahudipun membaca syahadatain. [I’anatut thalibin] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mencari keberkahan Asyura dengan ajaran yang digarikanNya.

 

Salam Satu Hadith,

DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind

 

ONE DAY ONE HADITH

Kajian Hadits Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)

READY STOCK BUKU ONE DAY#1

Distributor : 081216742626

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK